XLII. | Pembebasan, bagian pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perang Megah Para Peri - sebuah konsep yang menurut Gloria ada di luar nalarnya.

Di waktu yang singkat, mengetahui larangan itu 'datang' di Kitab Kejayaan Hampa di Y.1342 sementara Perang Megah dikabarkan pecah di Y.1344, mengapa Para Peri, atau mungkin pihak yang terkait dengan Para Peri, mampu menghimpun kekuatan untuk melancarkan perang yang mungkin menjadi akhir bagi dunia mereka? Tentu itu tidak masuk akal.

Lagi, sebagai mereka yang tahu Perang Sipil Angia dan turut serta dari awal hingga akhir, Gloria tidak lagi merasa heran bila sesuatu besar bisa terjadi dalam waktu singkat. Memang, mungkin saja ambisi ini sudah timbul dalam sekian tahun lamanya dan baru saat ini semua dibuat 'tahu'.

Dari sisi harfiah, 'Perang Megah Para Peri' dapat diartikan peri-peri-lah yang berperang, bukan manusia. Akan tetapi mengingat peri-peri yang meninggalkan tanah manusia karena kecewa atau perang akibat turbulensi sihir, bisa diartikan kalau para peri-lah yang menginginkan apa yang sudah mereka punya dikembalikan.

Instruktur Claudia sempat beranggapan kalau bisa saja ada manusia yang mengambil andil semua ini, layaknya bagaimana Perang Sipil Angia meletus setelah konspirasi yang berjalan selama puluhan tahun lamanya. Menurut data-data yang bisa mereka amati dari kontinen-kontinen yang ada, hampir semua kontinen selain Angia tidak mengalami perubahan yang bersifat radikal.

Mungkin telah ada 'sebuah hal' yang berubah dari catatan dunia setelah perang sipil, itu adalah kesimpulan yang dapat beliau tarik untuk saat ini.

Sesuai namanya 'Perang Megah' mendeskripsikan peristiwa yang sangat besar. Ini bukanlah main-main. Ini bukan urusan satu kontinen saja. Mereka harus berusaha mengambil empati kontinen-kontinen yang ada di Endia untuk bersatu melawan gangguan ini.

"Perang Megah, dan ini yang mewanti-wanti kalian adalah pemegang Kitab Kejayaan Hampa ..." Madam Rook menyela. "Sebentar, Messenger, kenapa kamu tidak pernah bilang kalau temanmu itu Pemegang Kitab?"

"Anda tidak pernah bertanya soal itu, Madam!" Gloria mendengar suara riuh-rendah dari sisi cruiser, mungkin Madam Rook tengah sibuk nyerocos ke arah Bu Leiria. "Toh saya 'kan sudah tidak berkaitan dengan Angia lagi sekarang!"

Sepengetahuan mereka, Kitab Kejayaan Hampa belum bisa memperkirakan kejadian perang itu karena belum ditemukan 'kata kunci' yang kuat. Instruktur Claudia meminta mereka semua untuk berfokus ke tugas masing-masing dan menyerahkan urusan seputar Kitab pada beliau.

Nantinya bila ada perkembangan selanjutnya di Kitab Kejayaan Hampa, beliau akan memberitahukan mereka semua.

"Kitab yang bisa menjawab semua pertanyaan, asal dengan ketentuan yang ada," Madam Rook kembali berujar. "Memang secara saintifik, sumber seperti itu tidak bisa dipercaya, tapi saya yakin kalian sudah melihat secara langsung bagaimana Kitab bekerja dan ... apa yang terjadi di Angia setelahnya."

Gloria mengangguk. Isi Kitab Kejayaan Hampa tidak bisa dilihat selain pemegangnya, sehingga Kitab itu tidak pernah jatuh di tangan yang tidak diinginkan dan siapa saja bisa mengetahui isinya.

"Saya juga sama skeptisnya dengan anda, kok, Madam, pada awalnya. Tapi setelah tahu bagaimana Kitab itu memprediksi sesuai pertanyaan yang diajukan Pemegang Kitab, saya percaya bahwa Instruktur kami menyatakan kebenaran."

"Hmph, begitu," dengusnya. "Sejujurnya aku penasaran sekali bagaimana Kitab-Kitab ini bekerja ... dan aku juga belum pernah tahu Kitab Kaldera seperti apa!"

"Memangnya dari rekam jejak dan dokumentasi yang anda punya, anda tidak bisa menemukan alasan logis berkenaan dengan Kitab Kaldera, Kitab Takhta Tak Berguna?" tanya Gloria.

"Tidak semudah itu, nak. Apa yang kupunya dan apa yang bisa kudapat juga terbatas," sergah beliau. "Yang kutahu hanya Kitab ini seharusnya berkaitan dengan Bangsa Urodela, itu yang pernah disebutkan di salah satu catatan tidak resmi."

"Padahal kita sudah tahu kalau semua pihak mengincar kitab itu, tapi sama sekali tidak ada yang tahu jelasnya di mana sebenarnya kitab itu, ya?" Gloria memijat pelipisnya, mendadak pening.

"Oh, ya, soal pihak Putih katanya pernah melihat penggalan kata di buku itu, apa itu benar, Madam?" Leiria bertanya. Gloria dan yang lain memerhatikan pembicaraan itu dengan saksama.

"Mungkin saja mereka memang pernah melihatnya di salah satu workshop Urodela di tanah Kaldera. Kamu saja sempat memperoleh catatan untuk wadah Aether, 'kan?"

"Iya, tapi saya tidak menemukan hal lain di sana. Tidak ada apa-apa lagi. Semua workshop yang bangunannya masih utuh rata-rata isinya terbakar habis."

Madam Rook mendecih, "Andai Kitab Kaldera diturunkan seperti Kitab Angia, ya. Lihat saja sudah sekian ratus tahun jejak sejarah menghilang begitu saja!"

Gloria menggenggam erat setir kendalinya. Perang Sipil Angia bukanlah perang pertama baginya yang mengetahui pertempuran kecil antara Spriggan dan Angia saat masa aneksasi. Namun siapa juga yang menyukai perang? Hanya ada kerugian, pertumpahan darah, belum lagi mereka yang akan menderita secara psikologis karena peperangan. Apa perang cuma satu-satunya cara manusia bisa berkomunikasi?

"Gloria, aku melihat ada robot humanoid dari arah pukul sebelas, sepertinya dia akan menuju arahmu," jelas Muriel.

Gloria segera mengubah mode Warden-nya menjadi mode tempur dan mengayunkan senjata Warden untuk menangkis tembakan yang diarahkan padanya. Robot humanoid itu lebih kecil dari Warden, namun mereka dilengkapi senjata api dan cukup lincah. Gloria mencoba menebas robot itu, tapi robot itu sempat berkelit. Gloria kembali pada mode bertahan, membiarkan tembakan itu mengenai badan senjatanya lagi.

Sepertinya bukan hanya satu robot humanoid yang datang menyambangi mereka, karena kini belasan robot serupa telah menukik ke arah mereka.

"Nak, beri aku waktu. Satu kali sihir Aether dengan bantuan meriam cruiser ini sepertinya cukup menumpas klaster yang datang." ucap Madam Rook.

"Siap, ma'am!" Gloria mengiyakan. "Muriel, kamu ambil sebelah kiri, aku di kanan!"

"Roger!"

Lokasi mereka tidak terlalu jauh dari reaktor yang sudah terlihat dari selayang pandang mereka. Reaktor itu berpendar terang dan semakin terang seiring waktu yang terus berjalan, menunjukkan aktivitas yang tidak terhenti. Robot-robot ini kemungkinan adalah salah satu dari bagian pengamanan sang empu pengguna reaktor - Infantry terlalu taktis walau ia hanya seorang diri.

Gloria berhasil menumpas beberapa robot, dan bangkai mereka meledak di angkasa secara sengaja karena Gloria menghancurkan suplai energinya. Bangkai-bangkai besar yang berjatuhan dari udara hanya akan membuat penduduk sipil kerepotan, jadi Gloria memastikan robot itu hancur. Aether akan membuat robot itu 'dibersihkan' jadi Gloria tidak meragukan Madam Rook nantinya setelah meriam siap.

Muriel lebih lihai memakai Warden sekarang. Dengan daya hancur Demetrius yang tinggi dan bodi kokoh, Muriel dengan mudah menahan serangan tembakan robot-robot itu dan menebas mereka hingga berkeping-keping.

"Kayaknya itu nggak cuma karena Demetrius yang kuat aja deh, Gloria," komentar Blair melihat Demetrius yang dikendalikan Muriel mengayunkan kapaknya tanpa henti.

"Aku yang biasanya akan memuji Warden saja bisa setuju denganmu, Blair. Muriel memang seram."

Setelah mereka berhasil menghabiskan separuh robot, klaster lain berdatangan. Meriam cruiser telah siap dan baik Gloria dan Muriel segera terbang maju untuk menghindari serangan. Di belakang mereka sekarang, robot-robot itu sudah menjadi partikel akibat meriam Aether, Gloria dan Muriel pun memacu Warden mereka untuk lebih dekat dengan reaktor.

"Berapa menit lagi, Blair?"

"Sepuluh menit sebelum reaktor akan meluncurkan tembakan," desis Blair. "Kurasa kita tidak bisa menghentikan ini dengan cepat."

"Walaupun kita menghantam reaktornya sekalipun?"

"Rasanya itu tidak perlu dicoba, deh, Gloria. Kalau reaktornya malah meledak dan Sektor 3 habis, nanti kamu mau menyalahkan siapa?"

Gloria meminta Muriel untuk berhenti sejenak, mengamati keadaan sekitar reaktor yang porak-poranda. Asap mengepul dari barikade yang membatasi area utara, penuh dengan pasukan keamanan yang mencoba merangsek masuk namun dihalangi oleh ribuan robot penjaga. Di lain sisi, puncak menara reaktor tampak berlubang-lubang seakan ada yang tengah bertarung dengan pistol baru saja.

Gloria lalu mengedarkan pandangan ke arah gedung terdekat di luar menara reaktor dan menangkap sosok familier yang melambaikan tangannya ke arah Warden mereka berdua.

"Itu, Natalia, bukan?" Gloria memperbesar dan mempertajam kualitas tangkapan gambar. Benar saja, wanita yang tengah melambaikan tangan dan senapan jitu itu adalah Natalia. "Kenapa dia ada di sini?"

"Sebaiknya kita bertanya pada mereka. Mereka ada di sini pastinya dengan alasan tertentu." imbuh Muriel.

Gloria juga menangkap citra lain saat melihat ke sisi timur menara. Dua orang, sepertinya Mei dan Lianna, mereka tampak tengah menuju ke bagian gedung yang terletak di ujung Sektor 3.

"Muriel, kuserahkan Natalia padamu, ada yang ingin kuperiksa." ucap Gloria.

"Baik, jangan gegabah, ya, Gloria?" Muriel memperingatkan.

"Iya, iya!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro