Udara mana kini yang dihirup?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



Awalnya satu gelembung mulai naik ke permukaan, lalu dua dan selanjutnya puluhan gelembung udara naik dan pecah di permukaan air hangat malam itu. sebuah tangan yang menjerat keluar mengengam pinggir bathup mulai bergetar menahan sang tubuh agar tetap di dalam air ketika gelembung mulai semakin padat banyaknya yang mengapung.

kulit tanganya semakin pucat, wajah sang perempuan masih tenang walau sebenarnya tangisnya sudah pecah, air matanya menyatu pada banyaknya air membuatnya hilang tak terlihat.

ketika mulutnya sedikit terbuka, air menyeruak masuk mengisi rongga dalam tubuhnya, lalu rasa sakit mulai menampardirinya. Sesam, namun pada detik ini masih bisa ia tahan. semakin lama semakin kencang gengaman tanganya, semakin tegang juga tubuhnya.

pada akhirnya selama apapun dia bertahan menuju kematian,

diandra akan tetap bangun dan menghirup udara banyak-banyak.

Rasa ingin bertahan hidup yang di miliki manusia memang melekat pada jantung dan otak, dan diandra benci itu.

"gagal" lirihnya pelan.

sambil membiarkan kucuran air dari shower terus mengisi bathup, diandra mengusap wajahnya frustasi. Tangannya memukul permukaan air dengan kesal untuk meluapkan emosinya, tangisanya kembali pecah.

Pada ruang kamar mandi yang asimetris, perempuan itu memeluk lututnya dengan erat, tangisan pelannya mengiringi suara percikan air yang menjadi suara lagu saat itu.

Bebek kuning disana sudah menjadi saksi entah berapa puluh kali perempuan itu terus mencoba menengelamkan dirinya di bathup putih yang tampak suci, entah berapa kali juga perempuan itu harus gagal dan tetap bernafas setelahnya.

jika ia bisa bicara, maka sang bebek akan bilang seperti ini,

Meski aku sedih melihatmu membunuh diri mu terus menerus, tetapi aku tetap senang melihat mu tetap hidup dan nafas hingga sampai detik ini.

Masih ada api disana, api kecil yang nyaris padam. ada humanoid diandra kecil disana yang berjuang mati matian melindungi api jiwa manusia.

diandra kecil yang masih berharap bahwa masa depanya akan tetap membaik walau dunia sudah rata dan menjadi hitam putih pada dirinya versi dewasa.

harapan kecil itu yang masih membuatmu bertahan,

jadi, tidak apa kali ini kau gagal dan mencoba membunuh dirimu sendiri, sebab melihat mu esok hari masih membuka mata dan membasuh muka sudah membuat ku bangga, pada dirimu yang kecil maupun yang sekarang.






__________








[Kembali pada pertemuan pertama]




Pertanyaan diandra, mengapa harus bagau?

diantara puluhan hewan didunia, mengapa harus bangau?

ekpresi bingung itu sangat jelas terlihat di ekpresinya yang memandang bangau dan kertas origami dengan tatapan tidak suka, sudah satu menit sejak sang therapist memberi tahu caranya dan membagikan kertas origami, diandra masih tidak mau menyentuh itu semua.

diantara meja bundar bermotif kayu jati itu, adji ajun dan cezka mulai melipatnya perlahan. Diandra masih harus memandangi mereka satu persatu sebelum akhirnya menyerah dan menyentuh kertas origami bewarna merah muda.

Bisa buat nemenin si kuning. batinya mencari hal positif kali ini.

"Kalian bisa ceritain soal hobby atau sesuatu yang kalian suka"

sembari melipat kertas origami, sang therapist kembali menaruh topic pembicaraan pada perkumpulan cangung ini.

ruangan putih ini yang selalu diandra jumpai sendiri kini terasa penuh terisi 5 orang.

"Adji mungkin boleh?" tunjuk nya

kali ini pria bernama panjang Pandji Anoraga atau di panggil Adji ini sejujurnya paling terlihat normal diantara lainya, ekpresinya tenang, pakaiannya bersih, rambutnya tertata, tidak terlalu mencerminkan seorang yang sedang melakukan sesi konseling tiap minggunya.

oh, adji juga pandai melipat origami sebab di depanya sudah ada 4 bangau kertas.

"saya suka jalan-jalan" kata adji

Cezka, perempuan selain diandra dengan rambut panjang dan muka menawan, ia menoleh dengan senyuman. "oh? Jalan jalan kemana biasanya?"

"ke alam sih, menjauh dari kota" balasnya lagi

Diandra masih terdiam, ia sedikit punya masalah dengan bagau nya yang tak kunjung berbentuk seperti lainya, tampak jelek dan lusuh malah.

"diandra dulu rumah eyang nya juga sejuk ya? Mungkin adji pernah kesana?"

Eh?

diandra mendengak, laku mendapati seluruhnya menoleh padanya. perempuan itu mengaruk tenguknya cangung,

"gak juga.. sekarang desanya udah banyak pembangunan, udah gak bagus" balas diandra

"bagus dong berarti, ada kemajuan di desanya kalau gitu" balas adji

diandra menyeringit tidak suka, "kalau gitu keaslinya hilang"

"memang di rombak seluruhnya?"

"enggak sih, tetep aja"

"Setiap perkumpulan manusia kan wajar aja kalau ada perubahan apalagi kalau ngarah ke hal yang lebih bagus"

Sang therapist menepuk tanganya untuk mengalihkan topic sengit yang mungkin jika dibiarkan akan lebih parah, "wahh saya yakin pandangan adji dan diandra ini dua duanya bagus, tergantung dilihat dari sudut yang mana"

"Ayo kita fokus pada bangau lagi" lanjutnya

semuanya kembali menunduk, melanjutkan melipat bangau origami mereka.

"aku di pihak kamu kok ra" bisik cezka

diandra tersenyum kecil, "makasih" balasnya cangung.

"Kalau ajun? Bagaimana? Apa yang kamu sukai?" Pertanyaan kembali di lemparkan

Pria yang mengunakan pakaian serba hitam itu melirik sebentar pada sang therapist sebelum kembali menunduk, "saya suka tidur"

"kalau selain itu? Misal seperti music?" tanya sang therapist

Ajun mendengakan wajahnya, "kan kakak udah tau?"

"saya sudah tahu, tapi yang lainya kan belum"

ajun menghelanafasnya, "saya suka musik"ujarnya lagi

"cezka juga suka musik ya? Taylor swift?"tanya sang therapist lagi berperan menjadi tali sambung antara satu dan lainya.

Cezka menganguk kecil, "lagunya bagus"

"kamu suka lagu 80an cez?" Tanya diandra kali ini memberanikan bicara terlebih dahulu.

cezka terdiam sesaat, lalu ia mengeleng. "Aku kurang suka, maaf"

"oh iya"

"Sekarang giliran cezka"ujar sang therapist

Ekpresi cezka mendadak muram, "jangan aku"

"kenapa?"

BRAK! sebuah hantaman dari kedua tangan nya ke meja tempat semua disana mendadak membuat selruhnya terdiam, pukulannya memang tidak kencang namun cukup membuat meja bunda itu hilang sedikit keseimbangan.

bangau bangau dan kertas di atas meja mulai tergeser dari tempatnya bahkan.

"Aku kan udah bilang jangan aku?!" Ujarnya tegas.

"Oke, tapi saya perlu tahu alasanya kenapa, kamu belum siap?" Tanya sang therapist tenang.

disana ajun-adji bahkan diandra ikut menegang menatap cezka.

"iya" jawab cezka singkat. "Belum siap"

Suasana kembali kondusif, sang therapist melontarkan benerapa kalimat pencair suasana

"kalau diandra? Apa yang kamu suka?"

diandra memberhentikan kegiatan tanganya yang melipat bangau, ia menarik nafasnya Panjang panjang sambil menyenderkan pungungnya.

"aku dulu suka bunga"

"bunga mawar atau hanya sebatas bunga soka, aku suka semuanya dulu"

dulu,


__________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro