16 Kejutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wina, Raka, dan petugas kafe lainnya sudah menyelesaikan bersih-bersih kafe. Ana berpamitan pulang terlebih dahulu karena ada urusan penting.

"Kelar juga," keluh Wina menyeka keringat di kening.

"Ya. Banyak yang nggak masuk jadi kerja extra hari ini," sahut Raka.

Raka memberikan sebotol mineral dingin untuk Wina. "Terima kasih Kak," ucap Wina mengambil.

"Sama-sama," balas Raka. Ia langsung meminum air di dalam botol hingga setengah.

Resep baru Raka sudah selesai juga. Tinggal si Bos besar dan kekasihnya yang akan mencicipi.

Shandy tiba di ruang petugas kafe istirahat. Kehadiran Shandy membuat para petugas berdiri, lalu memberi hormat.

"Malam Bos," ujar mereka kompak.

"Malam juga. Sudah kalian lanjutkan lagi istirahatnya," ucap Shandy mengacungkan jempol.

Raka mendekati Shandy. Ia telah membawa sepiring makanan berupa roti bercampur es krim rasa duren.

"Bos. Saya sudah membuat resep baru tolong di coba ya," ucap Raka sopan.

Shandy menaikan alis satu ke atas. Ia meraih sendok yang diberikan Raka. Ia ambil satu sendok roti es krim rasa durian.

Pria berambut gondrong ini menikmati setiap sensasi dari makanan di mulut. Seulas senyum terukir di kedua sudut bibir Shandy.

"Bagaimana Bos?" tanya Raka penasaran.

Wina beserta petugas lain juga menunggu jawaban dari Bos Shandy. Shandy menatap mereka bergantian.

"Enak kok. Saya suka rasa durian ya tinggal terlalu menyengat. Roti ya juga garing, jadi enak perpaduan cita rasanya."

"Yeay!" Raka melompat kecil saking senangnya.

Wina mengucapkan selamat kepada Pria yang sudah dianggap Kakak sendiri di kafe Frozen. Semua pun ikut merasakan senang.

"Selamat ya. Kamu memang koki terbaik di kafe ini." Shandy memuji.

Tak lama muncul Nindy membawa dua kantong plastik berukuran besar. Wina segera berlari kecil membantu pacar Bos ya membawa kantong satunya.

"Ah, terima kasih Wina," ucap Nindy tersenyum tipis.

"Sama-sama Kakak cantik," balas Wina.

Nindy dan Wina mendekati kerumunan. Shandy tersenyum tipis melihat kedatangan sang pacar.

"Hai sayang."

Shandy menciumi pipi Nindy sekilas. Nindy tersipu malu, ia memukul lengan pacarnya.

"Ciee," kompak para petugas kafe meledeki.

"Ish! Aku kan jadi malu tahu," ujar Nindy memukul lengan Shandy semakin keras.

"Aduh! Pacar aku ini beralih jadi petinju ya." Shandy meringis kesakitan.

Nindy cemberut. Ia mencubit lengan Shandy seakan tengah mengulek.

"Aww... Sayang sakit tahu," rengek Shandy.

"Biarin!" Nindy mode ngambek. Ia melipatkan kedua tangan di dada, lalu menatap ke arah lain.

Raka dan Wina saling melirik kecil. "Hayoloh... Pak Bos buat Kakak cantik jadi marah," ledek Wina.

"Iya nih. Tanggung jawab loh Pak Bos. Kakak sepupunya saya kalau ngambek seram tahu," lanjut Raka menahan tawa.

Shandy menatap tajam kedua petugasnya. Mereka malah semakin gencar meledeki sang Bos hingga Shandy menghela napas lelah.

"Astaga punya anak buah kagak ada yang benar, herman-herman," ucap Shandy memijit pelipisnya pelan.

"Heran Bos!" seru Wina dan Raka kompak.

"Iya itu maksud saya," sahut Shandy tak mau disalahkan.

Nindy tertawa kecil. Padahal ia hanya pura-pura kesal.

"Hahaha... kamu lucu deh kaya badut ancol," goda Nindy mencubit pipi kanan Shandy gemas.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi saat Shandy memegangi kedua tangan Nindy lembut. Nindy cuma diam menatap bingung sang pacar.

"Mungkin, ini bukan waktu yang tepat. Tapi... aku ingin mengatakan sesuatu kepada kamu sayang," ucap Shandy lembut.

Nindy tetap diam. Ia menunggu kelanjutan dari Shandy.

Shandy mengeluarkan sebuah kotak merah berbentuk hati dari balik saku jaket. Kotak sudah berada di tangannya.

Perlahan kotak merah itu dibuka dan sebuah cincin emas muncul di dalam sana. Nindy menatap Shandy lalu cincin emas itu bergantian.

"Nindy. Selama delapan tahun kita sudah menjalin hubungan sebagai kekasih. Suka duka, sedih, senang, marah dan lainnya sudah kita lalui bersama. Malam ini... aku telah menyiapkan ini semua dengan matang-matang."

Shandy merubah posisi menjadi setengah duduk dengan kaki kiri sebagai tumpuan. Tatapan mata Shandy dan Nindy saling bertemu.

"Maukah kamu menerima lamaranku ini?" tanya Shandy tegas.

Kedua mata Nindy sudah berkaca-kaca. Ia tak menyangka bahwa hari ini, malam ini Shandy akan melamar dirinya.

"Aku... mau Shandy. Aaa... kamu buat aku nangis kan huhuhu...," jawab Nindy menangis bahagia.

Shandy pun memasangkan cincin emas ke jari manis kanan Nindy. Ia kembali berdiri tegak, lalu memeluk erat tubuh sang kekasih hati, Nindy bahagia.

Suasana malam ini di dalam kafe Frozen menjadi haru serta bahagia. Wina sudah menangis tersedu-sedu menyaksikan secara langsung. Raka merekam semua kejadian Shandy tadi dalam video ponselnya.

"Selamat buat Bos Shandy dan Kakak Nindy cantik!" seru para petugas kompak bahagia.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro