Bab 23. Perih

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Selamat membaca*
*Masih tahap belajar, masih banyak kekurangan*

redaksisalam_ped
trinaya_123

***

Angin berhembus kencang
Bagaikan ujian-Mu  Ya Allah

Apakah ini ujian
Atau teguran

Ya Rabbi
Tak kusangka ujian-Mu begitu berat

Untuk hamba pikul kali ini
Hamba hanya bisa pasrah

Atas semua yang menimpaku
Saat ini

(Narsih)

Setelah meninggalkan toko boneka itu, aku masih tak percaya dengan apa yang sudah mata ini lihat. Orang yang ku sayangi dan orang yang selama ini aku berbagi suka dan duka. Mereka... Astaghfirullah, kuatkan hamba Ya Allah.

Hati ini terkoyak, resah, cinta remuk redam. Gelisah menahan dendam, tak kuasa menahan air mata. Bagaimana nasib cintaku sekarang? Bagaimana nasib persahabatanku dengan Mbak Ningsih. Akankah juga berakhir.

Wahai angin malam, sampaikan kepada Sang Kuasa. Diri memohon petunjuk jalan terbaik atas semua masalah yang kini kuhadapi.

Ku tatap nanar gawai di tangan, puluhan pesan dari Dewi. Dia mengatakan sudah melabrak habis-habisan Mbak Ningsih, aku tahu pasti Mbak Ningsih sekarang sedang menangis bahkan mungkin gawainya sudah tidak di pegangnya lagi. Satu pesan dari Tika, dia memintaku untuk salat istikharah, mencari jalan keluar terbaik.


Tika pun mengingatkan, dulu diriku pernah begini juga. Akan tetapi, ujung-ujungnya hanya rekayasa mantanku terdahulu sebelum aku mengenal Mas Rafiq. Dirinya pun mengingatkan apalagi sebentar lagi aku berulangtahun.

Mungkin pemikiran Tika ada benarnya. Tapi, entahlah. Akan ku coba, saran Tika untuk salat istikharah. Diri pun membaca tata cara tentang salat istikharah tersebut, serta manfaat darinya.

Salat istikharah sendiri merupakan salat dua rakaat untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik di antara dua hal yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Yakni apabila seseorang berhajat dan bercita-cita akan mengerjakan sesuatu maksud, sedang ia ragu-ragu dalam pekerjaan atau maksud itu, apakah dilakukan terus atau tidak, termasuk dalam hal jodoh.

Aku menghafalkan doa yang tercatat di buku. Yakni doa ketika kita melaksanakan salat istikharah.

"Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub.

Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (menyebutkan persoalannya) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.

Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”

Artinya : Ya Allah hamba memohon agar Tuhan memilihkan mana yang baik menurut Engkau ya Allah. Dan hamba memohon Tuhan memberikan kepastian dengan ketentuan-Mu dan hamba memohon dengan kemurahan Tuhan yang Besar Agung. Karena sesungguhnya Tuhan yang berkuasa, sedang hamba tidak tahu dan Tuhanlah yang amat mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi.

Ya Allah, jika Tuhan mengetahui bahwa persoalan ini baik bagi hamba, dalam agama hamba dan dalam penghidupan hamba, dan baik pula akibatnya bagi hamba, maka berikanlah perkara ini kepada hamba dan mudahkanlah ia bagi hamba, kemudian berilah keberkahan bagi hamba didalamnya.


Ya Allah, jika Tuhan mengetahui bahwa sesungguhnya hal ini tidak baik bagi hamba, bagi agama hamba dan penghidupan hamba, dan tidak baik akibatnya bagi hamba, maka jauhkanlah hal ini dari pada hamba, dan jauhkanlah hamba dari padanya. Dan berilah kebaikan dimana saja hamba berada, kemudian jadikanlah hamba orang yang rela atas anugerah-Mu."


Sebelum aku melaksanakan salat istikharah. Aku menghafalkan Niatnya, Ushalli sunnatal istikhaarati rak'ataini lil laahi taalaa . Allahu Akbar. Artinya, aku niat sholat sunat istikhoroh dua rakaat karena Allah ta'alaa. Allahu Akbar.

Hari pun berganti,  setiap malam diri bersujud kepada Sang Ilahi Rabbi memohon petunjuk jalan terbaik. Suara gawai di atas nakas memaksa diri untuk segera meluncur ke nakas. Di layar gawai tertulis nama Mas Agus, segera ku angkat telepon darinya. Alangkah terkejutnya aku, dia mengatakan bahwa dia beberapa hari ini sering melihat Kakakku beserta istrinya, bertemu dengan Mas Rafiq. Bahkan, kelihatan lebih akrab dari pada sebelumnya.

Apakah benar kata Tika waktu itu? Akan tetapi, bisa jadi Kakak ke sana urusan sekolah. Wallahu alam, Sang Kuasa pasti akan memberikan jawaban atas keresahan hati ini.

***

Rajiman Kebonmanis.

[Mbak Ningsih, Jahat!]

pesan pertama yang terpampang di layar gawai. Setelah beberapa hari gawai mati karena kubanting, dan mendapatkan ganti gawai dari Kakak di Tangerang. Nomer pun terpasang kembali, diri ini mengira sudah tak ada serangan kata-kata kasar, tapi ternyata masih ada serangan tersebut.


Dua hari setelah kejadian itu, diriku hanya bisa pasrah. Tak ada kawan bercerita, apalagi ditambah satu masalah baru. Orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya ikut campur, bahkan dirinya mengolok-olok di akun media sosial Facebook. Jika dia tahu yang sebenarnya, mungkin dia akan bungkam.

Namun, jika aku cerita apa dia akan percaya? Jikalau percaya rencana kejutan ulang tahun akan gagal. Sudahlah biarkan diri ini menangis demi kebahagiaan sahabat yang disayanginya.

Diri masih ingat, saat seseorang di dunia maya yang memfitnah diriku dan Narsih adalah pasangan kekasih. Setelah dilakukan investigasi ternyata akun itu adalah suruhan Dewi. Tapi, sekarang dia mati-matian membela Narsih, menyerangku baik di pesan singkat maupun di jejaring sosial.

Diri menjadi malas untuk memegang gawai, diri lebih banyak diam dan menghabiskan waktu menonton televisi atau membaca buku. Mengajar mengaji pun tak bisa konsentrasi, apalagi Wati, Puput dan yang lainya sering menanyakan Mas Agus.

Aku pun memberanikan diri, untuk kirim pesan kepada Mas Agus. Entah, di baca atau tidak aku tak memikirkan hal itu.

[Assalamualaikum, Mas apa kabar? Nih, ada yang nanya kenapa Mas Agus tidak pernah ke masjid lagi?]

[Wati, Puput dan yang lainnya, ingin diwulang (diajar) mengaji sama sampean.]

Aku pun meminta maaf atas kejadian kemarin. Diri hanya mengirimkan kata suatu hari pasti akan ada jawaban atas kejadian kemarin.


Keesokan harinya, pukul empat sore. Aku melihat ada sepeda motor di masjid, sepintas mirip dengan milik Mas Agus. Apakah dia? Atau bukan? Ternyata benar Mas Agus, aku hanya diam, tak berani mendekatinya. Walaupun, sebenarnya mulut ini sudah gatal untuk mengatakan yang sebenarnya.


Namun, diri ini bertahan tidak akan mengatakan sepatah katapun. Biarkan dirinya yang mencari tahu, jika Mas Rafiq tidak memberitahukan kepadanya sampai saat ini, sungguh tega nian Mas Rafiq kepadaku.


Sampai adzan Magrib berkumandang, aku hanya melihatnya dari jauh. Melihat dirinya bersenda gurau dengan semua santri di masjid. Aku pun melihat Bapak berbincang dengannya, selepas magrib Mas Agus mampir ke rumah. Aku bingung, bimbang mau menemuinya atau tidak.

Dalam keadaan kacau, gawai di atas tempat tidur bergetar. Segera kubuka pesan yang ada di sana.

[Mbak Ningsih, aku minta maaf. Menurutku Dewi sudah keterlaluan.]

Narsih mengirimkan pesan singkat. Diri segera membalas pesan itu.

[Iya, sama-sama. Aku juga minta maaf kepadamu.]

[Mbak Ningsih, aku mau tanya boleh?]

[Ya, boleh.]

[Jawab jujur ya Mbak?]

[Iya.]

[Mbak Ningsih, benaran suka sama Mas Rafiq? Atau hanya pura-pura?]

[Hanya pura-pura, untuk mengetes rasa cintamu kepada Mas Rafiq. Maaf ya sekali lagi.]

Terpaksa diriku mengatakan sebenarnya, dan memaksa dirinya agar tidak mengatakan bahwa sebenarnya dirinya sudah tahu tentang rencana Mas Rafiq.

Narsih pun berjanji akan menyimpan rahasia itu, dirinya berniat akan pura-pura masih marah kepada Mas Rafiq, serta kepadaku. Syukur kepada Allah SWT, Narsih sudah tidak marah kepadaku.

Masalahku sekarang dengan Mas Agus, apakah aku harus mengatakan juga atau tidak. Diri yang malas menemuinya, akhirnya memutuskan untuk memeluk boneka dan berselimut di atas kasur.

Pagi menyapa, tak percaya dengan apa yang kulihat. Ada secarik kertas di depan pintu dan rangkaian bunga nan indah, di sana tertulis rapi untaian aksara dari sang kekasih.



Kasih
Maafkanlah segala kesalahanku
Diri begitu egois
Karena cemburu merasuki jiwa

Kasih, maafkan aku
Karena hanya kaulah yang ada di hatiku
Walaupun aku sering menyakitimu
Mungkin karena ku tak pahami maksud hatimu

Tuk tunjukan perasaan ku dan juga cintaku
Berikanlah ku kesempatan
Untuk memperbaiki kesalahanku
Karena ku tak mau kehilanganmu

Ku kan selalu cintaimu
Ku kan selalu menyayangimu
Setulus hatiku setulus cintaku
Kau sangat berharga bagiku

Maafkanlah diriku
Hariku hampa tanpamu
Janganlah pergi menjauh dariku
Karena kaulah segalanya bagiku

(Mas Agus)

Aku hanya bisa diam, tak bisa menahan air mataku lagi. Diri hanya bisa menangis dan menangis, karena rasa cinta yang dalam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro