29

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lenore tua memutar kembali ingatannya ke musim dingin dua puluh lima yang lalu. Bersamaan dengan itu. Kalimat demi kalimat yang tersusun dari memori tersebut keluar dari bibir keringnya.

Dia ingat, saat itu malam belum larut karena matahari baru terbenam, ketika pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ternyata sepasang suami istri yang baru pindah ke kota kecil ini.

Pasangan itu sudah lama mendambakan anak. Joseph dan Isabel Willis, pasangan yang sudah sepuluh tahun menikah namun belum juga dikaruniai buah hati itu pindah tepat di seberang rumah keluarga Eisenheim.

Joseph Willis, pria yang sangat ramah dan baik hati. Namun, istrinya, Isabel adalah perempuan yang punya sifat kurang menyenangkan. Dia sengaja membuang muka bila berpapasan dengan tetangganya, tidak sudi untuk melihat.

Di satu musim gugur, pasangan suami istri tadi pergi ke kota lain untuk waktu beberapa lama. Ketika kembali, mereka membawa bayi kecil. Bayi perempuan yang paling cantik di kota ini.

Setelah disetujui dinas sosial, Athena resmi menjadi bagian keluarga kecil Willis.

Joseph bukan main gembira mendapatkan putri kecil yang menggemaskan. Sayangnya, rasa bahagia ini tidak ikut dirasakan oleh Isabel.

Dia sesungguhnya tidak menyukai gagasan mengenai membesarkan anak orang lain. Wanita itu bahkan menolak untuk mengurus Athena selama beberapa minggu pertama, hingga Joseph menegur keras istrinya tersebut.

"Meski bukan anak kandungnya, ayahmu sangat sayang kepadamu, Athena."

Athena berurai air mata manakala teringat akan sosok pria yang menjadi ayahnya itu. Dia tidak lama mengenal lelaki itu karena Tuhan memanggilnya di usia Athena yang ke-5. Namun, Athena ingat sekali bagaimana hangatnya pelukan lelaki berlesung pipi itu.

Athena meletakkan gelas berisi teh di tangannya kembali ke meja. Dia kemudian bertanya dengan suara bergetar, "Jadi ..., kau tidak tahu siapa ayah dan ibu kandungku, Lenore?"

Mata Athena memancarkan kekecewaan saat gelengan kepala dari Lenore yang dia dapatkan.

Arthur meraih tangan Athena, membuat gadis itu terperangah dan memandang tidak percaya kepadanya. Remasan lembut pada tangan Athena diberikan oleh tangan hangat Arthur untuk memberi gadis itu kekuatan.

Lelaki itu kemudian membuka suaranya. "Kota yang dikunjungi oleh Joseph dan Isabel ... kau tahu di mana?"

Keriput di sekitar mata Lenore kentara semakin dalam manakala dia menyipitkan matanya untuk menggali ingatan yang sudah sering kabur. "Blairsville kalau aku tidak salah. Ah! Aku yakin sekali di sana tempatnya."

Ibu jari Arthut mengusap-usap punggung tangan Athena. "Bisa jadi orang tua kandungmu masih hidup di suatu tempat. Kalau kau mau, kita bisa mulai mencarinya dari kota itu," bisik Arthur menatap mata Athena.

Athena menggeleng. Wajahnya yang tadi mendongak menatap Arthur kini dia tundukkan dengan frustrasi dan bimbang. "Aku tidak tahu .... Papa yang mengurusku selama ini ..., bukankah artinya orang tua kandungku sudah membuang aku yang masih bayi?"

"Kita tidak tahu itu. Kita tidak akan benar-benar tahu sampai kita mendengar langsung penjelasan dari mulut mereka."

Athena kembali menengadah, menatap tajam Arthur. "Kenapa kau yakin sekali mereka masih hidup?"

Tangan Arthur terulur, berniat untuk mengusap pipi kemerahan istrinya. Namun, detik berikutnya dia menjadi ragu dan berakhir menepuk-nepuk bahu Athena. "My gut says so. Dan firasatku ini jarang sekali salah."

Gadis bermata kelabu itu memejamkan matanya. Dia mengulum bibir dan mengerutkan kening, seperti sedang berpikir keras.

Ketika matanya kembali terbuka, Athena memasang ekspresi datar. "Untuk saat ini, aku tidak begitu ingin memikirkan hal tersebut."

Athena kemudian kembali menatap Lenore. Dia ingin memastikan kalau Saul benar di makamkan seperti keinginannya dulu. "Lenore, di mana ibuku memakamkan Saul?"

Pertanyaan Athena ini mendapatkan respons beupa gerutuan dari Lenore. "Isabel gila itu tidak memberi tahumu?" Melihat Athena menggeleng dia langsung berseru, "Astaga! That witch!"

Lenore menghela napas. "Dia dimakamkan di pemakaman kota. Aku ingin sekali memberi tahumu langsung saat Saul meninggal, tetapi perempuan gila itu bahkan tidak memberiku kontakmu!"

Athena tersenyum. "Terima kasih, Lenore"

Perempuan tua itu tersenyum. "Tidak apa. Biar kuhangatkan lagi teh kalian."

Selepas Lenore pergi, Athena menatap suaminya. Dia sedikit kaget mendapati Arthur yang memandang lekat pada dirinya.

"Apa?" tanya Athena.

Arthur tersenyum tipis. "Tidak apa-apa," gumamnya lalu membuang muka.

Athena hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya. Kendati demikian, dia merasa kalau ada sesuatu yang disembunyikan Arthur di balik senyumnya.

.
.
.

Hayooo .... siapa yang baca sampai sini, suka semua chapternya tapi belum vote?
Balik lagi sana. Vote semua chapter yang kamu suka. Hihi

Aku minta tolong bantu rekomendasi dan promosi cerita ini, ya.

29 Januari 2017
41,8K views 6,93K votes
#132 in Romance

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro