Hari Mengantar Kue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah Tuan Suara-tanpa-nama memberiku wanti-wanti yang malah memperjelek suasana hati, aku memutuskan untuk tidur. Sudah terlalu banyak informasi yang ia berikan dan aku tidak akan sanggup lagi jika diharuskan mendengar informasi baru--dan buruk--darinya.

Buku yang kupinjam dari perpustakaan kota rasanya seperti ingin kubakar saja di perapian yang menyala. Jika aku bisa bertanya lebih banyak kepada Tuan Suara-tanpa-nama dan tahu lebih awal bahwa ia bisa memberikan jawaban yang panjang dan lebar itu, aku tidak akan bersusah payah pergi ke perpustakaan kota untuk meminjam buku tebal ini.

Yang kudapatkan bukannya penjelasan tentang kelompok penyembah naga, tapi malah kiat-kiat untuk menjinakkan kurcaci hutan liar.

Hari liburku pun dihabiskan untuk mengembalikan buku ke perpustakaan itu. Aku mau saja memilih untuk tidur dan tidak memperdulikan kertas-kertas bersampul kulit kayu itu. Tapi yang kutahu, jika nekat melakukan itu, tanggungan dan hutangku di kota ini bukan kepada Nyonya Griffith saja.

Untung saja tidak ada hal aneh sejak keluar dari rumah. Paling-paling hanya Bargin Meath tua--lagi. Entah kapan pria itu mau berhenti menggangguku dengan melambai-lambai seperti orang kesurupan, berteriak seperti hyena, atau tertawa kencang seperti pemabuk.

Aku curiga dia termasuk ke dalam ketiga golongan itu sekaligus.

Itu hari kemarin. Setelah mengembalikan buku pun yang kulakukan hanya tidur-tiduran saja di kamar sampai pagi selanjutnya tiba. Tidak bermanfaat dan tidak akan mungkin bisa membuatku keluar cepat dari kota ini.

Apa boleh buat, selain tidur, aku tidak tahu lagi harus melakukan apa. Nyonya Peruglia sendiri juga yang menyuruhku menyimpan energi banyak-banyak agar bisa bergerak banyak di hari pengantaran kue.

Hari akhirnya berganti dan aku sudah merinding bahkan sejak bangun tidur.

Nyonya Peruglia berpesan bahwa aku boleh memakai pakaian apa saja, asalkan tidak jauh dari kemeja--yang artinya sama saja dengan menyuruhku untuk mengenakan kemeja hari ini.

Jalanan hari ini sepi. Sepi sekali. Berkebalikan sekali dengan suasana langit hari ini. Aku berharap hujan, tapi malah mendapat langit secerah musim panas. Aku meminta udara dingin, tapi cuaca sekarang adalah yang paling panas sepanjang musim gugur tahun ini.

Sekalinya aku meminta panas, yang datang malah hujan.

Tapi aku benar-benar tidak percaya dengan kondisi jalanan hari ini. Terlalu sepi untuk dikatakan sebagai jalan kota. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, bahkan di blok nomor tiga.

Jika kemarin masih ada satu atau dua pintu yang terbuka, toko yang bekerja, dan bunyi panci yang terjatuh dari rumah-rumah penduduk, maka hari ini beda. Tidak ada yang berbunyi, bergerak, berjalan. Burung saja tidak ada yang berkicau.

Aku sempat berpikir bahwa hari ini sepi karena aku pergi lebih awal dari biasanya--sebelum jam enam pagi. Tapi tetap saja, Tuan Bargin Meath yang biasanya sudah bersiap-siap untuk bekerja satu jam sebelumnya malah seperti tidak menunjukkan aura kehidupan lagi dari balik pintu rumahnya.

Aku sampai ke toko kue Nyonya Peruglia setengah jam lebih setelah berjalan dari rumah. Jalanan benar-benar sepi sehingga aku tidak perlu teralihkan oleh hal-hal yang terjadi di sekitar.

Toko kue miliknya adalah satu-satunya bangunan yang masih mengeluarkan suara-suara dari peralatan dapur saat ini. Ketika bangunan lain sudah seperti ditempati oleh hantu, hanya toko itu yang pintu depannya terbuka lebar.

Aku masuk tanpa salam dan ketukan. Rak-rak kuenya kosong. Tidak ada yang akan datang membeli kue dan roti ke toko ini, jadi untuk apa juga mereka mau repot-repot membuat belasan kue dan roti kering.

Nyonya Peruvian tidak ada di bagian meja pembayaran. Di dapur pun tidak ada siapa-siapa. Kue yang ada di sana juga sudah hilang dan tinggal remah-remahnya saja--mungkin sudah dipindahkan oleh Nyonya Peruglia untuk menghindari dimakan rayap dan semut.

Kedua wanita beda usia itu ternyata sedang berada di bagian belakang sambil menggaruk-garuk kepala. Di dekat kaki mereka ada kue di atas papan kayu, sedang di sebelah badan Nyonya Peruglia ada sebuah gerobak tua yang sudah dihias menggunakan kertas warna-warni.

Aku menghampiri mereka, berniat untuk membantu. Tapi lagi-lagi, yang menyapa duluan adalah Nyonya Peruglia.

"Untung kau datang sekarang, Arthur," ucapnya bahagia. Tangannya saling bertangkup seperti mengucap syukur. Wanita di sebelahnya juga ikut tersenyum lega seperti baru saja mendapat berkah.

Aku memutuskan untuk menahan pertanyaanku. Yang kulakukan malah menghampiri mereka lebih dekat, menunduk untuk melihat kue itu, lalu memutari gerobak di dekat wanita itu sekaligus memeriksanya. Siapa tahu ada tikus di dalam sana.

"Apa yang bisa kulakukan untuk membantu, Nyonya?" Aku akhirnya bertanya dan bergabung dengan kedua wanita itu setelah tidak menemukan ada yang aneh dari gerobak yang terparkir di dekat mereka.

Nyonya Peruglia tersenyum lagi, tapi kali ini lebih lebar. Ternyata, wanita itu dan asistennya yang lain kebingungan karena tidak bisa mengangkat kue spesial ke atas gerobak. Tenaga mereka cukup kuat, tapi diperlukan satu orang lagi untuk memastikan bahwa kue itu tidak akan bergoyang hebat setelah diletakkan di atas pedati.

Badanku yang paling kecil dan walaupun aku laki-laki, tenagaku masih kalah sekalipun dibandingkan dengan Nyonya Peruglia yang sudah memasuki kepala enam.

Aku ditugaskan untuk memastikan bahwa kue itu tidak akan bergoyang, jatuh, dan hancur berantakan di atas gerobak. Tanggung jawabku besar sekali, padahal aku baru saja datang.

Ketika menaikkan kuenya, tidak ada kesulitan yang berarti--kecuali sakit pinggang Nyonya Peruglia yang tiba-tiba kambuh karena jarang berolahraga di luar dapur. Tenaga Nyonya Peruvian juga cukup besar jadi tidak ada masalah besar baginya.

Aku sudah bergidik duluan ketika melihat kue itu diletakkan di atas papan kayu pedati. Tingkat ketiganya seperti akan terjatuh dan benar-benar akan runtuh jika ada angin yang menerpanya sedikit saja. Untunglah tidak ada masalah lagi setelah kuenya diangkat ke gerobak.

"Setelah ini apa, Nyonya?"

"Kita akan membawanya ke tengah kota, di lapangan yang ramai orang." Nyonya Peruvian yang menjawab. "Sebentar lagi," sambungnya.

Satu alasan kuat mengapa kue ini tidak langsung dibawa ke alun-alun adalah karena jendela dan pintu toko belum ditutup semua--terutama yang ada di bagian depan. Setelah selesai pun, barulah mereka mulai mendorong dan menarik gerobak kue ini.

Rodanya berbentuk agak aneh dan tidak bulat seutuhnya. Jalan di bagian belakang toko juga masih berupa batu dan harus mengambil jalur memutar agar bisa tiba di jalan depan toko. Lumayan susah dan membutuhkan waktu banyak. Mungkin karena itu juga dia menyuruhku untuk datang cepat-cepat ke tokonya pagi ini.

"Nanti setelah selesai mengantarkan, kau harus cepat-cepat lari kembali ke toko. Nyonya Peruvian akan menemanimu."

"Kenapa, Nyonya?"

"Nanti kau akan terlihat oleh naga."

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro