15 Sendiri

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ricky dan Gilang sudah sampai di rumah tepat pukul 5 sore. Pertama Gilang keluar dari mobil disusul Ricky.

"Sepi banget nih komplek rumah kaya kuburan." ucap Gilang heran.

"Iya Bang. Dulu sih ada si Aji yang tiba-tiba muncul kaya hantu di sebelah rumah," sahut Ricky.

"Aji? Oh si bocah polos yang selalu nempel sama lo itu bukan?" Gilang bertanya.

"Hmm... iya Bang. Tapi sekarang Aji dah jarang main semenjak kejadian itu," jawab Ricky pelan. Ada tersirat nada kesedihan di sana.

Gilang menautkan kedua alis. Sepertinya ia salah bicara kali ini.

"Rick, masuk yuk. Badan gue sakit-sakit semua mau istirahat," ajak Gilang merangkul sepupunya.

"Oke Bang," balas Ricky.

Ricky sekilas menatap ke rumah Farhan dan Fajri. Ada perasaan tak enak menjanggal di hati, namun ia tidak tahu apa itu.

Pria bertubuh kekar dan Pria berkulit hitam manis masuk ke dalam rumah kediaman Zakno. Mereka habis mengunjungi kafe Frozen serta mampir ke supermaket.

Pintu rumah Ricky tertutup rapat. Tak jauh dari rumah Ricky, seseorang menatap mereka sambil tersenyum penuh arti.

"Gue kangen lo.... Rick," ucapnya lirih. Dia pun langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

Di rumah Zweitson...

Zweitson termenung di dalam kamar. Ia memandangi gambar awan-awan biru di langit kamar.

Sejak pagi Zweitson merasa dirinya sial sekali. Di awali bangun kesiangan, menunggu di depan pagar sekolah sampai jam pulang dan ditambah ban motornya tiba-tiba bocor.

"Sial benar Soni," ucapnya.

Kedua netra sudah berlinangan. Dalam sekali kedipan air mata langsung jatuh melewati pipi.

"Hiks... Soni gak mau lagi kaya gini. Bisa-bisa Soni gak dapat uang jajan lagi."

Zweitson terisak. Pemuda mirip Nobita ini sangatlah cengeng. Jatuh sedikit saja pasti ia akan menangis lalu mengadu ke sang Mama.

"Huah... Soni lagi butuh Aji sama Fiki tapi mereka malah lupain aku," ujarnya semakin kencang menangis.

Hanya sosok Fiki dan Fajri lah yang membuat Zweitson merasa senang di sekolah maupun saat bermain. Sebagai anak tunggal ia merasa sangat kesepian. Apalagi kedua orang tuanya sibuk bekerja.

"Ish! Gue benci Aji sama Fiki fix!"

Zweitson cemberut. Ingus dan air mata sudah bercampur menjadi satu.

Pemuda berkacama bulat itu bangkit dari rebahan. Ia belum mengganti seragam sekolah sama sekali. Bau matahari sungguh menyengat.

"Aduh... perut Soni lapar lagi. Dari pagi sampai siang ini belum makan hiks...," ucapnya. Ia menghapus jejak air mata sekaligus ingus menggunakan seragam.

Setelah berganti pakaian, Zweitson keluar dari kamar. Tujuan utamanya kali ini ialah ruang dapur.

Di dapur...

Zweitson memiliki keahlian memasak. Ia pun melihat bahan-bahan di dalam kulkas. Tersisa satu telor ayam, sosis dua buah, daun seledri dan mentega setengah bungkus.

"Hmm.... masak nasi goreng enak kali ya," gumam Zweitson.

Setelah mengumpulkan bahan-bahan makanan di atas meja. Zweitson mulai beraksi, tak lupa menggunakan celemek bergambar Pororo.

Keahlian Zweitson tak perlu diragukan lagi. Sejak sering ditinggal orang tua bekerja ia mulai belajar memasak. Fiki sama Fajri pun paling semangat jika disuruh mencicipi makanannya.

Duapuluh menit berlalu, sepiring nasi goreng siap disantap. Aroma mentega begitu mengugah selera Zweitson sampai-sampai air liurnya terjatuh.

"Huaaa... Selamat makan," ucap Zweitson bahagia menikmati hasil masakan sendiri.

Di sebuah perumahan...

Ana baru saja sampai di rumah bergaya minimalis. Ia menaruh sepatu di rak khusus sepatu, lalu masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu.

Ana, seorang Wanita pekerja keras di usianya baru menginjak 20 tahun. Ani tinggal di rumah ini bersama suadara perempuannya.

Lalu di manakah keberadaan saudaranya perempuannya itu??

"Gue pulang," ucap seseorang Wanita berhijab.

Wanita itu langsung masuk ke rumah tanpa melepaskan sepatu kerja. Ia merebahkan diri di sofa.

"Capek ya hari ini," keluhnya.

"Ani! Lepas dulu sepatunya ish!" Ana melihat tajam saudara perempuannya itu tajam.

"Bodo ah! Gue lagi capek! Mending lo buatin gue teh manis!" perintah Ani cuek.

Ana memutar kedua bola mata malas. Beginilah kalau memiliki saudara kembar tetapi sifat yang sangat berbanding terbalik.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro