Seminar Online XIII

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Step by step membuat buku
Oleh: Nanda Putra Pratomo

Assalamualaikum, hallo semua!
Perkenalkan nama saya Nanda Putra Pratomo, saya dari Bandung, dan sekarang lagi sibuk di bisnis dan nulis.

Baiklah, langsung saja, ya ....

“Gimana sih mas, cara bikin buku dari awal sampai akhirnya bener-bener jadi tuh?”

Ini merupakan salah satu pertanyaan mainstream yang sering ditanyakan orang ke saya. Well, kita coba bahas di sini ya. Bismillah ....

📕 Pertama, bikin buku itu mudah.

Sebelum masuk ke teknis, saya pengen nanemin terlebih dahulu kata-kata tersebut ke mindset Anda.

Biar apa?

Biar Anda memiliki keyakinan bahwa bikin buku itu gampang. Kenapa demikian? Ya, karena kenyataannya emang bikin buku itu gampang. Susah itu karena kita belum tahu polanya.

Bener?

Sama kaya saya pas pertama kali coba buat buku. Bingungnya minta ampun. Entah mau mulai dari mana. #PastiSekarangAndaJugaLagiNgerasaGitu #Iyakan

#UdahNgakuAja

🤔 Saya nggak ngerti mau mulai dari mana.
😞 Saya nggak mahir nulis.
🙁 Saya nggak suka baca.

Hindari statemen-statemen seperti itu. Itu hanya akan menjadikan Anda semakin tidak bisa untuk berkarya. Serius.

Inget, Allah itu maha oke. Kalo kita selaku hambanya yakin kita bisa, maka Allah pun akan menjawab, oke hambaku kamu pasti bisa. Begitupun sebaliknya. Kalau kita memiliki keyakinan bahwa kita nggak bisa, maka Allah pun akan bilang bahwa kita pun pasti bener-bener nggak bisa.

Jadi, teruslah berprasangka baik dan yakini bahwa kita pasti bisa untuk buat buku. Itu tahap awal. Dasar banget.

Awalnya juga saya berpikiran seperti Anda. Penuh dengan kepesimisan. Namun, setelah saya rubah mindset saya bahwa bikin buku itu mudah, alhasil Allah tolong saya untuk buat buku. Mulai dari dipertemukan dengan mentor kepenulisan, teman yang bisa ngevaluasi tulisan sampai jenis buku yang bisa nyupport tulisan semua Allah kasih, sampai akhirnya dalam waktu 3 bulan alhamdulillah buku perdana saya, #BerbenahSebelumPunah muncul ke permukaan.

Dari sini saya mulai menyadari, bahwa mindset yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula.

📕 Kedua, ketahui polanya.

Saya baru sadar, ternyata setiap kali saya bikin buku, toh, ternyata polanya itu-itu aja.

Bikin buku itu mudah ketika kita udah tahu polanya. Bener? ini saya sadari ketika saya menyelesaikan buku kelima saya bareng istri saya, judulnya #TombakMerahMuda

Emang gimana polanya, mas?

kurang lebih saya menanamkan pola berikut.

TEMA – JUDUL – OUTLINE – NULIS –  EVALUASI

Kok polanya beda ya mas sama apa yang saya tahu?

Hihi jelas beda, wong setiap penulis pasti punya polanya tersendiri. Begitupun dengan Anda. Kelak Anda pun mungkin akan memiliki pola menulis yang berbeda dari yang lainnya.

Oh iya, saya coba bahas terkait pola di atas, ya. Perhatikan.

Saya pilih untuk menentukan tema di awal karena bagi saya, menentukan tema itu seperti menentukan tujuan. Kalau kita nggak tahu tujuan kita mau ke mana, maka sulit bagi kita untuk melangkah ke arah yang tepat. Bener?

Sama halnya pas buat buku, kalau kita nggak tahu tujuannya ke mana, sulit bagi kita untuk sampai di tujuan yang kita inginkan.

Setelah menentukan tema biasanya saya mulai untuk menentukan judul yang pas untuk mewakili buku saya ini.

Kok di awal awal, mas?

Karena bagi saya menentukan judul di awal itu seperti menentukan rute dari tujuan kita. Kalau tujuannya udah ada, tentu kita harus tahu rutenya. Bener? Biar kita tahu gimana caranya buat mencapai ke tujuan tersebut.

Tapi saya sukanya nentuin judul di akhir, Mas. Apa salah?

Nggak. Nggak salah. Lagi-lagi kembali ke penulisnya, setiap orang punya polanya masing-masing. Saya yang suka menentukan judul di awal, tentu akan lebih pas untuk menentukan judul di awal daripada di  akhir. Bener?

Begitupun dengan Anda yang sudah terbiasa menentukan judul di akhir. Semua ini tergantung selera aja. Toh, tujuan akhirnya juga sama, jadi buku. Bener? hihi

Setelah tema dan judul, saya bakal coba buat outline. Di sini udah pada tahu tentang outline?

Kalau ada yang belum tahu dan mau tahu, bisa klik link dibawah ini ya
https://www.facebook.com/nanda.p.pratomo/posts/1790998694243596

Setelah outline jadi, biasanya saya langsung nulis. Kenapa? Wong semua udah jelas, ngapain ditunda-tunda lagi, langsung eksekusi. Broom broooom ... hehe

Nah misal udah beres, nih, sekarang tinggal kasih sentuhan akhirnya aja. Apa itu? Ya, yakni evaluasi.

Sebenernya hal ini nggak jadi wajib-wajib banget, sih, cuman buat Anda yang pengen tahu plus minus dari karya yang telah Anda buat, maka Anda bisa minta penilaian orang lain. Pas pembuatan buku perdana saya, Berbenah Sebelum Punah, saya sampai minta penilaian ke 20 orang. Kenapa? Biar saya lebih yakin bahwa karya saya layak untuk dibaca banyak orang.

Benar saja, setelah saya minta peniliain dari teman-teman saya, ternyata banyak banget yang harus saya perbaiki. Alhasil, rombak abis abisan ... wkwk

Dari situ saya sadar, untung saya nggak ngikutin ego saya yang berpikiran bahwa tulisan saya udah pasti bagus dan diterima banyak orang. Kalau iya saya ikuti, tamat sudah ... haha

Oalah, terus nanti kalau udah jadi naskahnya, kita mesti gimana, mas?

Nah, buat Anda yang udah beresin naskahnya, pasti punya pertanyaan demikian juga kan ... hihi #UdahNgakuAja

Kalau naskah Anda udah jadi, Anda tinggal kirimin aja ke PENERBIT. Namun, sebelum Anda kirimkan ke penerbit Anda mesti tahu dulu jenis-jenisnya. Karena penerbit pun ada jenisnya.

Berikut 3 jenis penerbitan yang bisa Anda eksekusi.

1. MAYOR

Bisa dibilang cara ini jadi impian banyak penulis. Kenapa? Karena dengan cara ini Anda bisa menerbitkan buku secara GRATIS, BANYAK dan memiliki ROYALTI. Namun yang perlu digaris bawahi dengan cara ini adalah Anda harus SABAR.

Kenapa saya bilang demikian? Karena emang prosesnya lama. Sebagai gambaran, ketika Anda kirimkan naskah Anda ke penerbit mayor, maka pihak penerbit baru akan mengkonfirmasi terkait naskah Anda diterima atau tidaknya itu selama 3 bulan kurang lebih. Belum lagi kalo udah diterima dan siap terbit, Anda mesti harus menunggu kembali waktu terbitnya. Biasanya kisaran 4 s.d 8 bulanan baru karya Anda bisa terbit. Luar biasa, bukan? Hihi

Selain lama, cara ini pun bisa dibilang tidak pasti. Kenapa? Karena ketika Anda mengirimkan naskah Anda ke penerbit ini, maka nggak ada kepastian bahwa naskah Anda pasti diterima. Nggak ada kepastian kayak gitu. Banyak saya lihat para penulis sampai harus mengirim berkali-kali naskahnya baru diterima. (tentu naskah udah direvisi terlebih dahulu, bukan naskah yang sama kayak sebelumnya).

Gila banget ya, mas?

Ya, bisa dibilang, tantangan yang besar akan membawa pada hasil yang besar juga. Sepakat?

2. INDIE

Cara ini jadi cara favorit kedua yang dituju oleh para penulis.

Emang apa bedanya sama mayor, mas?

Kalau mayor harus menunggu berbulan bulan dan belum ada kepastian terkait naskah kita. Kalau Indie lebih cepat dan terjamin.

Anda tinggal kirim naskah Anda, tunggu beberapa hari, naskah Anda diterima (sebagian besar pasti langsung nerima naskah Anda), setelah itu mereka bakal proses penerbitannya.

Jadi apa yang membedakan antara kedua cara itu selain kecepatan dan kepastian, mas?

Jawabannya ada di BIAYA.

Beda halnya dengan mayor yang serba GRATIS. Kalau indie, Anda harus mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk nerbitin buku. Misal, Anda pengen cetak 20 maka Anda harus bayar. Letaklah per eksemplarnya  Rp. 30.000, maka Anda harus bayar Rp. 600.000 untuk nerbitin 20 eksemplar.

Sampai sini paham?
Baik, saya lanjut ya.

3. SELF PUBLISHING

Sesuai dengan namanya, SELF (Sendiri). Cara ini meminta Anda untuk melakukan semuanya secara mandiri. Mulai dari edit naskah, layout naskah, desain cover sampai urus ISBN semua diurus oleh penulis itu sendiri.

Nggak enak banget ya mas makai cara ini?

Eits! Kata siapa? Di balik perjuangannya yang berat ada hasilnya yang mantap. Kok bisa? Ya bisa, kita coba itung-itungan, ya ...

Biaya per eksemplar: Rp. 25.000
Biaya jual buku: Rp. 70.000
Cetak buku: 1.000 Eksemplar (1.000 x 25.000 = Rp. 25.000.000)
Terjual: 1.000 Eksemplar (1.000 x 75.000 = Rp. 75.000.000)

Kira-kira berapa untungnya?
Ya, untungnya sebesar Rp.  50.000.000 !!!

Gimana, luar biasa bukan? Kembali lagi ke statement ''tantangan yang besar akan membawa pada hasil yang besar juga''.

Nah, itulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membuat buku. Ingat, #NoPraktekNoNgefek

Selamat mencoba!

📕 Sesi QnA

1. Bagaimana cara kakak mengatur waktu menulis agar tidak mengganggu kegiatan lain di real life?

• Buat manajemen waktu, kakak bisa baca tulisan saya yang ini ya 

https://www.facebook.com/nanda.p.pratomo/posts/3070683302941789

2. Aku udah bikin outline sampai selesai, Kak. Tapi kadang-kadang ngembangin ide dari setiap bagian outline itu sulit banget, apalagi kalau lagi banyak pikiran. Solusinya gimana, Kak?

• Bisa jadi itu kena serangan writer block atau mood. Untuk itu, kakak bisa baca tulisan saya yang ini ya 😂

https://www.facebook.com/nanda.p.pratomo/posts/2664123800264410

https://www.facebook.com/nanda.p.pratomo/posts/2654882837855173

3. Untuk penjualan 1000 eksemplar biasanya akan habis dalam kurun waktu berapa lama kak? Apa tingkat ke pemesan juga memengaruhi penjualan? Nah misal kita SP, terus mau ajukan ke gramed sendiri, bisa gak?

•Tergantung, sih, sebenarnya. Ada yang bisa 1 hari langsung habis, bisa juga yang sampai berbulan-bulan bahkan tahun. Jadi tergantung orang yang menjual dan strategi dia dalam menjual produk tersebut.

Apakah famous mempengaruhi penjualan? Jawabannya, banget. Semakin famous seorang penulis, maka semakin besar pula potensi penjualan karya tersebut.

Kalo Self Publishing nggak bisa, kak, paling kalo mau lewat jalur indie (potensi kecil), sama Mayor (potensi gede, mendekati pasti malah)

- Jadi, kalau misal, kita sp di penerbit indie pun, susah masuk gramed ya? Walaupun mampu modal gede? Apa tergantung penerbitnya?

• Yaps, ada kemungkinan, cuman kecil, biasanya yang masuk Gramed itu rata rata tembusan Mayor.

📕📕📕

Nah, bagaimana? Sudah tahu step by step membuat buku?
Intinya, semua kembali lagi ke penulis dan bagaimana mindset yang ditanam. 🤗

Semangat!!!

🌁 Kampus AWAN 🌁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro