[Chat 15]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fragments terdampar di Wonderland.

Suatu hari, Riley-sensei memberikan buku kepada anak-anak Fragments club. Buku oranye itu terlihat cukup usang, sudah sedikit menua akibat dimakan oleh waktu. Kata sensei, buku itu tidak boleh dibuka saat hari jumat. Namun, saking penasarannya, para member malah menentang perkataan sang guru.

Pada jumat malam, di saat semua guru dan murid telah pulang, mereka memutuskan untuk membuka buku tersebut, ingin membacanya. Sebuah cahaya terang menyilaukan, menghalangi penglihatan mereka. Lantas, tahu-tahu, mereka telah berada di sebuah dunia antah berantah.

Bagaimana cara mereka keluar dari sini?

ーーーーーーーーーーー

Halo, semua!
Malam ini kita akan sesi menulis prompt sesuai dengan tema yang diberikan. Dari plot di atas, ada beberapa yang bisa kalian pilih untuk menuliskannya. Prompt bergantung pada job yang kalian inginkan dan latar belakang di atas!

Ketentuan:
1. Kalian bisa menulis pendek, seperti biasa saat menulis monthly prompt. Dalam artian, tulisan malam ini tidak perlu selesai sekali jadi.
2. Minimal 100 words (Dapat kalian lanjutkan sendiri atau tulisannya berbentuk seperti itu saja).
3. Wonderland berisi kumpulan cerita disney: Snow white, Cinderella, Belle, Alice in Wonderland, dll.

4. Bila cerita yang kalian tulis sama pilihan cerita dengan yang lain, diperbolehkan untuk berbeda alur. Misal, aku dan Fin sama-sama pilih Cinderella, job kami pun berbeda juga.

Di ceritaku bisa aja, aku malak Pangeran dan jadian dengan Cinderella. Sedangkan, Fin bisa aja bergelud dengan fairy godmother.

5. Gender, dan beberapa alur diperbolehkan mengalami improvisasi. Misal, Arielnya jadi cowok. Terus, Cinderella yang ternyata jahat.
6. Pake sudut pandang orang ketiga

Berikut adalah job yang dapat kalian pilih:
- Knight
- Assassin
- Magician
- Musician
- Hunter

.
.
.

Fragments in Wonderland - kazare

Kazare membuka mata ketika keadaan menjadi hening. Ia benar-benar mengutuk cahaya yang sangat menyilaukan itu, untung saja matanya masih berfungsi dengan baik.

Hal pertama yang dilihatnya adalah lantai marmer yang memiliki motif yang sangat indah. Ketika dirinya hendak mencari sesuatu yang dapat memanjakan mata, sebuah suara memaksa menarik atensinya.

"Aku punya sebuah permintaan."

Gadis berambut pendek itu mendongak dan matanya seketika melebar. Apa yang ada di hadapannya adalah sesuatu yang lebih indah dibanding siapapun. Untuk sesaat, ia terpaku pada sesosok penuh karisma di depannya.

Seorang laki-laki, tengah duduk dengan menyilangkan kakinya dengan penuh wibawanya. Pakaian dan segala atributnya terlihat sangat cocok dikenakan olehnya. Bahkan, ketika tangannya terayun pun terlihat sangat elegan.

Seorang laki-laki lainnya yang terlihat seperti pengawal berjalan mendekati lelaki penuh karismatik tersebut. Kemudian ia menyerahkan semacam baki berwarna merah yang ternyata terdapat sebuah sepatu di atasnya.

"Silakan Yang Mulia Pangeran."

Pangeran? Pantas saja auranya sangat kuat. Tunggu, pangeran dan satu sepatu?

Di tengah keheranannya, lelaki itu kembali mengeluarkan suaranya yang terdengar menyejukkan.

"Sepatu ini. Aku ingin mengetahui siapa pemilik sepatu ini dengan bantuan sihirmu," katanya seraya menunjukkan sepatu itu.

"Huh?"

Tentu saja gadis itu bingung. Sihir? Namun, jika apa yang ia pikirkan benar, mungkin saja sihir dapat digunakan di sini.

Seolah sudah terbiasa, satu tangannya terangkat dan aura-aura kebiruan bergerak ke arah sepatu tersebut. Di atasnya muncul sebuah layar hologram yang menampilkan gambar bergerak.

Sang pangeran pun terlihat memaku atensinya pada layar tersebut. Di layar, muncul gambar seorang gadis yang tengah menyapu halaman penuh dedaunan. Di saat itu juga, Kazare mendapat titik koordinat lokasi gadis dalam layar.

"Saya sudah mengetahui lokasinya, Yang Mulia," kata Kazare dengan kepala tertunduk sopan.

"Kamu, pimpin jalannya. Kita pergi sekarang." Dengan itu, pertemuan ini berakhir. Pangeran beranjak dari singgasananya dan bersiap keluar istana.

Ini Pangeran serius mau cari Cinderella? Kenapa gak sama aku aja༎ຶ‿༎ຶ

~

"Di sini lokasinya."

Rombongan Pangeran dan penyihir—anak nyasar—telah tiba di sebuah rumah kecil dengan banyak pohon besar di halamannya. Tentu saja, dengan pohon sebanyak ini pasti daun-daun yang berguguran akan memakan waktu lama untuk dibersihkan. Terbukti dengan eksistensi seorang gadis yang masih menyapu dedaunan.

Gadis itu tepat ada di hadapan mereka, bukan lagi dilihat melalui layar seperti sebelumnya. Pangeran dan pengawalnya bergerak lebih dulu. Kazare mengikuti di belakang. Penasaran akan adegan ini secara langsung.

Pangeran berbicara dengan Cinderella, menunjukkan sepatu, dan gadis itu menampilkan raut terkejut. Sebelum sempat ibu dan saudari tiri Cinderella mengacau, Kazare merapalkan mantra yang menahan mereka di pintu rumah.

Adegan Pangeran dan Cinderella pun berlangsung lancar. Bahkan, saat itu juga Cinderella setuju untuk pergi ke istana.

Apa ceritanya memang seperti ini?

Mengabaikan kebingungannya, Kazare berjalan mengikuti rombongan Pangeran yang hendak pulang. Namun, langkahnya terhenti karena muncul cahaya yang sangat menyilaukan.

"Ah, jangan cahaya lagi," erangnya frustasi.

Ketika keadaan kembali hening, ia membuka mata.

"Huh?"

Ia kenal tempat ini. Tempatnya sebelum tiba di hadapan Pangeran. Menolehkan kepala ke sekitar, ia mendapati beberapa temannya yang memasang raut berbeda.

Mungkinkah? Ia juga tidak melihat hampir sebagian teman-temannya. Ya, mungkin saja mereka juga terlempar ke dunia-dunia aneh berkat buku aneh itu.

Senyumnya terkembang. Ia terpikirkan sesuatu yang jauh lebih aneh. Ia berpikir untuk membuka buku itu kembali di lain waktu. Oh, mungkin saja ada buku serupa yang dapat membawanya ke dunia yang lebih beragam.

Setidaknya aku harus mendapatkan satu Pangeran._

[Twisted Cinderella - Magician]

.
.

Rin (The Little Matchgirl)

Rin tahu tidak seharusnya dia membuka buku itu.

"Duh, ini dimana ya?"

Sekarang ia terjebak di tempat asing, tanpa teman-teman klub Fragments yang sama-sama membuka buku itu meskipun sudah dilarang. Mungkin, terkadang, Riley-sensei harus didengarkan. Kadang-kadang.

Tidak mau kualat lebih lanjut, Rin menghentikan jalur pikirannya yang satu itu dan fokus pada keadaannya sekarang ini.

"Bersalju," gumamnya. Ia telah dipindahkan ke tempat yang sedang turun salju. Tanpa sadar, keningnya berkerut. Meskipun ia berpindah tempat, musim salju belum tiba. Satu-satunya kesimpulan yang bisa ia tarik adalah ia telah berpindah tempat dan waktu.

Rin menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha mengenali jalan dan gedung-gedung sekitarnya. Tulisan-tulisan yang terlihat sama sekali tak bisa ia mengerti. Kalau dilihat dari bentuk tulisannya, sangat mirip dengan tulisan Rusia.

Apa buku itu ternyata adalah sebuah mesin waktu yang bisa memindahkan penggunanya dalam tempat juga? Rasanya terlalu canggih.

Memutuskan untuk bertanya pada gurunya mengenai buku itu lebih lanjut setelah dia keluar, Rin mengecek apa saja yang ikut terbawa dengan dirinya. Baju seragam, kunci rumah, dompet, dan...

Tunggu, ini mirip tongkat penyihir yang sering ia lihat di anime.

Rin menimbang-nimbang tongkat kayu yang ia rogoh dari kantung seragamnya. Ia yakin tidak membawa tongkat seperti ini sebelumnya. Apapun kegunaan tongkat ini, buku itu pelakunya.

Huh. Semua ini terlalu sulit dicerna otaknya. Ia jadi haus.

Tiba-tiba saja, tongkat kayu yang ia pegang mengeluarkan air yang menetes.

"Eh?! EH?!" Panik, Rin mengibas-ngibaskan tongkat tersebut. Kedua matanya membulat lebar ketika airnya berhenti mengalir.

"Bisa tolong keluarkan kehangatan?" Tongkat tersebut bersinar sekejap dan seketika, Rin bisa merasakan rasa hangat terpancar dari tongkat tersebut, melindunginya dari salju yang terus turun di tempat aneh ini.

Jadi ini benar-benar tongkat sihir. Lalu, dia ini apa? Tukang sulap? Penyihir? Dukun?

Ck. Dipikirkan malah makin sulit.

Rin kembali memikirkan apa yang harus dilakukannya ketika ia merasakan seseorang menepuk lengannya. Ia menoleh dan menemukan seorang anak perempuan kecil dengan pakaian yang terlalu tipis untuk musim dingin.

"Mau beli korek api, kak?" tanyanya, menyodorkan sekotak korek api dari keranjangnya. Rin bisa melihat betapa penuhnya keranjang tersebut.

Tunggu.

"Kamu. Apa nenekmu telah meninggal?"

Sebelum Rin bisa memarahi dirinya sendiri karena telah menanyakan hal lantang seperti itu, anak kecil tersebut menganggukkan kepalanya lirih.

Lagi-lagi, Rin mengerutkan keningnya. "Dan ayahmu ... jahat kepadamu?"

Ketika sebuah anggukan kembali menjadi jawabannya, Rin berteriak, dalam hati.

Entah bagaimana, buku itu telah memindahkannya ke dunia dongeng yang ia baca sewaktu SD dulu.

.
.

Fragments in Wonderland — Rapunzel

Menurut Azalea, semenjak terdampar di negeri antah berantah rambutnya menjadi aneh. Rambut hitam Azalea berubah magenta melipir ke warna ungu, sedikit warna merah di pinggirannya. Hampir setiap orang yang secara kebetulan berpapasan mengatakan Azalea adalah orang terkutuk.

Entah sekarang dia berada di mana. Seharusnya dia tidak ikut-ikutan anak Fragments menyentuh buku aneh itu dan menuruti perkataan Riley- _sensei_.

Namun, sejauh ini belum ada mara bahaya yang datang. Setidaknya itu cukup melegakan. Ada satu hal yang disadari Azalea, ternyata dia di sini bisa menggunakan sihir.

Sampai suatu pagi ketika Azalea berjalan santai ke pertengahan negeri, ia mendapati seorang gadis cantik dengan rambut emas super panjang. Siluetnya tidak asing.

Secara diam-diam Azalea meramalkan mantra untuk mengetahui siapa gerangan gadis cantik itu.

Di-dia Rapunzel!’

Azalea tersentak begitu tahu siapa jati diri si gadis dengan rambut emas. Sejenak berpikir, mungkin dengan membantu Rapunzel kembali ke Raja dan Ratu, Azalea bisa petunjuk keluar dari dunia penuh hal ajaib ini.

.
.

Kumiko mendecih sebal, membuka lembaran buku yang diberikan oleh sang guru malah membuatnya ketiban sial. Suasana nuansa kerajaan yang asing di telinganya, serta panggilan nama yang familiar, namun tak ramah di matanya untuk penampilan.

Siapa kah pemuda berambut hitam legam, iris merah darah, dan tampan rupawan yang disebut Snow White ini?

Gadis berambut biru itu hanya melongo pucat seraya ditarik oleh sang Raja tampan. Raja mendengkus tertahan, mendelikkan mata ketika mendapati putra tiri semata wayangnya itu sembari mengomel pada Kumiko, "Kau itu musician ekslusifku, jangan terlalu akrab dengannya."

"Snow White! Tolong ambilkan air di sumur!"

"Baik, Ayahanda," balas Snow White, mengulas senyum manis. Namun, di saat sang Raja membalikkan diri, ekspresi pemuda rupawan itu berubah menjadi penuh sinis padanya.

Kumiko mengerjapkan mata, kebingungan saat mendapati iris merah darah yang mengkilat itu. Batinnya meringis, 'Bisakah aku keluar dari dunia ini?'

- Kumi (Twisted Snow White)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro