XVII. | Pencarian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Natalia sampai ke restoran setelah mereka mencoba melakukan tracking pada lokasi Rosen yang tidak membuahkan hasil. Lianna yang sepertinya sudah biasa melakukan tracking pada terminal pun tidak dapat menemukan lokasi akhir Rosen. Khawatir Rosen ada dalam bahaya, mereka pun berembuk untuk mencari penyelesaian yang lebih baik.

"Tadi kamu ada dihubungi Rosen gak, Nat?" tanya Natalia, masih berusaha mencari menggunakan beberapa aplikasi di layar antarmukanya. Natalia mencoba menghubungi Rosen dan tidak mendapat jawaban.

"Nggak, tuh? Tadi aku cuma kirim pesan saja kalau aku sudah mau ke tempat ini." jawaban Natalia. Ia menunjukkan pesan terakhirnya pada Lianna dan ketiga anggota skuadron Ignis.

Sementara, Gloria, Lucia, dan Blair turut mengemukakan opsi. Tampaknya keinginan mereka untuk bertanya soal Schwarz Schach harus ditunda terlebih dahulu sampai mereka bisa menemukan lokasi Rosen dan memastikan Rosen baik-baik saja.

"Sepertinya bukan suara ledakan, tapi lebih ke suara sebuah benda bertemu benda tumpul," ucap Lucia. "Apa Rosen berada di suatu tempat yang mungkin dia diserang orang?"

"Maksudmu dia di area Level?" tanya Blair. "Tapi menurut pencarian Lianna, Rosen tidak ditemukan di sekitar sektor ini maupun Sektor 1."

"Rosen nggak bilang sih dia hari ini kemana. Aku sudah cek papan pekerjaan Perusahaan Lysander, sepertinya dia tidak mengambil pekerjaan di dalam perusahaan." seru Natalia lagi. "Apa jangan-jangan dia memang dijebak? Tapi tidak biasanya dia mudah ..."

Hening mendera, Lianna sampai menghentikan proses pencariannya. Natalia tampak menyadari sesuatu, namun ia berhenti sebelum mengatakan hipotesisnya. Wanita berkacamata itu kemudian tertegun, alih-alih memikirkan dampak terburuk yang hanya diketahuinya. Baik Gloria, Lucia, juga Blair tidak berkata apa-apa mengenai ini.

"... Nggak mungkin, 'kan?" gumamnya, ia lalu mengerling ke arah Lianna. "Lian, coba cari log pengunjung sekitar Level 2 di Sektor 4."

Lianna tidak banyak bertanya dan segera mencari sesuai permintaan Natalia. Terdapat beberapa jendela interaktif terbuka di layar besar itu, salah satunya daftar panjang pengunjung yang terpindai oleh alat pendeteksi identitas dan juga tangkapan kamera beberapa jam terakhir. Gloria terkagum melihat kecekatan Lianna, jari-jemari itu seakan menari di atas papan ketik. Memang berbeda mereka yang sudah terbiasa dengan seluk-beluk teknologi informasi Kaldera.

Blair berbisik, "Kamu bisa sampai seperti itu dengan ilmu peretasmu?"

"Aku tidak yakin sih, tapi kalau sudah melihat begini sepertinya aku bisa menduplikasinya." ungkap Gloria.

Lianna membaca daftar pengunjung satu demi satu yang berupa angka-angka dan huruf serupa kode dari awal hingga akhir, sampai sepertinya ia menemukan apa yang ditakutkan Natalia. "Iya, dia satu jam yang lalu ada di sini menurut pemindai."

Natalia menepuk dahinya, lalu ia menghela napas panjang. "Ayo kita pergi, Lian, Mei."

"Oh, apa kami boleh ikut membantu?" Gloria menawarkan diri sebelum Blair dan Lucia sempat menghentikannya.

"Tidak apa-apa kalian ikut? Ini mungkin akan berbahaya ... walau aku yakin kalian mampu menghadapi bahaya, kalian adalah tamu bagi Pulau Melayang, kalian awam." ucap Natalia kritis.

Kalimat itu menohok Gloria. Ia tidak perlu melirik ke arah Blair dan Lucia, mereka berdua pastinya was-was kalau melihat Gloria memutuskan sesuatu dengan Muriel absen. Gloria memang kepala skuadron, tapi bukan berarti ia bisa semena-mena.

"Kalau sangat berbahaya, kami akan mundur," ucap Gloria. "Tapi kalian pun tidak seharusnya memaksakan diri bila dihadapkan bahaya, kita bisa melapor pihak yang lebih berwenang, bukan?"

Natalia berkacak pinggang, jelas dari raut wajahnya yang kecut ia tidak setuju dengan pendapat Gloria, akan tetapi ia mengurungkan berkomentar. "... Baiklah. Nanti aku akan menjelaskan sambil kita menuju Sektor 4, tapi aku punya syarat."

Gloria menelan ludah. Mata tajam di balik kacamata itu terlihat sangat serius, layaknya Natalia tengah mencoba menguji Gloria.

"Beritahu alasan kalian jauh-jauh kemari dari Angia."

🛠

Gloria tidak berani menatap Blair maupun Lucia sepanjang perjalanan itu karena dia sudah memilih untuk berterus terang ketimbang menanti kesempatan kedua. Baik Blair dan Lucia sendiri tidak banyak omong saat Gloria membuka pembicaraan, menyatakan rencana mereka secara umum, tidak menyebutkan soal Kitab Kejayaan Hampa dan Perang Megah Para Peri. Gloria utamanya membicarakan tentang mereka di sana dengan bantuan dari Madam Morgana Lysander, karena Madam adalah guru mereka. Lalu mereka sebagai skuadron Ignis tengah mengumpulkan informasi seputar Kaldera, tetapi tidak bermaksud sebagai pihak spionase atau hendak menjual informasi ini untuk kepentingan sabotase kontinen.

Lianna yang duduk bersama mereka di bangku belakang masih sibuk mencari log di Level 2 Sektor 4 tujuan mereka, sementara Natalia di bangku supir dan Mei di bangku depan tidak banyak menjeda saat Gloria mengemukakan maksud dan tujuan mereka, walau belum sepenuhnya Gloria bercerita. Natalia mengangkat sebelah tangannya, pertanda ia akan menjeda Gloria, ketua dari tim teknisi 0027 itu mendecak pelan.

"Saya mengerti," imbuhnya. "Informasi yang akan saya tukar sebagai gantinya bersifat rahasia, saya harap saya tidak perlu mengulang ini dua kali."

Lianna menutup layar antarmukanya dan melipat kedua tangannya di atas pangkuan. Perjalanan mereka dari Sektor 2 menuju Sektor 4 masih kurang lebih setengah jam. Natalia menatap mereka bertiga dari pantulan spion tengah, pandangannya sama kritisnya ketika tadi ia menghardik Gloria.

"Kalian sepertinya familier dengan Hitam dan Putih—Weiss dan Schwarz, kongsi dagang yang eksis di Endia dan dianggap sebagai dua kutub yang sulit sekali akur," Natalia memulai. "Saya tidak mendengar banyak tapi menurut sumber internal Hitam, agen Putih pernah ikut campur di Perang Sipil yang terjadi di Angia dua tahun yang lalu, benar?"

Gloria ragu untuk mengiyakan mengenai hal itu. Seharusnya Natalia, walaupun ia adalah anggota agen Hitam, tidak sepantasnya tahu sejauh itu.

Blair-lah yang menjawab, "Benar."

"Di saat yang sama, ada sedikit pertengkaran kecil antara Putih dan Hitam karena merebutkan sebuah informasi teknologi yang bersumber dari Pusara. Penduduk sipil mengenal kejadian ini sebagai 'Minggu Merah'," ucap Natalia, ekspresinya tegang.

"Penduduk sipil sudah terbiasa melihat perseteruan antara Hitam dan Putih, asalkan mereka tidak turut dalam pertumpahan darah. Namun di saat itu, salah satu insinyur terbaik Pulau Melayang yang menjadi kepala penelitian tidak sengaja terbunuh oleh salah satu agen Putih."

Lucia membeliak, "Tidak sengaja, katamu? Tidak mungkin. Tidak ada orang membunuh tanpa sengaja."

"... Luce." hardik Gloria. Topik ini memang sangat sensitif bagi Lucia yang menjadi yang selamat ketika keluarga dan anggota dojo Leanan dibantai, belum lagi mengingat sepertinya agen E8 yang saat itu mengacak-ngacak tim mereka sepertinya kenal dengan keluarga Leanan.

"Maaf, aku tidak bermaksud. Tapi itulah yang media katakan soal kejadian itu," Natalia menghela napas panjang. "Insinyur yang terbunuh itu berusaha melindungi kerahasiaan data dari kedua belah pihak yang bertikai. Pada akhirnya setelah kejadian itu memakan korban sipil, Perusahaan Lysander yang mengakuisisi data itu setelah pemerintah Kaldera ikut campur."

Gloria mengerjap. Ia telah mencapai konklusi dari cerita Natalia, namun ia sekedar memastikan, "Lalu hubungannya dengan ini ...?"

"Insinyur itu bernama Sieg Rosengarten, ayahnya Rosen," sekejap Natalia mengutarakan nama itu, seisi mobil seketika sunyi. Natalia menginjak pedal gas lebih dalam, mobil itu melaju lebih cepat. "Tempat kejadiannya adalah di Sektor 4, Level 2 yang akan kita kunjungi."

"Nat, apa kamu berpikir kalau ada yang berusaha menjebak Rosen? Bukannya pelakunya dihukum? Dan ... dan Rosen bukannya sudah tidak memikirkan soal itu lagi?" seru Lianna.

"Pelakunya masih bebas, Lian," Natalia mendesis. "Mereka menganggap kejadian itu 'tidak disengaja'. Soal Rosen ... mungkin ia tahu implikasi orang yang sengaja mengajaknya bertemu di sana, walau aku tidak mengerti kenapa harus sekarang setelah dua tahun berlalu. Sepertinya ada sesuatu yang kita belum ketahui."

Benar, ini sangat ganjil. Andaikan Rosen 'tahu' ia tengah dijebak, mengapa ia datang ke sana seorang diri dan tidak memberitahu teman-temannya?

"Ini sepenuhnya baru teoriku, bisa saja memang Rosen ke sana karena urusan penting lainnya dan kebetulan terkena masalah," sergah Natalia lagi. "Aku hanya bisa mengaitkan perihal Sektor 4, Level 2 di kejadian itu karena setahuku Rosen belum pernah kesana lagi setelah dua tahun berlalu."

Gloria melihat Rosen tidak sebagai tipe orang yang sembrono, dari caranya berbicara dan berlaku di pertemuan mereka yang singkat. Mendengar Natalia dan Lianna pun, Gloria merasa Rosen tengah mengendus sesuatu ketimbang berniat balas dendam. Atau ini ada kaitannya dengan pembajakan gedung dengan robot teroris beberapa minggu silam?

Gloria tidak mampu memikirkan mengapa timing-nya terlalu tepat, seakan segalanya sudah diatur sebagaimana mestinya. Apakah sebenarnya ada pihak ketiga yang sudah memerhatikan mereka sejak awal?

Andaikan Gloria tidak memaksa untuk ikut dengan 0027, apakah mereka bisa menuntaskan ini sendiri? Atau ternyata, keikutsertaan Gloria sudah diperhitungkan oleh 'pihak ketiga' yang mengatur ini semua?

Sial, terlalu banyak variabel yang tidak bisa ia perhitungkan.

"Kita sudah sampai sini, sebaiknya kita membantu mereka hingga akhir," bisik Lucia yang duduk di samping Gloria. "Kamu pastinya tidak akan membiarkan siapa pun dalam kesulitan, bukan, selain kamu punya agendamu sendiri, kepala skuadron?"

Gloria hanya bisa tersenyum miris, namun ia mengiyakan dengan satu anggukan.

Mereka sudah lama masuk dalam perangkap, bagaimana mereka akan bisa melepaskan diri?

Natalia menatap arah Gloria lagi dari spion tengah, "Gloria, kelompok kita terdiri dari orang yang menggunakan senjata api dan tidak, bisa kita bicarakan strategi kita sekarang sebelum kita masuk ke Level?"

Gloria mengiyakan, "Apa di Level 2 banyak percabangan?"

Lianna membuka layar antarmukanya lagi, memberitahukan area sekitar tempat yang mungkin akan menjadi lokasi pertemuan Rosen dengan 'kliennya'. Daerah bawah tanah itu terlihat cukup luas dan tidak memiliki gang sempit. Tempat itu lumayan lapang dan bisa dijangkau dari sisi utara dan selatan. Gloria terdiam sejenak, mencoba memprediksi. Rosen kemungkinan tengah 'sibuk' dengan sang klien di titik itu, dan mengingat cerita Natalia bahwa klien ini kemungkinan besar adalah agen E8, pastinya ia ada di sana seorang diri. Bila mereka berhasil mengepung si klien, kemungkinan mereka kabur setelah menarik Rosen pergi dapat dipastikan berhasil dengan tingkat kesuksesan delapan puluh persen.

"Siapa kira-kira lawan Rosen, Natalia?" tanya Gloria lagi.

"Agen E8 dengan kode nama Infantry," jawabnya. "Seingatku dia menggunakan pisau."

Pisau, Gloria menambahkan informasi itu ke benaknya. Pisau memiliki daya jangkau pendek, namun mereka pastinya berhadapan dengan seorang ahli. Namun, sepandai-pandainya agen itu, ia tidak akan bisa berbuat banyak ketika mereka menyerbu dari dua sisi, terkecuali ada bala bantuan. Mereka tidak lagi selemah saat dulu berhadapan dengan Rook dan Messenger, tapi tentunya mereka tidak bisa menganggap agen ini dengan sebelah mata walau seorang diri. Persentase kemungkinan mereka tidak perlu bertarung turun di angka tujuh puluh, tapi Gloria yakin mereka bisa melakukan ini asal hati-hati.

"Aku mengusulkan kita membagi personil jadi dua tim; ada yang akan menyergap dari selatan, dan datang dari jalur utama utara," Gloria menunjuk peta itu. "Natalia memegang senjata api jarak jauh, ya? Kamu sebaiknya masuk tim utara dengan Blair dan Lianna. Aku, Mei, dan Lucia akan masuk dari selatan."

Natalia mengetuk-ngetuk setir mobil itu, berpikir, "Jadi kalau aku melihat bahaya dari jauh, kalian yang akan lebih dahulu bertindak karena komposisi tim kalian punya kelebihan di pertarungan jarak dekat?"

"Benar sekali. Kalian yang akan banyak memanfaatkan momentum ketika lawan kita lengah dan menarik Rosen pergi."

"Aku setuju," Natalia menatap Mei. "Kamu tidak masalah membawa senapanmu, Mei?"

Mei memeriksa lagi SMG yang ia pegang, memastikan peluru cukup dan ia mengangguk, "Kurasa aku bisa."

"Jangan pernah komunikasi kita terputus saat sudah sampai di lokasi, oke?" pungkas Natalia lagi.

Gloria mengulang kembali rencananya dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di pengepungan ini. Ia berkomentar untuk Blair jangan terlalu menggunakan tenaga ketika mengayun kapak, karena bisa saja si lawan menggunakan celah antara saat Blair mengayun dan dia bisa melakukan serangan fatal. Gloria akan mencoba mengikuti irama Lucia, dan mereka berharap Mei yang mungkin belum sejago yang lain dalam menggunakan senjata api tidak terekspos lawan.

Daerah Level tidak melarang pertarungan terbuka sehingga siapa pun harus siap bertarung walau mereka mengharapkan tidak perlu sampai bertemu muka dengan agen E8 dalam kurun waktu singkat.

"Sebentar lagi kita akan sampai di Sektor 4, siapkan senjata kalian." Natalia memberi aba-aba. Setelah mobil itu parkir, mereka akan mencari pintu masuk menuju elevator bawah tanah dan turun ke Level 2.

Setelah mengetes alur komunikasi antara tim utara dan selatan, mereka turun dari mobil dan menunggu persetujuan dari Lianna sebelum bergerak. Lianna harus meminta akses agar mereka bisa segera memakai elevator di dua titik untuk menjangkau Level 2 tanpa gangguan.

Lucia memegang gagang pedangnya, ekspresinya sejenak gamang walau ia memerhatikan rencana Gloria dengan saksama. Menangkap ini, Gloria berbisik saat Lianna tengah sibuk mencoba meminta akses elevator, dan Blair berusaha mengalihkan konsentrasi Lianna dari mereka berdua.

"... Ada apa?"

"Saya merasa ini ada kaitannya dengan Rook."

"Rook?" Gloria mengernyit. "Kenapa dengan Rook? Seingatku, Messenger ... ah, ini cuma info dari Karen, sih. Messenger bilang Rook kemungkinan sudah tidak beroperasi lagi karena trauma."

"Saya ingat betul hari itu, Gloria," ucapnya dengan nada berat, genggamannya di gagang pedang itu menguat. "Saya tahu orang yang benar-benar ingin membalas dendam."

"Begitu, ya," Gloria tertegun. Kalau agen 'Infantry' ini bersama dengan Rook, kemungkinan yang lebih buruk bisa terjadi. "Aku cuma bisa berharap kita tidak bertemu Rook sekarang, atau nanti, atau entah kapan itu."

"Gloria, saya-"

"Aku mengerti, Lucia. Kamu pastinya khawatir. Aku juga begitu." desis Gloria. "Seperti katamu, aku tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan. Aku akan minta maaf ke Muriel nanti karena aku telah gegabah."

Lucia menepuk pundak Gloria sekali, "Kamu sudah berusaha menjadi pemimpin. Saya paham keadaan di mana kita sulit menemukan informasi membuatmu kebingungan," ia meyakinkan. "Apa pun yang terjadi, kita pasti bisa melalui ini."

Semoga saja ini tidak separah yang Gloria khawatirkan, atau ia sudah membawa skuadronnya dalam bahaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro