PENGAKUAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nar."

Jennar mengangkat kepala, sosok Sega dan Joy yang berada di hadapan nya membuat gadis itu sedikit tersentak dari kegiatan menjepit kuku kakinya.

"Kaget gue anjir."

"Pake acara ngelamun lagi lo," kata Joy sambil mengambil tempat duduk di sisi kanan Jennar.

"Kagak ngelamun, nungguin Anin lama bener ke indomaret."

"Nar," kali ini Sega yang memanggil.

"Hmmp," jawab Jennar singkat dengan kedua alis terangkat dan pipi dikembungkan.

"Jangan lucu lucu begitu kenapa sih?"

Kali ini Sega menoyor pipi gembul Jennar sontak membuat gadis itu gelagapan, bukan apa apa di sebelahnya sekarang ada Joy yang Jennar tahu pura pura sibuk dengan remot tv.

"Bisa ngobrol berdua Nar?" tanya Sega lagi.

"Ya, ngobrol tinggal ngobrol aja," jawab Jennar tak enak hati.

"Yaudah sana ngobrol berdua biar kelar," ucap Joy tanpa menoleh.

"Ada apa sih? lo berdua gak lagi mau ngerencanain mau bunuh gue kan?" tanya Jennar seraya menunjuk dirinya sendiri. "Atau aah gue tahu nih, lo berdua mau pindah kosan? iya?"

Joy yang gemas dengan tingkah Jennar menggeplak kaki gadis itu yang memang sedari tadi sudah selonjoran di sofa. "Iye mau bunuh elu yang bego nya kebangetan," ujar Joy dengan gemas.

"Paan si gak lucu tau."

"Emang gue pelawak dibilang lucu," balas Joy kembali. Tanpa sadar keduanya malah saling ejek.

"Nar?"

"APA," jawab Jennar dan Joy bersama. Sega hanya bisa mengerjapkan mata nya kaget.

"Ayo ngobrol di teras pavilliun."

"Teras depan aja kenapa sih heran, gue lagi nungguin Anin."

"Nar, please."

"Maksa iih," kata Jennar tapi tetap berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju halaman belakang.

"Udeh sana bikin pusing nih berdua," teriak Joy.

Joy hanya bisa tersenyum gamblang setidaknya Jennar harus tahu bahwa ada dua hati yang patah saat ini.





"Sok atuh ngomong Ga," pinta Jennar tanpa basa basi. Keduanya sudah duduk dipinggir lapangan basket yang sekarang sudah disulap menjadi lapangan badminton, jangan ditanya ini ide siapa.

"Kalian serius? mau sampe nikah?"

Jennar mengernyitkan alisnya bingung tak mengerti arah pembicaraan Sega. "Maksudnya?"

Sega tersenyum simpul, duduk sore sore begini dihalaman belakang ternyata seru juga. Dipandanginya langit sore diatas sana agak abu abu saat ini mungkin akan turun hujan pikir Sega dalam diam.

"Sega?"

Sega menoleh ke sosok indah disebelahnya, gadis cantik dengan berjuta pesona yang meluluhkan nya di saat pertama berkenalan yang untuk sekarang tak mungkin lagi bisa diperjuangkannya.

"Gue sayang sama lo, enggak gue cinta sama lo," ucap pemuda itu tanpa ragu.

Jennar membulatkan mata runcingnya tubuh gadis itu menegang setelah mendengar ucapan pemuda tampan itu.

"Apa segitu gak ketaranya Nar perhatian gue buat lo?"

"Sega," lirih gadis itu dengan wajah cemberut.

Sega tersenyum meraih pipi kanan Jennar lalu mencubitnya pelan. "Gue emang gak seberani Raga Nar, gue terlalu lama menunda buat semua nya sampai satu malam gue sadar kalau gue udah kehilangan lo dari pandangan gue."

"Sega," lagi Jennar memanggil kali ini suaranya sedikit bergetar.

"It's oke sweetheart, yang terpenting lo harus bahagia Nar dan Raga lah alasan nya sekarang bukan gue yang dari awal hanya berani ngelihat lo dari jauh."

"Tapi kan? Joy? lo sama Joy kan lagi deket?"

"Ini lah bego nya gue, ada yang benar benar tulus sama gue tapi gue masih mengharapkan yang jauh tak tergapai, lucu kan hidup?"

"Sega jangan gitu," bujuk Jennar dengan bibir dicemberutkan. "Gue sayang kok sama lo, tapi lo tau kan maksud gue, kayak keluarga gituuu."

Sega mengelus kepala Jennar dengan sayang gadis itu hampir menangis karena merasa bersalah, pikiran nya tertuju ke Joy sekarang bagaimana gadis cantik itu bisa melewati semua nya sendiri memandang laki laki yang disukainya yang malah menatap penuh damba ke arah lain, sahabatnya sendiri.

"Apa apaan nih?"

Jennar dan Sega menoleh dari jauh Raga datang diikuti Joy yang sudah menarik narik lengan kekar pemuda itu, Jennar mengerjapkan mata nya bingung perasaannya tak karuan sekarang takut takut kedua pemuda ini baku hantam.

"Ngapain?" ujar Raga dengan wajah datar kepada Sega.

"Ngobrol," jawab pemuda itu dingin. Keduanya saling bertatapan tak ada yang mau mengalah sampai Jennar menarik Raga agar mengikutinya untuk masuk kedalam rumah.

"Ayo masuk yang, mau magrib ayo," seret Jennar cepat tapi Raga tak bergerak sedikitpun.

"Bantuin gue setan," ujar Jennar setengah berbisik kearah Joy yang sedari tadi diam tak berkutik.

"Teng, udah selesai lomba tatap tatapan nya besok dilanjut lagi ya," bujuk Joy kali ini. Tapi tak berhasil keduanya masih belum bergerak.

"Raga!! Aku marah kalau kamu begini."

Jennar yang kesal akhirnya berteriak sendiri, usahanya menarik pemuda itu sia sia sedari tadi. Raga menoleh kearah Jennar dengan dahi berkerut gadis itu tersenyum kaku.

"Kamu yang salah kamu yang marah? hebat."

Ujar pemuda itu kemudian berlalu meninggalkan Jennar yang berdiri terpaku dengan mata mengerjap tak percaya akan mendapat jawaban seperti itu.

Setelah sadar apa yang terjadi barusan dengan terburu buru Jennar mengejar Raga yang sudah hilang masuk kedalam rumah di ikuti suara hentakan keras pada pintu belakang rumah.

Sementara Joy dan Sega masih ditempatnya, diam tak ada yang bicara.

Sega kemudian menarik tangan Joy menggenggam nya, Joy sedikit terkejut dengan perlakuan Sega. "Aku minta maaf selama ini menyianyiakan perasaan kamu, mari kita ulang dari awal kali ini biar aku yang ngejar kamu."

Joy bengong menggelengkan kepalanya tak percaya, kemudian menarik tangan dan menjauh dari Sega dengan perlahan.

"Maaf, gue gak bisa," ujar Joy dengan terbata. Kemudian berlari menyusuri halaman rumah.

Sega Arlion hanya terdiam, menghembuskan nafasnya satu satu lalu jatuh terduduk begitu saja sendiri dalam gelap menjelang malam yang kemudian disusul suara adzan dari masjid depan komplek mereka.

"Udah magrib, sampe lupa Bang Ibas ngajak ke masjid," lirih pemuda itu hampa.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro