SANG MATAHARI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jennar dan Anin memakai sepatu mereka dengan gerakan sama, terburu buru. Keduanya kompak kesiangan hari ini, jam menunjukan pukul tujuh lebih duapuluh sekarang sedangkan praktik cadaver akan dimulai tepat jam delapan nanti.

Setelah dirasa tak ada yang tertinggal bergegas keduanya menuju mobil Anin yang sudah terparkir rapi di depan rumah seperti kata Jennar, Amir agak ngegas belakangan ini.

"Pagi bener si dua monkey berangkat."

Joy yang baru keluar dari kamar Ibas ikut penasaran karena bunyi berisik sedari tadi.

"Ngapain lu dikamar Bang Ibas," tanya Anin disela keriwehan nya.

"Mamah Dedeh curhat dong," kata Joy sambil cengengesan. "Pagi bener nyet? mau pada upacara?"

"Berisik," ujar Jennar kesal karena ditanya terus menerus sedari tadi mulai dari mereka turun tangga dengan berlari. "Makan siang di kantin Fk lo, kita mesti ngobrol bertiga, awas kagak dateng gue botakin pala lu."

"Jangan ke kantin Fk aah gak ada yang cakep," balas Joy terkikik.

Jennar menoleh sebelum memasuki mobil Anin gadis itu menunjukan tinju nya kearah Joy. "Entar gue yang bayarin, gue tau lo lagi miskin wahai rakyat jelata."

Joy memasang wajah datarnya lalu melambaikan tangan seiring Anin yang mulai menjalankan mobilnya. "Tiban bayarin air putih dong riya' nya ampe satu Indonesia bisa denger."

Joy masuk kedalam rumah melewati Uman yang sedang sarapan ditemani acara tivi pagi ini, pemuda tengil itu bahkan tak benar benar duduk di sofa malah berjongkok dengan kaki menekuk.

"Woi Hendra nontonin iklan doang gaya duduk lo hebat bener, turunin gak tu kaki," perintah Joy kesal.

Uman hanya menoleh sebentar kemudian meringis, "gue mau boker Mbak udah diujung ini tapi sarapan dikit lagi abis, tanggung."

"Jorok lo setan, nyesel gue nanyain manusia tak berperikemanusian macam lu."

"Dih bawel suka suka gue lah, repot bener. Yang beginian di demenin Bang Sega ckckck kasihan Bang Sega mau jadi apa nanti nya."

"Heh!! bibir gue tarik makin doer lu ya," maki Joy setengah berteriak.

"Matahari."

Sega yang baru saja keluar dari kamarnya memanggil gadis bermata bulat itu dengan suara sedikit serak. "Gak buat sarapan? Aku laper."

"Dih," ujar Joy singkat.

Joy melengos dengan alis terangkat, dibiarkan nya saja Sega yang masih berdiam diri di depan pintu kamar.

"Banyak banget drama dirumah ini Tuhan, aku tak sanggup," ujar Uman asal. Lalu menoleh kearah Sega tak enak hati. "Makan Bang," tawar Uman sedikit mengangguk.

Sega hanya mengangguk menanggapi tawaran basa basi Uman.

"Gak kuliah lo?" tanya Sega lagi.

"Kuliah bang, aduh gue mau boker dulu ya Bang udah gak kuat. Lanjutin dah tu drama perjuangan lo Bang, semangat kakak. Amir aja udah ngegas masak Abang kagak," ujar Uman panjang lebar dengan tangan terkepal keatas. Padahal perutnya sudah melilit tak karuan.

"Mau kemana lo," cegat Joy begitu melihat Uman yang sudah berlari kecil.

"Boker, mau ikut?"

"Setan, gue nebeng ke kampus."

Uman hanya mengangguk kemudian hilang dibalik pintu kamar mandi.

"Kenapa gak sama Sega aja Joy?" ini Suara Ibas sang pencetus awal cerita cinta cintaan dirumah ini.

"Gue mau melipir dulu," jawab Joy singkat.

Sementara Sega sudah cengengesan bersama Ibas.

"Biasanya yang begini ini jinak jinak merpati Ga," ujar Ibas dengan cengiran kampretnya.

Joy menoleh kepada Ibas seolah berkata 'Mau mati lo Bang?'

"Jangan asal deh Bang, gue bukan tempat pelarian btw!!"

Sega tersedak air ludahnya sendiri setelah mendengar pernyataan singkat Joy barusan.

"Dan gue gak sehebat Mbak Alana yang bisa nerima cowok yang jelas jelas naksir orang lain yang siang malam curhat tentang itu cewek segimana suka nya doi, gak gue gak sehebat itu," ulas Joy panjang lebar. Sega dan Ibas diam dan saling melihat satu sama lain, Ibas mengernyitkan dahinya berfikir.

"Lo tau kan Bang apa yang gue maksud," tambah Joy sekali lagi. Kemudian berlalu meninggalkan kedua pemuda tersebut yang masih mencerna ucapan ketus sang Matahari.

"Lo berdua pernah suka sama orang yang sama, gue ingetin kalau kalian lupa," kata Joy lagi kemudian benar benar menghilang diujung tangga menuju lantai dua.

Ibas menaikan alisnya tinggi tinggi tak menyangka akan mendapatkan tamparan keras pagi ini niatnya ingin membantu menggoda Joy malah dia juga ikut disalahkan.

"Gak apa apa Ga, lihat Amir berjuang dengan caranya sendiri."

Sega mengangguk pelan matanya masih menatap kearah tangga lantai dua.

"Sesalah itu ya gue Bang?sampai sampai dia gak mau ngelihat gue?gue telat, telat banget!!"

Ibas menunjuk dada sebelah kiri Sega dengan telunjuknya. "Tanya perasaan lo, niat lo buat ngejar Joy untuk pelampiasan kah atau bener bener ngerasain sesuatu yang lebih besar saat lo fikir lo suka sama Jennar," ujar Ibas lagi. Kemudian beranjak meninggalkan Sega sendirian di meja makan ditepuknya pelan pundak pemuda itu sebelum berlalu.

Uman keluar dari kamar mandi seraya menggeleng gelengkan kepalanya merasa tersanjung bagaimana dia menjadi saksi bisu ketika kedua Abang nya dihajar sampai K.O oleh sang Matahari. "Cinta cinta cinta aku jatuh cintaaa," ujar Uman sambil menyanyikan sepenggal lirik lagu salah satu film yang pernah boming pada masanya.

"Kejar lah cinta mu setinggi langit," kata Uman cengengesan.

"Cita cita Man," jawab Sega datar.

Uman kembali cengengesan mendengar celetukan Sega yang masih sempat sempatnya membalas humor garing sang pemuda tengil.

"Udah Bang jangan galau, ini ya Pak Habibie pernah bilang gini MAU JUNGKIR BALIK DIA NOLAK KITA KALAU EMANG KENYATAAN NYA DIA DILAHIRKAN BUAT KITA, DIA BISA APA?" ungkap Uman menggebu gebu. Sega hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Santuy Bang, dunia bukan Mbak Joy doang ada si keriting noh yang jam segini baru bangun," kata Uman sambil menunjuk Belli yang baru turun dari lantai dua dengan rambut singanya.

"Apa lo!!" hardik Belli ketus. "Gue denger ya setan."

"Heh sesama setan dilarang saling menjatuhkan, gak inget pedoman trio setan lo."

"Lo aja sama keluarga beruk lo," maki Belli kembali.

Sega sudah tertawa ngakak mendengar perdebatan kecil diantara adik adik kosan nya ini yang untung saja minus Amir kalau saja pemuda bongsor itu ikut ikutan nimbrung mungkin bisa lebih gila.

Sementara dilantai dua sana, Joy masih merutuki dirinya sendiri kenapa bisa selancang itu berbicara kepada Ibas. "Kenapa gue punya bakat nyakitin perasaan orang si ya Tuhan."

❤️❤️❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro