GEBETAN BELLI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Belli berlari keteras rumah dengan bersiul siul kecil kaki lincahnya bahkan sudah berlari membentuk zigzag disepanjang rumah yang membuat Raga serta Amir yang sedang membereskan halaman depan saling berpandangan.

"Keriting kenapa dah?" ujar Amir geleng geleng kepala.

"Jangan diganggu lagi bahagia," kata Raga memperingatkan.

"Bang Raga," panggil Belli dengan suara beratnya. Raga menoleh mengernyitkan dahi bingung sendiri Belli yang tiba tiba berubah kalem.

"Kesambet dimana lu?" Amir menjawab dengan senyum setannya.

"Gak manggil elu, stop bertanya sstt," perintah Belli dengan telunjuk diarahkan didepan bibirnya. "Bang Raga kenal sama Dika nggak? yang ganteng banget katanya mirip banget sama abang mukanya," tanya Belli antusias.

"Siapa?"

"Iih bang Raga, itu yang mirip Abang, Dika pokoknya."

"Kalo kenal ngapa dah ting?" balas Amir kesal sendiri.

Belli melirik Amir dengan ujung matanya kesal lalu berbalik hendak melangkah.

"Pradika bukan?" kata Raga sebelum gadis itu menjauh.

Belli berbalik dengan mata berbinar menyetujui ucapan Raga. "Pradika Bijaksana, kenal bang?"

Raga mengangguk mengiyakan kemudian berbalik kembali menyelesaikan tugasnya memotong rumput pagi ini bersama sang mantan mahoan nya, Amir. Belli yang tak puas pun menghambur kesisi tengah diantara Raga dan Amir berjongkok ikut menyabuti rumput walau kenyataan nya gadis itu hanya melempar lempar rumput yang sudah dipotong Amir sedari tadi.

"Udah punya pacar belum bang?" kali ini Belli bertanya lebih antusias, "atau gebetan gitu?"

Amir menoleh menoyor si keriting yang sedari tadi mencercah Raga dengan pertanyaan.

"Iih apaan sih, dasar item buluk. Bang Raga lihat nih Amir nyebelin orang gak nanya sama dia juga."

"Mir," tegur Raga pelan. "Gak deket tapi tahu," kata Raga melanjutkan tanpa menoleh.

Pemuda itu beranjak mengambil selang mulai menyiram halaman Belli mengikuti dari belakang. "Cakep kan bang, emang gak salah pilih gebetan gua mah," ucap Belli antusias.

"Emang dia tahu sama lo?" lagi Amir bertanya.

"Kepo lu jomblo," oceh beli kemudian memeletkan lidahnya dan kembali kedalam rumah dengan senyum mengembang.

"Kenapa jomblo selalu jadi bahan ejekan sih? emang harus gitu pacaran?" kesal Amir sambil menendang rumput yang sudah diberesi Raga sedari tadi.

Raga menoleh memperhatikan tingah si bongsor tersebut. "Beresin," ucap Raga dingin.

Amir yang mendapat tatapan dingin sang es serut pun hanya tersenyum kaku lalu membereskan kekacauan yang sudah dibuatnya barusan.



RUMAH KITA❤️

Amir.N:

Amir.N:ini bukan bel? yang lo tanyain tadi

Bellinda:iyaa, ya Allah cakep banget pengen nangis

Mentari.J:Eh siapa tuh, bening bener busettt

Anindhia:waw

Anindhia:tanpa celah

Jane.MA:manusia tanpa pori pori

Alana.S:ada yang begini? tinggal dibumi sebelah mana dah?

Lukman:ckckck cabe keluar semua

Lukman:gue yang sebelas dua belas sama dika diem aja dah

SEGA:hmm

Raga.Bumi:hmm

J.Bastian:hmm

Mentari.J:Pada kenapa dah hahah

Bellinda:Nisya sabyan hmm 1000x hahaha

Mentari.J:itu siapa bel?

Bellinda:gebetan gue mbak icikiwirrr cakep nya paripurna wkwkwk

Jane.MA:rahangnya on top

Anindhia:jakun nya mencuri perhatian

Mentari.J:dia mau sama lo?

Jane.MA:hhahaha Joy please deh

J.Bastian:Pradika ya bel?

Bellinda:lah abang kenal?

J.Bastian:anak futsal juga tuh, belum ada pacar gas aja, Uman kenal deket malahan

Jane.MA:ngengggg awas banyak polisi tidur bel hahaha

Anindhia:wew modelan Belli cabe gitu emang mau?

Alana.S:hahahah bel nista bener lu

Bellinda:Pada kenapa sih gak terima banget gue bahagia

Amir.N:bukan apa apa bel kasian sama di padi padi itu

Lukman:iya elu dapet dia subhanallah lah dia kayak dapet undian zonk, coba lagi hahaha

Bellinda: -_- anak setan

Bellinda:iya kalian aja yang boleh gua kagak

Mentari.J:dih baper si keriting, buru turun jadi ikut gak lo

Jane.MA:yang nistain Belli gua sumpahin kuburan nya sempit hahahah

Bellinda:mbak Jennar idolaku :(

Anindhia:Jennar karena ada Raga aja coba gak ada beuuh gencar pasti hahahah

Jane.MA: hahahahhah

Amir.N:terus gue gak dianggep mbak?

Jane.MA:brmmnbrmmbrmm gaspol tem hahah

Alana.S:jangan kasih rem tem

Mentari.J:Item lancar bener gasnya jangan lupa makan makan nya aja sih kalo udah jadian hahah

Anindhia:dih paan lu, mau mati lo sama gue

SEGA:hmm

Jane.MA:ngelak terus ampe mbak Alana jomblo

Lukman:eaaaaah mbak Jennar mau nyalip mbak Al

Alana.S:maksudnya apa ya Nar

Jane.MA:kaborrr wkwkwkk

Bellinda:mbak Anin ada si setan di depan sama bang Raga hahaha temuin sono biar mampus tu amir item

Amir.N:si Belli nih tim sukses mana deh heran gue

Anindhia:bubar!!!

Lukman:item muncul maung pun muncul hahaha





"Makan dulu?"

"Hmmp," Jennar mengangguk dengan semangat.

"Sate depan komplek aja ya?" tanya Raga dengan senyum tulusnya.

"Tapi mau bakso juga, gimana dong?"

"Yaudah tinggal dipesen aja."

Raga dan Jennar berjalan menyusuri halaman FK, hari ini Raga sengaja menjemput tepat di depan kelas Jennar, selepas jumat tadi memang sang pemuda es itu sudah berjanji mau menjemput Jennar dikampusnya.

"Tumben jemput kedepan kelas," kata Jennar dengan senyum tak lepas dari wajahnya.

"Pengen aja," jawab Raga seadanya.

"Ooh."

Raga memang tak banyak bicara sedari dulu jadi Jennar hanya mengikuti cara pemuda itu berkomunikasi.

"Kok diem, biasanya bawel?" tanya Raga pada akhirnya.

"Ya bingung mau ngomong apa kalau dijawab singkat padat gitu."

Raga tersenyum sedikit terkekeh, diraihnya jemari Jennar kemudian digenggamnya erat agar Jennar tak canggung.

"Aku mau selamanya sama kamu," ujar Raga tanpa menoleh. Sedangkan Jennar sudah manggut manggut tak karuan karena sudah hafal ucapan pemuda ini setiap sedang mengobrol Raga selalu mengungkapkannya dan hal tersebut membuat Jennar sedikit meragu seolah Raga berbicara kalau dia 'tak yakin' dengan perasaannya.

"Kok gak dijawab?" Raga menoleh kepada Jennar yang tak merespon ucapannya.

Jennar sedikit tergagap takut ketahuan kalau dia sedang berfikir jelek tentang pacarnya. "U-udah kok kamu aja yang gak kedengeran, eh itu mobil kamu kan?" tunjuk Jennar asal.

"Sayang?" Raga memanggil Jennar karena bingung sendiri.

"Apa?" Jawab Jennar dengan alis terangkat disertai pipi sedikit digembungkan.

"Lagi gak ada yang ditutupin dari aku kan?"

"Emang ada yang harus aku tutupin?"

"Ya siapa tau," ujar Raga gemes sendiri. Kemudian mengacak rambut Jennar.

"Raga aah rambut aku berantakan iih," perotes Jennar dengan bibir dimajukan.

"Jangan gemes gemes aku gak bisa digituin pengen aku ajak nikah tau gak kalau kamu lucu gini," bisik Raga dihadapan Jennar yang kemudian menoel hidung mungil pacarnya.

"Gombal, jangan kebanyakan main sama item deh kamu ketularan buaya entar."

"Ya gombalnya sama pacar sendiri ju___ "

"Bang Raga."

Sapaan dari belakang kedua pasangan itu mengalihkan atensi Jennar keduanya bahkan menoleh bersamaan. Jennar mengerutkan keningnya penasaran dengan sosok gadis cantik berambut hitam sebahu berdiri dihadapan mereka, tubuhnya mungil kulit putih pucat, senyum nya manis matanya bulat indah bahkan Jennar pun terkesima sesaat.

"Kamu kenal__ "

Belum selesai Jennar bertanya pemuda disampingnya itu dengan cepat atau tanpa Jennar sadar sudah melepaskan genggaman tangan Jennar. Jennar melihat tangan nya yang masih terbuka bekas genggaman Raga tadi dengan nanar merasa dipinggirkan setelah sapaan dari sang gadis berkulit putih.

"Dea," sapa Raga pelan hampir tak terdengar. Jennar menoleh memperhatikan tatapan sang kekasih yang berubah sendu ada rindu yang terlihat jelas tergambar disana, Jennar tak mau menduga tapi dari jarak sedekat ini Jennar tak mungkin salah kan dia masih waras dan bisa membedakan bagaimana tatapan seperti memuja bercampur merindu itu terpancar dari mata Raga.

"Abang apa kabar?" kata sang gadis tersenyum renyah, "dia si-apa?" tunjuk Dea kepada Jennar.

Raga yang seakan tersadar bahwa disampingnya ada Jennar menoleh dengan ekspresi yang tak terbaca oleh Jennar.

"Jane," jawab Jennar menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Dea.

"Anastashia Deanda," balas Dea dengan senyum manisnya.

"Abang, kita baru ketemu lagi loh ini malah diem aja."

"Ha, iya."

"Kalau kalian mau ngobrol ngobrol dulu yaudah gak apa apa silahkan gue bisa pulang naik ojol kok," pamit Jennar tau diri padahal hatinya sudah sesak melihat perilaku Raga. Baru saja dia meragukan ucapan Raga dan sekarang seakan dijawab Tuhan apa yang salah dari kata kata gombal Raga dari awal.

"Nar, aku antar kamu dulu aja," ujar Raga bingung sendiri.

"Oh gak apa apa kasihan Dea nungguin lo lama entar," jawab Jennar sedikit bergetar.

"Nar," sela Raga lagi.

"Enggak apa apa santai aja lagi, Dea gua duluan ya, bye have fun," pamit Jennar undur diri. Sementara Raga masih terpaku ditempat tak melakukan banyak hal bingung dengan pikirannya sendiri.

Sedangkan Jennar sudah berbalik menjauh menyusuri jalan kampus sendiri.

"Harusnya gue gak pernah nerima ini, udah baik baik sendiri kok, sakit banget Anin," isak Jennar tertunduk. Beruntung jalanan FK agak sedikit lenggang siang ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro