Kopi juga pahit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng






Entah kemasukan hantu mana, hari ini diandra memiliki agenda yang beberapa tekahir ini ia tunda, pergi ke coffe shop untuk membeli segelas teh leci.

Hal kecil seperti ini yang membuat diandra tidak melakukan percobaan membunuh dirinya sendiri, tidak menyakiti dirinya sendiri dan melakukan tindakan ekstrem.

ini bermula ketika muncul diberanda instagramnya soal buah leci, lalu memikirkan betapa lezatnya leci di padukan dengan teh membuatnya sedikit tergiur, apalagi di tambah sepotong kue coklat di sebelahnya.

Ada satu toko yang menjualnya, kedai nenek. Iya, konon katanya pemiliknya ini dulu seorang wanita tua yang meiliki citra rasa yang super nikmat, racikan menu yang perempuan itu buat selalu nikmat di lidah orang orang.

Bangunanya sederhana, toko kecil yang di isi oleh perabotan tua bergaya tahun sebelum 20's, pelayanya ramah tamah, yang lebih bagus lagi adalah pelanganya juga ramah alias tidak berisik dan memiliki sopan santun.

kadang lagu lawas terputar di speaker lagu itu, namun pelayan tetap bisa menerima request lagu dari pelanggan, saat memesan menu pelayan biasanya menayakan lagu apa yang ia ingin dengar hari ini, dan jawaban itu akan masuk dalam list tunggu lagu yang di putar.

sederhana, namun berarti.

dan sepertinya, bukan hanya diandra saja yang tahu soal kedai nenek ini,

Cezka juga tahu, makanya mereka bisa berpapasan di dalam cafe dengan tampa tidak sengaja, keduanya terkejut, lebih terkejut ketika bangku mereka ternyata bersebelahan.

Pada biasanya, diandra akan menghindar mencari tempat lainya, namun khusus hari ini ia memilih duduk disana, memilih duduk dan mengobrol pada perempuan berambut hitam itu.

"Oh kue ini, aku juga memesanya, kamu suka?" komentar cezka

diandra menganguk sambil memotong kue nya perlahan, "aku suka"

keduanya duduk di kursi bar yang menghadap langsung ke padatnya kota, terlapisi lapisan kaca tebal yang membuat ac diruangan itu tetap berfungsi sebagaimana fungsinya. Ruanganya indoor karena siapa saja tidak tahan dengan panas dan penuh polusinya kota ini.

"sering kesini?" Tanya diandra

cezka menganguk, "kadang mampir jika tidak ada hal lain, kamu?"

"hanya jika ingin"

"Pelayanannya hangat bukan?"

"iya, aku juga suka cara mereka melayani, pasti lelah karena harus menjadi orang baik di kota penuh iblis seperti ini"

cezka menyeringit tidak setuju, "tidak juga, mengapa harus lelah jika berbuat baik memang keinanmu tulus dari hati?"

diandra terkekeh, "benar juga..."

keduanya terdiam, larut dalam pemikiran masing masing sambil menyapu pandangan dihadapan mereka.

"Kemarin kemana?" Tanya diandra lagi

"sedang merasa lelah, jadi tidur seharian"

"oh.."

"kamu datang?"

"ke pertemuan?"

"iya, kamu datang ke pertemuan?"

Diandra menganguk, menyuap sepotong kue itu ke lidahnya. Ketika lidah nya menerima rasa manis, otaknya memproduksi lebih banyak siklumulus kesenangan, hal itu membuat moodnya membaik. untuk sementara dia merasa senang.

melihat hal itu cezka jadi ikut tertawa kecil, "kamu suka sekali kue ini?."

"iya" diandra menjawabnya dengan intonasi senangnya, sehingga mata diandra ikut tersenyum. ^^

"aku punya member kedai ini, pakai saja sesukamu" kata cezka sambil menjulurkan sebuah kartu.

Diandra membelak, "tidak usah, tidak apa"

Cezka masih menyodorkan kartunya, "aku juga tidak keberatan"

diandra menganguk, "aku tidak apa, aku jarang kesini, aku hargai niat baik kamu cezka tapi aku tidak perlu ini"

Cezk menganguk, menarik kembali kartu yang ia sodorkan.

"mungkin kita bisa pakai itu bersama jika kita kembali berpapasan saat disini" tawar diandra

Cezka menganguk, "ide bagus"

Siang hari itu di habiskan oleh mereka yang mengobrol ringan tentang apa saja, mood cezka semakin lama semakin baik, begitu dengan diandra yang sedang dalam keadaan baik karena di boost kue coklat dihadapanya.

Untuk pertama kalinya dalam 3 tahun hidupnya, diandra terlihat enjoy menikmati waktu siang hari sambil berceloteh ringan. kepribadian cezka juga yang diluar ekpetasinya yang membuatnya sedikit terbuka pada orang ini, ada sesuatu disana yang diandra merasa seperti berkaca, ada yang sama, tidak tahu apa itu tapi diandra yakin, ada sesuatu hal yang sama.

lalu, diandra merasa orang yang akan sering ia ajak bicara mulai bertambah, cezka orang kedua yang bisa menyelinap masuk pada benteng pertahanan dirinya, selain kak therapist, kali ini cezka juga berhasil masuk.

"bagaimana setelah ini kita ke toko buku tua di pinggir kota?" Ajak cezka setelah pembicaraan tentang buku membuat mereka berdua bersemangat.

Mata diandra melebar, "kita bisa kesana naik busway!"

"ah benar? Kamu mau?"

"Ayo!"

diandra merasa senang, namun juga takut. Takut kecewa jika ia kembali harus merasakan seluruh penyakitnya.

Apa boleh ia merasa sesenang ini?

_______




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro