30 Kantin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kringg!!

Bel masuk telah berbunyi. Anak kelas XI-IPS 1 sudah duduk rapi di tempat masing-masing hanya menyisahkan tiga kursi kosong.

"Ini pada kemana sih? Kemarin Aji nggak masuk sekarang si Bayi ikutan juga!

Masa gue ditinggal sendirian sih. Nggak asyik mereka sumpah.

Kalau sampai mereka masuk besok gue cuekin pokoknya. Fix! No debat!"

Belum mulai pelajaran saja Fiki sudah mengomel-omel tidak jelas sejak tadi. Fiki merasa kehilangan dua sosok sahabatnya di kelas yang tak masuk juga tak memberikan kabar kepadanya.

Ibu Guru bernama Sintia datang. Kali ini mereka akan diawali dengan pelajaran Bahasa Inggris.

"Good Morning!" sapa Bu Sintia.

"Morning, Miss Sintia!" jawab semua murid kelas XI-IPS1 kompak.

Pelajaran Bahasa Inggris pun di mulai. Semua murid mengikuti arahan Bu Sintia.

Kring!

Kring!

Kring!

Suara bel selama tiga kali telah berbunyi menandakan jam istirahat datang. Bu Sintia memberikan tugas LKS satu Bab.

"Oke, see you next time," ucap Bu Sintia melangkahkan kaki keluar kelas.

"Fik, kamu mau ke kantin nggak?" tanya Adit, murid berkacamata mengajak.

"Hmm... boleh deh. Cacing-cacing di perut gue sudah pada demo daritadi," jawab Fiki beranjak dari kursi.

"Itu sih memang lo ya saja kelaparan mulu," ejek Adit.

"Bodo amat, Dit. Lama-lama lo yang gue makan malah," sahut Fiki kesal.

"Hahaha... ampun ada Titan di kelas." Adit tertawa meledek.

Fiki dan Adit pun saling mencela satu sama lain, lalu merangkul pundak. Hal ini membuat Fiki kangen dengan kedua sosok sahabatnya.

"Ji... Son... lo pada kemana sih nggak masuk sekolah segala hari ini." batin Fiki bernada sedih.
.
.
.
.

Di Kantin Sekolah...

Adit duduk manis di bangku kosong kantin. Ia menunggu Fiki memesan makan sambil bermain I-Phone 10 miliknya.

Fiki sedang mengantri di salah satu toko makanan yaitu ketoprak. Antrian di depannya tersisa tiga orang saja hingga seorang siswi bertubuh kecil menyela dirinya.

"Eits! Bocil lo kenapa malah nyerobot bae! Antri dong!" Fiki menatap siswi itu kesal.

"Hehehe... maaf ya. Gue di suruh sama dia tuh," ujar siswi bernama Nadia menunjuk ke arah toko penjual minuman Pop Ice.

"Zahra," ucap Fiki pelan.

"Yes! Gue sahabat Zahra di kelas IPA. Lo Fiki kan gebetan baru Zahra," sahut Nadya menatap Fiki dan Zahra bergantian.

Fiki tak mendengarkan suara Nadya. Kali ini tatapan Fiki hanya terfokus kepada seorang siswi cantik bernama Zahra, si calon pacar.

"Asik dah! Memandangmu... walau selalu."

Nadya bernyanyi sekaligus mengoda Fiki serta Zahra yang saling bertatapan.

"Suara lo jelek Nad. Gausah nyanyi, oke!" Zahra datang membawa tiga bungkus gelas Pop Ice berbagai rasa.

"Aish! Nyebelin benar lo ya lo, Ra!" Nadya pura-pura marah.

"Nyeyeye... bodo amat," ejek Zahra.

Fiki tersenyum tipis. Ia memandangi wajah Zahra yang hanya berjarak lima centimeter saja dari dirinya.

"Fik, pasti si bocil ini nyelak antrian lo terus bawa-bawa nama gue kan. Maafin ya," ucap Zahra tak enak.

"Gapapa kok. Lebih baik kamu sih yang menyela bukan dia. Pasti aku sangat senang hehe...," balas Fiki tertawa kecil.

Nadya menghela napas kesal. Ia pun berbalik badan ke depan. Ia memesan pesanan untuk Zahra, Fiki, Adit serta dirinya sendiri.

"Kenapa jadi gue yang pesan semuanya sih?! Sebel sebel sebel!" Nadya kesal, lalu menginjak-injak kaki ke lantai.

Setelah memesan, empat piring ketoprak dibawakan oleh Abang penjualnya. Mereka menatap ketroprak yang terlihat menggiurkan.

"Kuy lah makan." Adit sudah tak sabar menyantap.

"Berdoa dulu, Dit," ucap Fiki mengingatkan.

"Iye, Ustad Fiki," balas Adit malas.

"Haha...," Zahra tertawa kecil.

"Cantik," ucap Fiki tanpa sadar.

Kedua pipi Zahra merona merah. Ia menutupi wajah dengan tangan.

Nadya dan Adit tak mempedulikan mereka. Prioritas utama saat ini adalah makan ketoprak yang sudah tersaji rapi di atas meja.

"Udah kali saling tatapnya. Makan dulu sana," sindir Nadya.

"Eh iya. Ayo Fik, makan," jawab Zahra salah tingkah.

Fiki menggaruk tengkuk tak gatal. Ia pun mulai memakan ketoprak dengan lahap.

Sepuluh menit berlalu, di atas meja hanya tersisa empat piring kosong dan garpu. Adit sudah pergi duluan menuju kelas, sedangkan Nadya memilih mencari jajanan lain.

Kini tinggal ada Fiki serta Zahra di tempat mereka duduk di kantin. Fiki terpukau melihat wajah cantik nan lucu milik Zahra.

"Ra/Fik!"

"Kamu duluan saja Fik," ujar Zahra mengalah.

"Kamu saja. Ladies first." Fiki menolak.

"Oke!" sahut Zahra sambil menghela napas kecil.

Zahra menatap Fiki sejenak. Ia sesungguhnya malu untuk mengatakan.

"Fik... aku mau tanya sejujurnya. Hubungan kita ini apa?" Zahra selesai berbicara. Rasa gugup semakin menyelimuti hati.

Fiki tertegun. Ia sebenarnya juga mau mengatakan itu.

Keberanian Zahra membuat Fiki semakin menyukai sosok Gadis di depannya itu. Ia mengenggam tangan Zahra lembut.

"Ra... aku tahu kamu pasti merasa di gantungin sama aku. Jujur, aku nggak bermaksud seperti ini. Kamu sabar ya, nanti akan ada kabar bahagia buat aku dan kamu."

Fiki tersenyum. Zahra menatapi senyum Fiki yang semakin menambah aura ketampanannya.

"Iya Fik. Aku akan menunggu kamu," balas Zahra ikut tersenyum.

Keduanya pun saling mengobrol kecil menunggu bel jam istirahat berbunyi.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro