🎂 💕Online Mentoring II

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Naskah yang Memenuhi Selera Editor

Rabu, 9 Oktober 2019
Pukul 19.00 WIB

Pemateri : Icha_rizfia (Editor Kepala WWG_Publisher)

Moderator: WidiSyah

Notulis: kristinuha

------------

M: Moderator

T : Tutor

------------

Sesi Perkenalan

M: Teman-teman perkenalkan tutor kita malam ini Kak Icha Rizfia. Beliau adalah Editor Kepala WWG Publisher, mungkin dari teman-teman sudah ada yang mengenal beliau sebelumnya.

T: Halo, selamat malam semua. Katanya, kalau tak kenal maka tak sayang. Kalau udah kenal, semoga bisa makin sayang. Baiklah, singkat saja. Kenalkan, saya biasa dipanggil Emak Icha. Ada kata 'Emak' yang tak saya hilangkan, biar eksistensi dan kiprah saya dalam dunia rumah tangga tidak ikut hilang.

--------------

Sesi Materi

T: Kita mulai ya. Mari baca basmalah dulu, semoga ilmu hari ini yang tak seberapa bisa bermanfaat. Maaf jika wawasan saya masih cetek. Jadi, kalian semua pasti sudah pernah menulis, entah di media apa pun. Kepuasan sebagai seorang penulis meski masih pemula, adalah karyanya dibaca khalayak. Kemudian setelah punya massa, punya pembaca, dapat respon, keinginan penulis yang tak bisa dipungkiri adalah karyanya bisa masuk meja redaksi, alias naik cetak. Baik dengan jalur SP, Indie, syukur-syukur bisa mayor, dan dijadikan film. Namun, tahukah kalian bahwa di balik naskah yang hendak dicetak itu, ada sosok penting yang membantu kelahiran anak (karya) seorang penulis. Dia adalah editor. Tugasnya ngapain? Jelas, tugasnya bikin naskah 'cantik' sebelum disuguhkan pada pembaca/pembeli. Tugas editor antara lain,

1. Mengoreksi kesalahan penulisan

2. Mencari lubang-lubang pada cerita yang menyebabkan cerita jadi tidak logis

3. Mengarahkan / memberi masukan penulis agar ceritanya lebih menarik.

T: Nah, tapi ... jangan dianggap editor ini sebagai 'babu' penulis. Semua diserahkan pada editor, tanpa penulis mau tahu.

"Pokoknya ceritaku jadi bagus." (Oplas aja, Mbak, ke Kuria)

"Kan kami editor, ya tugasmu lah baikin ceritaku." (Cerita kagak jelas, tanda baca aja nggak tahu, kok mau bukunya bagus.)

Tugas editor mengarahkan penulis, memberi masukan penulis tentang ceritanya. Jadi, baik penulis maupun editor saling kerja sama. Ya kali, mau lahiran anak (karya) mau dibrojolin sendiri, jahit sendiri, mandiin anaknya sendiri padahal darah dan tali pusar belum lepas. Nah ... jika kalian ingin punya eksistensi sebagai penulis, pasti ada keinginan menawarkan karya ke penerbit. Naskah yang bagaimana sih, yang bikin editor jatuh hati?

1. Sinopsis menarik, jelas, dan fokus. Biasanya tak lebih dari satu halaman.

2. Tulisan rapi baik tanda baca, ejaan, dialog, atau pengaturan paragraf.

3. Tiga bab awal yang menarik.

Sampai sini, ada pertanyaan?

-------------

Sesi Tanya Jawab

1. Pertanyaan:

1. Tiga chapter pertama seperti apa yang mampu memikat editor?

2. Semisal penulis ada yang nggak melakukan riset mendalam untuk ceritanya sehingga salah informasi, tetapi editor kebetulan juga nggak tahu (misalnya terkait profesi atau tempat) tapi setelah terbit, ada pembaca yg protes. Nah ini bagaimana pertanggung jawaban editor dan penulis? Terima kasih Emak.

Jawaban:

1. Sebenarnya nggak selalu 3 bab pertama. Tergantung penerbit juga. Yang jelas, bab-bab awal harus menarik. Makanya kalau ada kompetisi atau apa, pasti ada disuruh nyelipin bab pertama. Menarik, bisa diartikan bahwa dari bab satu itu, kita dibuat penasaran, diksi yang memikat, pengenalan tokoh yang sesuai pada tempat (karena bab permulaan biasa berisis bagian perkenalan tokoh)

2. Jika editor tak tahu, ia bisa jujur pada penulis. Kedua pihak saling terbuka. Jika memang sempat tak tersinggung, dan sudah keburu naik cetak, pertanggung jawaban editor adalah dengan memperbaiki kinerja untuk versi revisi atau naskah berikutnya. Editor di naskah penulis terkenal saja, tak luput dari kesalahan. Tapi ada beberapa yang merevisi di versi cetak ulang.

2. Pertanyaan:

Apakah tanggapan Kakak selaku editor ketika menghadapi dua naskah antara penulis yang berbeda?

Di situasi pertama, penulis A sangat terkenal, tulisan dibaca banyak. Namun ejaannya dan kelogisan cerita kacau balau.

Sedangkan pada penulis B, dia kalah populer, namun skill menulis baik.

Apa editor bisa bias pada satu hal ini?

Dan bagaimana kunci si B bisa menggaet editor tanpa mengusung 'bendera popularitas'nya.

Terima kasih, Kak.

Jawaban:

Gini, kita nggak memukul rata ke penerbit satu dengan lainnya ya. Kalau aku sendiri, pasti milih dua-duanya dengan syarat.

Penulis A, dia punya banyak masa, tapi skil menulis kurang. Kalau jawabanku ini pribadi tanpa embel-embel 'permintaan penerbit', aku akan balikin naskahnya. Ngasih tahu dia, kasih materi kalau dia butuh buat belajar. Minimal tanda baca lah. Biar dia bisa sambil belajar disamping dia punya nama. Sementara untuk penulis B, aku juga akan menerimanya. Bukan karena nanti tugas editor akan ringan, tapi penulis seperti inilah yang dibutuhkan. Ini jawaban pribadi sebagai editor. TAPI.

Editor kan bernaung di dalam sebuah penerbitan. Yang mana, siapa tahu, mungkin saja, penerbit tersebut punya 'visi dan misi' yang berbeda dengan keinginan penulis. Contohnya ... penulis A. Penerbit meminang, karena pemes. Ini misal yang nyari naskah bagian marketing, atau apa gitu. Dia ngajuin ke owner, alasan blablabla... pasti bisa untung (gak semua penerbit pakek dasar ini juga ya) di acc, baru lempar ke editor. Kerja keraslah editor bagai kuda sambil nenggak Bodrex. Jadi, kewenangan menerima naskah bukan hak satu pikiran dari editor aja. Ada owner yang ngasih keputusan. Mereka kerja bareng-bareng. Untung rugi juga buat bareng-bareng.

Sama kayak pengalamanku di salah satu kompetisi di WP. Ratusan peserta, lolos 16 orang. Oke, katakan 17 orang ini dianggap bagus dan memenuhi selera editor penerbit tersebut. Tapi... ya ampun tapi ya... mereka disuruh kompetisi biar jadi 8 aja yang dibukuin berdasar view. Bisa disimpulkan sendiri lah, modal bagus aja, diterima. Tapi modal bagus dan pemes, dicetak.

3. Pertanyaan:

Apakah dalam menyeleksi naskah, editor hanya membaca tiga bab pertama saja? Tidak sampai keseluruhan novel? Kalau begitu, bagaimana jika ternyata ada novel yang baru seru saat telah mencapai konflik/di tengah cerita?

Jawaban:

Sebelum baca ke bab 1, 2 dan seterusnya, so pasti bakalan baca sinopsis dulu kan. Nah, dari sinopsis ini menarik gak? Bikin hati bergetar ingin membaca versi utuh nggak? Baru deh lanjut baca bab pertama.

Apakah cuma bab pertama yang dibaca? Ada yang iya, ada yang enggak. Iya, jika itu sebuah kompetisi atau naskah-naskah mayor yang mana banyak sekali antriannya. Jangankan novel, cerpen pun cuma dibaca beberapa paragraf aja kok buat tahu itu menarik gak naskahnya.

Jadi, penting banget kamu menarik hati editor dengan bab pembuka. Bunda Asma Nadia aja kalau nyari cerpen di KBM, minta dua poin aja. Rapi dan bab pertama yang ciamik.

4. Pertanyaan:

Mak saya mau nanya.. apakah dalam semua novel itu ada plothole-nya. Lalu bagaimanakah kita menghindari dari adanya plothole ini?

Jawaban:

Pasti ada, tapi kan bisa dihilangkan atau setidaknya diminimalisir dengan:

1. Riset

2. Baca berulang

3. Endapkan

4. Minta bantuan teman untuk koreksi.

5. Pertanyaan:

Kalau dalam menulis di awal cerita itu lebih bagus dengan narasi atau langsung dialog? Nah kebanyakan cerita itu diawali narasi. Kalau misalnya bab 1 diawali dialog, contohnya kaya gimana yang bisa membuat editor jadi tertarik dan sebaliknya kalau narasi, apa isi paragraf yang harus mengawali semuanya?

Maaf yah Kak, jadi minta contohnya karena di atas udah nanya seputar penjelasan apa yang membuat editor tertarik dengan naskah kita.

Terimakasih Kak.

Jawaban:

Gak ada patokan bahwa bab pembuka itu harus dialog, atau harus narasi. Asal, kamu bisa menyajikan runtutan cerita dengan benar. Kalau bab pertama seyogyanya ya perkenalan kan.

Selera editor buat bab pertama yang menarik? Dulu aku bikin bab pertama buat diajukan situs online dan dianggap menarik ... karena poin ini.

1. Perkenalan tokoh yang sesuai porsi.

2. Akhiran bab yang 'penasaran'

Kalau buat seleraku, aku kurang suka pengenalan tokoh yang macem nulis biodata di buku diary zaman sekolah.

Contoh:

Namanya Ria, gadis delapan belas tahun yang punya gigi gingsul, wajah oval, mata sipit, hidung mancung, rambut gelombang tsunami, kulit mulus seperti motor habis dicuci KIT. Dia menyukai kopi, apalagi merk gutdey

Kalau bukuku dulu pernah terbit, editornya bilang gak suka sama awalan yang ada suasana alam. Kayak: "Hari ini malam, dia datang. Ada desau angin yang mengibarkan rambut panjangnya sampai kusut."

Jadi, bab pertama gimana yang menarik, baca saja buku-buku penulis besar. Bagaimana mereka menyuguhkan bab pertama yang menarik? Salah satunya, aku suka pembuka buku seri negeri 5 menara.

6. Pertanyaan:

Soal editor,

Aku sendiri bbrp kali menemui buku yg sebelum naik cetak termasuk populer dengan penggemar yg banyak (wattpad dan non Wattpad). Ketika udah naik cetak, para reviewer memberi komentar yg kurang lebih "ini editornya ngapain? Cuma benerin ejaan aja? Tapi hal-hal penting lain (misal: plot hole, pengembangan karakter) nggak ada perbaikan padahal banyak bolongnya (menurut si reviewer)"

Klo liat track record seorang penulis (non Wattpad) yang nggak mau ubah apa pun dari karya populernya, aku jadi penasaran seberapa jauh penulis boleh di-push oleh editor untuk mengubah alur dll? Batasan perubahan cerita yg bisa diterima penulis dan editor bagaimana?

Jawaban:

Tugas editor udah disebutin tadi. Kenapa antara terbit aplikasi sama cetak kayak sama aja?

Faktor 1. Sama kayak seorang guru yang ngajarin anaknya. Pada dasarnya seorang guru itu mampu. Dia mencetak anak didik (author), tapi gimana ntar anak didiknya bisa sukses itu kan gak tergantung pada satu sisi (guru/editor). Katakan dia populer naskahnya, tapi kurang riset, tanda baca salah dll. Bisa jadi, editor sudah ngasih tahu ini dan itu, tapi author sendiri yang gak mau memperbaiki. Dia asal nyerahin ke editor, merasa dah kelar tugas dia sebagai penulis tinggal editor yang permak dan jadi bagus. Dalam kondisi/kinerja seperti ini harusnya kedua pihak bisa saling komunikasi, saling merevisi, sama2 diskusi.

Faktor 2.

Kembali ke visi misi penerbit. Kayak yang dikatakan tadi, ada penerbit yang asal populer dan laku, maka langsung jadi sasaran. Ngerjain naskah juga asal lekas selesai, sekedar dirapikan (paragraf dan sekelihatan mata soal EYD) asal segera bisa buka PO.

2. Editor mengubah cerita milik penulis, kalau sebatas pengalaman dari temen-temen yang aku tahu, setiap cerita adalah hak penulis. Penerbit tentu punya batasan, seperti apa naskah yang akan mereka terbitkan. Misal, membatasi adegan dewasa, membiarkan adegan dewasa pakek bhs eksplisit, dll. Sejauh cerita author tsb sesuai dengan label penerbit dan editor. Adakalanya editor memberi masukan, bukan ingin mengubah cerita. Entah masukan itu akan dipakai atau tidak, kedua belah pihak bisa saling diskusi.

7. Pertanyaan:

Untuk seleksi naskah di setiap perlombaan. Selalu ada syarat misal 20 besar lolos menurut penjurian editor tapi pas 10 besar menurut viewers. Yang mau ditanyakan adalah:

1. Apakah naskah sebagus dan semenarik apa pun akan dibiarkan saja karena viewersnya sedikit? Atau ada ketentuan lain (mungkin di luar perlombaan)?

2. Kenapa harus Viewers yang menjadi penentu akhir? Karena beberapa orang yang ikut lomba sering sharing, sangat disayangkan penentuan akhir oleh viewers karena mungkin tidak banyak org yang melihat ceritanya, bisa dibilang kalah dengan penulis yang sudah ternama yang ikut serta.

Jawaban:

Setiap penerbit, gak bisa memungkiri lah. Pasti ingin menerbitkan buku dengan kualitas bagus dan punya banyak penggemar. Karena apa, penggemar jadi patokan bahwa karya itu populer dan nantinya akan jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Pasti untung dong, kalo bukunya laris manis. Yang untung bukan hanya penulis, tapi juga para karyawan yang menggantungkan hidup di penerbitan. Apalagi, sekarang dunia penerbitan penuh persaingan ketat. Kalo lengah sedikit, atau masih ngotot hanya mempertahankan kualitas penulis saja ... ya zaman sekarag memang susah.

Namun, tidak semua penerbit begitu. Ada pula yang hanya mau buku-buku populer, ada juga yang masih kukuh mempertahankan ideologi buat nerbitin yang bagus-bagus, dan... ada juga yang ambil dua kesempatan itu. Sekarang yang banyak ya ... model penerbitan yang dua peluang itu digaet. Semua hal pasti sudah dipikirkan dong sama penerbit, apalagi kalo buku kurang peminat. Udah dicetak banyak tapi kurang laku, maka berakhirlah buku-buku itu di SALE CUCI GUDANG. Yang rugi siapa? Gak hanya penerbit tapi juga penulis.

Dewasa ini, seperti itulah dunia penerbitan. Bukan semata penerbit mata duitan, tapi mereka juga butuh branding agar punya nama dan dikenal. Jadi kalo mereka meminang naskah penulis, gak diragukan lagi.

Tidak dong. Naskah bagus, tentu dan tetap akan dilirik. Contohnya di kompetisi. Penilaian ada dari view dan juri. Jadi, meski gak pemes, tetap masuk kriteria yang lolos. Tinggal pihak marketing yang gencar promosi. Percayalah, naskah bagus pasti akan punya tempat. Jika tidak diterima di penerbit A, ajukan di penerbit B, C, D, atau ikutkan kompetisi lagi. Siapa tahu beruntung. Jangan berkecil hati, asal kita gigih mencari peluang saja. Penerbit tidak melulu mencari naskah populer. Kan ada tipe penerbit no 3 tadi yang aku bilang.

Biasanya kalau ikut kompetisi, udah lolos menyelesaikan, tapi gak lolos masuk penerbit, penulis diperbolehkan menarik naskah dan diajukan ke penerbit lain.

M: Sesi tanya jawab sudah selesai. Sekarang ada games untuk mendapatkan doorprize.

-------------

*GAMES DOORPRIZE*

Buat bab pertama yang menarik, maksimal 500 kata dari premis berikut:

Saga menikahi sahabatnya, Nimas, karena sang sahabat ditinggal kabur calon suaminya saat acara pernikahan berlangsung. Nimas menerima, karena malu. Padahal Saga diam2 cinta pada Nimas.

Cara menjawab, sebutkan:

Akun Wattpad:

Akun IG:

Domisili:

Jawaban:

Waktu menjawab: paling lambat Kamis, 10 Oktober 2019 pk. 19.00

CATATAN: Hanya boleh diikuti oleh peserta Online Mentoring yang tinggal di wilayah NKRI.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro