Seminar Online II

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tips Menulis Cerita Religi
By: Rara El Hasan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat malam semuanya. Alhamdulillah, dan terima kasih atas kepercayaannya pada Rara.

Rasanya sungguh luar biasa. Rara yang ilmunya tak sebesar biji jagung ini, dipercaya membantu teman-teman atau membagikan ilmunya pada teman-teman terkait dunia kepenulisan, khususnya novel genre religi.

Kampus Awan yang saya yakini--sebagai wadah yang tepat bagi teman-teman untuk belajar dunia kepenulisan--telah mendaulat saya untuk mengisi materi malam ini.

Tak berlebihan apabila saya mengucapkan terima kasih kepada jajaran admin dan pengurus di belakangnya.

Cukup untuk pembukaan yang bertele-tele, heheh ...

Sebelum mulai materi, tak afdol rasanya kalau tak ada sesi perkenalan.

Perkenalkan dulu, saya Rara El Hasan. Panggil Rara, mom Rara, Bunda Rara, Kak Rara atau lainnya.

Jangan sungkan menyapa kalau bertemu saya di mana pun. Apalagi yang rumahnya Bondowoso. Karna menjalin silahturahmi itu memperpanjang rezeki, betul apa tidak?

Hehehe...

Langsung masuk pada materi ya?

Tema besar materinya,

"Berbagi kisah menuju Jannah"

Dengan Sub tema

"Tips menulis cerita religi"

Sebelumnya Rara tanya dulu? Siapkah kalian menulis religi?

Karena sekali kalian memantapkan hati untuk menulis religi, maka kalian tak boleh mencoreng nama kalian dengan menulis kisah 18+   21+

Kak aku belum siap?

Ilmuku nggak nyampek?

Takut nggak ada pembaca kak?

Terus kapan lagi kalau nggak sekarang?

Pengen sih, Kak? Kasih tips dong!Baiklah ... baiklah ....

Rara kasih beberapa tips untuk temen temen yang berniat terjun ke genre religi.

1. Outline.

Setelah matang ide di otak, jangan lupa di tuangkan dalam outline, atau kerangka cerita.

Penting kah, kak?

Bagi Rara penting. Apalagi kalian yang mau nulis religi.

Aku nggak pernah pakai outline, Kak.

Rara saranin pakek deh. Biar cerita kalian padet. Terus nggak ada part yang gak penting. Menghindari plot hole

Plot Hole itu apa, Kak?

Mau tahu?

Hehhe...

2. Tentukan tema cerita.

Ini kalian mesti cari nih, temanya ...

Misal, kisah tentang perempuan yang hijrah. Nah setelah itu tentukan premisnya. Di religi penting juga loh premis.

Kak! Premis itu apa ya? Menurut KBBI premis itu:

[n] (1) apa yg dianggap benar sbg landasan kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan; (2) asumsi; (3) kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dl logika.

Contohnya Kak?

Kayak di Novel ISYQ punya Rara yang akan Open PO senin besok (Promosi colongan)😋

Kalau sudah jodoh pasti bersatu.

Jadi itu semacam kesimpulan, yang mesti dibuktikan penulis dalam isi novelnya.

Seberapa penting sih premis?

Bagi Rara penting banget.

Aristotle menyebut premis di dalam “The Poetics” sebagai unity of action. Karena tugasnya adalah untuk menyatukan aksi-aksi dalam novel. Mulai dari awal, pertengahan, hingga akhir. Semua konflik dan karakter yang sudah dibentuk akan ditata di dalam buku tersebut. Jadi Premis ini semacam surat perintah, ya ... Supaya bisa menyelesaikan tugas dengan baik.

Pembahasan mendalam mengenai premis, nanti saat kalian ikutan PO buku Rara... Hehhee

3.  Banyak baca

Apalah daya kak, aku tak suka baca.

Loh ... Loh ... Penulis kok nggak suka baca?! Gimana bisa idenya top cer.

Jadi, sebelum memulai terjun ke dunia kepenulisan yang membutuhkan modal pikiran, tenaga serta hati ini, temen-temen harus mengisi amunisinya terlebih dahulu dengan membaca.

Baca apa kak?

Apa saja, semuanya. Lahap ... Koran, cerpen, novel, artikel dll ... Perkaya khasana diksi dan ilmu kalian. Apalagi yang mau terjun ke genre religi. Buku-buku non fiksi berkaitan dengan materi kalian pun amat sangat wajib hukumnya di baca.

Ok, kak ... Aku mau mulai rutin baca.

Bagus. Jangan angin-anginan ya, hanya karena kelas ini ... mentok bertahan satu minggu!

Tambahan.

Perlu di ingat. Berbeda dengan genre lainnya, religi mengharamkan para tokohnya pegangan, pelukan apalagi ciuman yang bukan mahrom di sini-lah tugas teman-teman memainkan emosi pembaca dan mempercantik jalinan kata.

Jangan lupa self editing-nya. Jangan malas baca puebi. Jangan malas belajar konjungsi. Dan jangan malas rajin menulis.

4. Riset.

Penulis religi, ini nih penting. Riset. Tema apa yang kalian ambil, riset dulu secara mendalam. Penulis religi tugasnya ganda. Selain menyuguhkan cerita penghilang penat, penulis religi juga bertugas memberi muatan/ konten cerita yang membawa manfaat. Cari narasumber kompeten di bidangnya untuk ditanya-tanya.

5. Eksekusi

Untuk permulaan, pilih tema yang ringan-ringan. Yang kalian sendiri memahami isinya. Religi tak harus penuh hadits atau ayat Al-Qur'an ya,

Penting, isi dari cerita kalian mengandung pembelajaran sebagai seorang muslim, pun sudah bisa dikatakan religi.

Semoga bisa bermanfaat.

❤❤❤

List pertanyaan:

1. Bagaimana membuat cerita religi agar gak ngebosenin dan menarik?

Maka langkah pertama adalah membuat outline. Dengan adanya outline, kita sebagai penulis dipermudah dalam membaca jalan cerita sebelum dituangkan dalam rangkaian part demi part. Kita pun memiliki kesempatan menyisipkan konflik pemicu. Atau bisa temen temen sebut plot twist.

Selanjutnya, ambil tema yang lagi naik daun, tapi olah dengan tema tambahan yang belum pernah ada. Misalnya perjodohan. Nah, perjodohannya bisa dibuat gak jadi, lalu akhirnya mereka dipertemukan lagi. Nanti apa kata pembaca dong?

2. Jadi gini aku itu biasa udah fikir mau bikin cerita sampai end. Tapi pada saat buat malah kehambat fikiran ke mana-mana. Tips nya gimana Kak?

Pikiran ke mana-mana saat menulis.

Seperti susah nuangin kata-kata gitu ya? Kunci utamanya baca, Kak. Perbanyak baca.

Rara kasih bocoran treatmen khusus yang Rara lakukan sebelum nulis.

Ini wajib. Luangkan 1-2 jam waktu khusus nulis dan baca. Di periode jam yang sama. Jadikan kebiasaan dan quality time khusus menulis.

Ibarat suami, pasti butuh waktu berdua. Nah temukan tempat ternyaman bagi kalian. Konsentrasi ke jalan cerita. Anggap diri kalian tokoh utama.  Kalau Rara biasanya dibantu nulis.

Ingat tulis dulu sampai satu part itu selesai, setelahnya revisi saat itu juga. Rara tipe orang yang percaya, tulisan pertama itu pling jujur dan ngena di hati.

Seperti apa anak yang akan kalian tulis, kalian lebih tahu. Yang penting, tulis dengan sungguh sungguh.

3. Kak kalau kita pertamanya bikin cerita religi kan, terus bikin cerita lagi yang temanya roman/percintaan tapi tidak ada unsur 18+ nya dan tidak ada juga religi gimana yah? Apa tetap boleh buat ceritanya?

Boleh kak, yang gak boleh ada 21+.

4. Dalam cerita religi kan dilarang menjelaskan adegan-adegan tertentu. Bagaimana kalau dibuat dengan yang melakukan adalah pasangan halal. Misalnya sebatas ciuman dan pelukan, atau sekadar pegangan tangan. Bolehkah?

Di sinilah tugas author mempercantik kata. Kita sebagai penulis religi harus bisa main elegan.

Coba ya bandingkan.

Ini versi biasanya.

Ari mencium bibir sang istri dengan mesra. Jemarinya menguntai tali yang menggantung pada bahu wanita yang dicintainya sejak di bangku kuliah itu.

Ini versi Religi.

Tirai pemisa telah tekoyak pada takdir yang Allah gariskan. Air surga berhak diteguknya tanpa ragu. Ari menyalurkan rasa cinta yang telah ia simpan rapat dalam hati dan cadar yang menutupi paras cantik Karina. Jemarinya membuai bibir semerah delima.

Contoh lagi, Kak. Rara ambil dari novel Selimut Rindu Anaya.

Tuntas sudah perjalanan cinta Anaya. Dan dua hari setelah pernikahan, Zafran membawa Anaya ke Mesir untuk mengurus gelar doktornya sekalian berbulan madu.

Anaya yang memang cantik jauh terlihat lebih cantik saat rambutnya terurai. Hanya Zafran yang tahu bagaimana cantiknya Anaya. Dalam doa, mereka teguk manisnya madu pernikahan.

"Dik Anaya. Malam ini aku minta hakku sebagai seorang suami."

"Dengan berlindung pada Allah aku tunaikan kewajibanku sebagai seorang istri."

Allah telah memasang-masangkan laki-laki dan perempuan. Serta, Allah telah menyatukan mereka dalam ikatan suci pernikahan.

5. Novel religi biasanya konfliknya apa sih? Konflik batin aja kah?✊😶Ga pernah baca cerita religi.

Pokoknya poinnya pintar mengolah kata. Banyak Kak. Novel religi pun sama seperti novel lainnya. Hanya saja, kita dituntut untuk memberikan koda di setiap part-nya/ atau menyisipkan amanat / pesan moral setiap bab.

Kenapa Rara bilang setiap bab, karena lebih baiknya, novel religi tak ada bab kosong alias gak ada faedahnya apa-apa.

Usahakan padat, Kak. Dan usahakan setiap part itu satu kesatuan novel. Jadi kalau satu part saja dibuang, isi cerita bakal pincang.

6. Kan di atas kakak membicarakan tentang riset, apakah ada tips-tips khusus untuk mencari riset yang benar dan tidak menyesatkan? Oh iya, menyesatkan disini dalam artian hoax ya kak, karena selama ini yang sering kita temui adalah berita hoax dimana-mana, terimakasih.

Riset ya kak.

Kalau Rara, biasanya selalu pakai setting tempat yang pernah Rara datengi. Di sini kita cukup mudah untuk riset dari segi setting tempat, dan mendukung untuk menghidupkan unsur suasana dalam cerita.

Kalau penokohan, Rara sebisa mungkin selalu mengambil tokoh dengan sifat orang di sekeliling Rara.

Kalau muatan hadits atau Al-Quran, Rara langsung liat ke sumbernya. Dan, usahakan kalian memiliki buku pedoman atau pegangan yang menunjang dalam menulis.

Seperti fikih wanita, fikih umum,  tata cara salat dan masih banyak lainnya. Kalau rumah tangga pun banyak buku-buku yang menunjang.

Berarti butuh pendalam khusus maksudnya?

Kalau menurut Rara pribadi perlu kak... Cukup mengetahui. Yang terpenting jangan sampai timbul unsur SARA. Mungkin untuk yang satu ini, Kaka perlu pendampingan ustadz atau seseorang yang memang fasih dalam hal ini. Untuk penulis religi, setidaknya memiliki satu guru spiritual, sebagai narasumber.

7. Untuk seorang penulis religi, apakah tidak boleh memasukkan hal yang bersifat prinsip/fundamental tentang ajaran agama (misal kalo islam ttg tauhid n syirik)? Soalnya yg akan membaca karya fiksi kita bukan yg berkeyakinan sama dengan kita aja. Apa jika penulis seorang muslim, perlu memahami sedikit tentang agama lain juga, agar tidak kontradiktif dgn pemikiran pembaca yg berbeda keyakinan? Gimana kak?

Kalau untuk Rara sendiri, yang sampai berhubungan dengan non muslim, Rara belum menginjak ke sana. Karena Rara sendiri pun sadar kak, pemahaman Rara dengan ilmu agama Rara sendiri pun belum apa-apa.

Seperti biuh kecil dalam samudra.

Makanya, di sini, Rara setiap akan menulis cerita. Selalu ke Kyai atau Ustad. Menanyakan semua. Apakah cerita yang akan Rara angkat bisa menimbulkan perdebatan. Kalau misal iya, Rara mesti minta solusi.

Semisal begini kak, yang berhubungan dengan non muslim, ada baiknya jangan mematik api dengan menyuguhkan kata2 yang menjerumus ke SARA.

Di sinilah bedanya menulis religi dan bukan. Tantangannya lebih besar. Sudah seperti menulis skripsi. Apalagi berkaitan dengan adab adab. Yang mesti kita tahu sumbernya.

Hadits pun, sanadnya benar. Shahih atau tidak.

***

Sekian materi kita bersama Kak Rara El Hasan.

Semoga bermanfaat.

☁️☁️☁️☁️☁️☁️
Kampus AWAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro