Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


 "A R? Asyifa Ridhanu, bukan?"

Asyifa tercengang mendengar ucapan Ridhanu. Hatinya kembali menghangat. Debar yang tak asing lagi mulai menyapa. Asyifa masih tetap menunduk.

"Hehe, maaf bercanda."

"Nggak pa-pa," sahut Asyifa dengan nada lirih.

Suasana hening kembali terjadi di antara mereka. Ridhanu pun berniat memulai pembicaraan kembali.

"Kalau duduk berdua gini, jadi ingat tahun lalu, ya? di depan SC."

Jantung Asyifa kembali berdetak lebih cepat. Pikirannya mulai kembali mengingat masa yang ingin dihapusnya saat ini.

"Aduh, Mas. Please banget, nggak usah bahas itu, deh," pinta Asyifa sambil tersipu.

Ridhanu terkekeh pelan. Ia menatap sekilas wajah Asyifa yang memerah.

"Ada seorang gadis ngirim DM. Mau ngembaliin bukuku yang dipinjam lewat Hana."

Asyifa tergelak. Ia lalu menutup telinganya. "Jangan terusin, Mas. Stop! Aku nangis, loh."

Ridhanu semakin senang bisa melihat Asyifa tersipu. "Padahal itu modus, biar bisa ngobrol langsung."

Asyifa memukul lengan Ridhanu berkali-kali. Laki-laki di sampingnya itu tertawa. Sejenak gadis itu menyadari kekhilafannya, kemudian menangkupkan kedua tangan meminta maaf.

"Nggak pa-pa. Nggak terasa sakit."

Suasana kembali canggung. Asyifa memainkan kembali ranting di atas pasir, bermaksud mengusir kegugupan yang kian melanda perasaannya.

"Syif."

Asyifa mengangkat wajahnya, kemudian menatap raut wajah yang masih basah oleh air itu. Sorot mata Ridhanu menyiratkan keseriusan.

"Iya?"

"Kenapa nggak pernah kirim DM lagi setelah itu?"

Asyifa terperanjat mendengar pertanyaan Ridhanu. Ia tidak menyangka laki-laki di hadapannya akan membahas hal tersebut.

"Buat apa? Nggak pernah direspon juga."

Ridhanu menghela napas penuh penyesalan. "Maaf, aku kaget aja. Tiba-tiba ada mahasiswi beda fakultas minta kenalan. Terus ngirimi lagu romantis."

Asyifa kembali menutup telinganya. Ia tidak ingin mendengar kelakuan uniknya dulu. Ridhanu semakin terkikik melihat tingkah gadis di sampingnya.

"Sering nitip salam sama adik tingkatku. Nggak lama kemudian ngungkapin perasaannya. Nggak nyangka aja ada gadis seberani itu."

"Dan, nggak Mas jawab. Hingga detik ini."

Ridhanu menarik napas panjang. Ia seperti kena skak mat oleh obrolan yang diciptakannya sendiri. Dua insan itu sama-sama tercenung.

"Aku memalukan, ya? Cewek kok, ngejar cowok duluan. Bikin ilfeel, kan?" tanya Asyifa sambil menatap Ridhanu yang bungkam. "Tapi tenang, aku udah tobat nggak akan seperti itu lagi."

"Kenapa?" tanya Ridhanu terkejut.

Asyifa mengernyitkan kening. Ia malah heran dengan ekpresi pemuda di sampingnya itu.

"Kenapa? Ya biar Mas nggak terganggu dengan terorku lagi. Teror perasaan!" jawab Asyifa dengan nada penuh penekanan.

"Aku nggak terganggu, Syif."

"Bohong! Peraturan dilarang cinlok itu buktinya. Anda terganggu dengan kehadiran saya!" Nada bicara gadis manis itu mulai meninggi dan terdengar sangat serius.

Ridhanu tidak menyangka jika Asyifa akan berekspresi seperti itu. "A-aku nggak ada maksud seperti itu. Kamu kan, tahu alasan yang sudah kujelaskan diawal periode."

Asyifa menggeleng tidak percaya. Dadanya sudah mulai terasa sesak. Ia ingin melampiaskan rasa kecewa yang sudah lama dipendam untuk Ridhanu. Gadis itu menekuk lutut sambil menundukkan kepala.

"Asyifa, maaf. Sekali lagi aku minta maaf. Aku nggak tahu harus bersikap bagaimana dulu. Kita belum kenal baik. Tidak semudah itu bagiku untuk merespon sebuah perasaan."

"Sudahlah, Mas. Nggak ada gunanya ngomongin hal itu lagi. Itu udah jadi bagian masa laluku."

Masa lalu? 

Ridhanu menatap gadis disampingnya dengan penuh penyesalan. Andai waktu bisa diputar kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro