DON't STOP!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Jennar bersidekap di depan dada dihadapannya Anin dan Joy dengan kompak duduk dengan wajah lesu, kedua dagu mereka bahkan sudah menempel di meja kantin sementara disebelah kiri ada Belli yang sibuk dengan chiken pop nya pura pura tak tahu.

"Gini banget ya muka songong temen-temen gue?" ketus Jennar masih kalem. "Sampai sampai Bang Ibas aja elu marahin Joy? hebat bener."

"Ho o tadi Uman cerita, dia lagi boker denger Mbak Joy maki maki Bang Ibas, untung gak ada Mbak Alana," ujar Belli tanpa menoleh.

Joy bangkit menegakkan kepala kemudian menggeplak kepala Belli dengan bungkus biskuit kosong yang sedari tadi dipegangnya. "Cepu dasar, minta sini," kata Joy seraya menarik cemilan Belli.

"Rampok dasar."

"Ck, diem dulu Bel?" ujar Jennar sedikit terganggu. Pandangannya berubah sekarang melirik ke arah Anin yang sedari tadi hanya menghela nafas. "Lo lagi Nin, putusin mau sama siapa? anak orang jangan digantung."

"Iya,hmm kasian temen gue tau Mbak di php sama Amir gara gara si item belok ngejer elu, elu nya malah gini."

Anin menoleh mengawasi Belli yang masih mengunyah chiken pop nya tanpa rasa bersalah kalo sekarang dia sedang menjadi kompornya Jennar. "Nih bocah bener bener emang, udah sana lo kompor," usir Anin kejam. "Dasar aja si item buaya ngapain lo nyalahin gue," tambah Anin tak terima.

"STOP ANINDHIA!! berantem aja pinter lu heran," kata Jennar kembali. "Lo Joy harus minta maaf sama Abang hari ini gak mau tahu gue, suasana rumah tu gak enak tau nggak? Raga sama Sega ampe sekarang gak teguran, gara gara siapa coba?"

Joy menunjuk kearah Jennar dengan jari nya tanpa merasa bersalah yang alhasil Jennar malah melotot dengan tangan yang menoyor kepala Joy tanpa ampun, Joy hanya meringis tersenyum lima jari yang memperlihatkan gigi rapinya kemudian menunjuk kedirinya sendiri.

"Iye elu," ujar Jennar mengangguk puas.

"Iya entar gue minta maaf sama Abang, kalau soal Sega gue masuk list dulu lah, perasaan gue belum bener nih. Gue tu gak tau, maksud gue tu ya Nar bener gak nih gue suka sama dia, kenapa gue nggak deg degan lagi apa selama ini gue cuma ngefans aja gitu," kata Joy panjang lebar. Sementara ketiga teman kosan nya sudah mengernyitkan dahi bingung.

"Kok kita sama?" Anin bertanya dengan mata menyipit, "lo lagi demen sama cowok lain Joy?"

Joy mengangguk antusias membenarkan ucapan Anin, kemudian menoleh kearah Jennar dengan senyum malu malu. "Kakak ipar," ujarnya yang membuat Jennar melotot.

"Anjir, kenceng banget gas nya Bang Bintang? ampe Mbak Matahari goyah dari seorang Sega?" Belli merespon dengan lebay.

"Gak gak gak udah gak bener ini, Joy please jangan main main!! gue geplak juga lu," maki Jennar bersiap meninju Joy yang sudah mengelak.

"Ckckck turun banget selera lu Joy, cek dulu dah obsesi bukan," Anin menyela pembicaraan Jennar dan Joy. Sementara Belli sudah cekikikan tak karuan.

Jennar menepuk jidatnya pelan seraya menggeleng bingung harus bagaiamana, Joy memang random tapi kali ini luarbiasa pikir Jennar.

"Dah lah capek gue ngurisin lo berdua, pokoknya beresin tuh masalah hati lo berdua, dan lo minta maaf cepet ke Abang," ujar Jennar lagi sambil membereskan tas dan jas praktiknya. "Ayok Bel temenin Mbak," ajak Jennar kepada Belli yang langsung disetujui gadis itu.

"Mau kemana?" kata Anin penasaran.

"Mekdi mau ngunyah es krim, panas otak gue gara gara lo berdua."

"Gak ngajak gue?" lagi Anin bertanya dengan suara pelan.

"Kagak!!!" singkat Jennar kemudian menarik Belli yang sudah tertawa cekikikan.

"Kok dia yang emosi sih, heran," ungkap Anin tak terima.

"Ya elu nya aneh kampret."

"Elu juga aneh monyet," balas Anin dengan mata membesar.

Kemudian keduanya saling menoleh nyengir dengan garis mata hampir hilang, dan tertawa terbahak bahak sampai tak sadar sedang menjadi objek gibahan seluruh isi kantin FK.

"Gila ya hebat banget lo gue sampe Sega pengen ngejer gue."

"Sialan," maki Anin kemudian menoyor kepala Joy tak santai. Gadis itu semakin tertawa geli sendiri dengan dunia percintaan nya dan Anin yang sudah mengernyitkan dahinya berfikir sendiri sampai kapan dia akan menghindari dunia percintaannya.

"Kenapa mesti Amir si Tuhan," ujar Anin seraya melihat keatas seakan dirinya sedang mengobrol dengan sang penguasa alam semesta.




"Abang__ lagi sibuk nggak?"

Joy membuka kamar Ibas dengan kepala sedikit menonggol, Ibas sang pemilik kamar sedang duduk bersila dilantai tangan nya sedang sibuk berselancar diatas laptop.

"Hmm," jawab pemuda itu singkat. "Masuk Joy jangan kayak orang nagih hutang," ujar Ibas menoleh sesaat.

Joy hanya nyengir entah lah sudah berapa kali dia memamerkan giginya hari ini, kemudian gadis cantik berambut agak coklat itu masuk ke kamar Ibas ikut duduk bersila di sebelah Ibas.

"Abang," rengek Joy hampir menangis. Ibas menoleh akhirnya dengan alis bertaut.

"Lah dateng dateng nangis, kenapa lu? digangguin Uman?"

"Kagak,kalo Uman mah kecil, maafin Joy ya bang tadi pagi keceplosan," ujar Joy dengan mata berlinangan.

Ibas hanya tertawa ngakak mendengarnya pasalnya dia sudah tidak memikirkan lagi perihal ucapan Joy pagi tadi.

"Emang Joy kenapa?" goda Ibas tersenyum.

"Abang iih."

"Hahaha, dengerin Abang kalau lagi marah itu usahain tutup mulut rapat rapat kalau bakalan tau bakal bernada tinggi apalagi asal ucap, terus jangan melampiaskan ke mereka yang gak salah sama sekali, itu gak adil loh namanya," Ujar Ibas bijaksana.

"Iya maaf ya bang ya, janji gak lagi lagi."

Ibas memukul pelan kepala Joy gadis itu masih terisak tapi disertai cengengesan.

"Gak semua cowok yang ngerubah perasaan nya itu bisa dibilang cari pelarian Joy, kita gak bisa menilai hanya karena dulu dia suka sama orang lain terus tiba tiba jadi suka sama kita, hati itu emang segempal yang masuk gak bisa banyak Joy, itu modelan Sega abang yakin banget dia tulus sama kamu kalau enggak udah dari lama dia bakal jauhin kamu yang modelan cabe gini."

"ABANG IIH."

"Tuh belum ada lima menit minta maaf udah mau marah aja."

Joy nyengir tak enak diraihnya tangan Ibas kemudian disalim nya sopan. "Beruntung banget deh Mbak Al bisa dapet abang," puji Joy lalu mengacungkan kedua jempol tangan nya.

Ibas meraih hp nya kemudian mengetik sesuatu lalu tersenyum kepada Joy dengan aneh.

"Kenapa bang?"

Suara lembut Sega membuat kedua orang dikamar itu serempak menoleh, Sega masuk ke kamar Ibas dengan hp ditangannya, agak sedikit canggung karena tak mengira akan bertemu Joy disini.

"Abang iih," kata Joy seraya menampar tangan Ibas kesal.

"Udah ngobrol sini lu berdua, awas sampe jambak jambakan, abang keluar dulu."

Ibas keluar kamar membiarkan kedua adiknya tersebut untuk berbicara lebih dalam, ditutupnya pintu kamar dengan senyum serta geleng geleng kepala.

"Lama lama jadi guru konseling nih gue," ujar pemuda itu kediri sendiri bangga. "Ayang aku mana deh lama amat buat indomie nya." Ibas memanjangkan leher untuk melihat kearah dapur dimana Alana sedang berkutat sendirian. "Ntar malem ke Doublyu yuk, Sega yang traktir nih," teriak Ibas keseluruh penjuru rumah.

"Udah jadian ya?" Jennar yang baru keluar dari kamar Raga langsung bertanya penasaran.

"Bau bau nya bentar lagi nih," Uman ikut menimpali.

"Iye bau gratisan nih ampe depan noh bau nya," ujar Amir hiperbola.

"Cepet banget keluar kalo soal gratisan anak si Hendra," maki Jennar gemas.

"Nar dicariin juga, darimana lo? casan gue mana," Anin yang baru turun dari lantai dua ikut menghampiri.

"Eh calon pacar aku," ujar Amir alay.

Anin langsung menoleh dengan tatapan mematikan, sementara semua orang disana sudah tertawa ngakak.

"Kayaknya perlu ngobrol dikamar abang juga nih kek nya," ujar Jennar kemudian berlalu meninggalkan obrolan absurd sore ini. Anin mengekori dari belakang.

"Yang buru deh mie kamu udah jadi," teriak Alana cempreng.

"Siap sayang," ujar Ibas berteriak. "Tuh Mir enak tau punya pacar, buru dor langsung," saran Ibas kepada Amir yang baru akan beranjak ke kamarnya.

"Biar bisa bikin indomie gitu bang? tanya Amir polos, "yang ada gue dimaki maki."

Ibas hanya tertawa ngakak sampai hampir menangis menanggapi reaksi Amir barusan, pemuda itu hanya geleng geleng kepala kemudian beranjak membiarkan Amir sibuk sendiri dengan pikirannya.

"Bener juga sih kan enak tuh entar baju gue ada yang nyuciin," oceh Amir ke diri sendiri. "Habis itu gue koid dihajar maung," lagi Amir berperang dengan ucapan nya sendiri tak berkesudahan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro