Naga dan Burung Peliharaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tuan Suara-tanpa-nama bergeming. Suara di kalimatnya yang terakhir terdengar bergetar seperti baru saja menonton kilas balik menakutkan dari masa lalu.

Hmm ....

Sekarang aku baru tahu bahwa tiga pasang tali pengekang leher dan kaki bisa mendatangkan bencana bagi seisi kota.

Aku masih meragukan bahwa itu adalah kecelakaan. Tapi, bisa apa aku mengubah keadaannya? Itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Setengah warga kota bahkan masih belum lahir pada saat insidennya terjadi.

Pun, yang sudah tua-tua tidak bisa dipastikan akan ingat dengan jelas juga. Penyakit pikun belakangan ini sering sekali kutemui di Blisshore, terutama pada orang-orang tua yang kerjanya selalu duduk di kursi nyaman sambil merajut selimut panjang di sore hari.

"Jadi?"

"Jadi apa lagi, Arthur? Aku sudah memberimu semua informasi tentang kecelakaan di masa lampau. Masih kurang?"

"Bukan itu, Tuan." Aku buru-buru menjelaskan, takut jika terlalu lama bisa-bisa suara itu langsung kabur dan meninggalkanku sendirian lagi. ",Aku sudah mengerti tentang sejarah buruk perayaan penyembahan naga yang terjadi dulu. Tapi, yang ingin kutanyakan saat ini adalah tentang kecelakaan hari ini."

"Bukannya kau sendiri yang mengalaminya? Kenapa malah bertanya?" cecar Tuan Suara-tanpa-nama. Orang itu sepertinya ingin cepat-cepat pergi dari sini.

Aku tidak tahu harus menjelaskan ini awalnya dari mana. Jika saja dia tahu bahwa aku disuruh untuk langsung pulang ke rumah oleh Nyonya Peruvian, pasti tidak akan jadi serumit ini untuk menjawab pertanyaanku.

"Tidak, aku tidak mengalaminya."

"Maksudmu?"

"Aku tidak melihat kejadiannya secara langsung. Pikirmu aku seberani itu sampai mau saja keluar ketika jalanan depan toko dipenuhi oleh penduduk yang berlari ketakutan karena raungan naga di alun-alun kota? Mustahil. Nyonya Peruvian juga menyuruhku untuk langsung bersembunyi di bawah meja saat itu jadi melihat ke luar jendela pun aku tidak bisa."

Tuan Suara-tanpa-nama berdecak keras-keras, berdeham sekali seperti akan batuk berat, lalu memutuskan untuk diam sebentar. "Aku tahu, tapi aku malas memberitahunya kepadamu," tuturnya pada akhirnya.

"Ayolah, Tuan!"

Diam saja. Tidak ada jawaban. Aku sangsi bahwa ia sudah pergi meninggalkanku entah ke mana sejak beberapa menit yang lalu.

Aku bersikukuh untuk tetap mencecarnya pertanyaan sampai suara itu mau menjawab barang satu kalimat saja. Menjawab pertanyaan tidak akan mungkin sesusah menemukan bangkai ikan sungai di gurun panas berpasir.

"Tuan!"

"Baiklah, baiklah!" Tuan Suara-tanpa-nama menyerah, kembali muncul, dan sepertinya memutuskan untuk menjawab pertanyaanku setelah aku bertanya untuk yang kedelapan kalinya.

"Peraturan pertama, dengarkan dulu sampai habis baru bertanya. Peraturan kedua, jangan menyela ucapanku untuk hal-hal yang tidak penting. Peraturan ketiga, jangan tidak mendengarkan atau pura-pura tidak mendengarkan. Sekali saja melakukan hal-hal itu, kau akan langsung kutinggal. Paham?"

Aku mengangguk. Jika menjawab dengan suara, bisa jadi dia malah mencari-cari kesalahanku, berlagak marah, lalu pergi dengan alasan sakit hati dan tidak didengarkan--padahal nyatanya dia memang sudah malas berada di sana.

"Tadi pagi, ketika sedang berada di dalam rumah, aku mendengar kepakan sayap besar di langit. Naga. Tidak mengherankan, pun tetap saja terlihat luar biasa. Hal itu terbilang normal karena setiap tahun memang selalu ada. Masalahnya ada di sini. Setelah setengah jam, seorang tetangga lari-lari di depan rumah sambil berteriak seperti orang kesetanan ...."

".... Pria dari toko kayu. Bukan anggota kelompok penyembah naga, tapi kehadirannya cukup mencolok karena berteriak tadi pagi. Tahu? Yang jambangnya lebih panjang dari ranting pohon ara. Orang itu menjerit seperti baru saja melihat kematian istrinya, padahal blok ini masih aman damai seperti tidak terjadi apa-apa."

Tuan Suara-tanpa-nama melanjutkan lagi setelah batuk-batuk karena kehabisan napas. "Beberapa menit setelahnya, ketika pria itu menunjuk-nunjuk langit, ada seekor burung Nyonya Griffith yang terbang sambil memekik di langit. Lehernya bebas dari pengekang. Saat itulah aku merasa bahwa ada hal yang tidak beres sehingga memutuskan untuk langsung pergi ke alun-alun kota."

"Kau pergi ke alun-alun?!" Aku bertanya kuat-kuat, lalu menyesal satu detik setelahnya. Suara itu terdengar tidak senang setelah aku menyelanya. Untung saja aku masih bisa memperbaiki hatinya dengan cepat-cepat mengatakan bahwa aku tidak akan menyelanya lagi setelah ini.

"Aku pergi ke alun-alun. Setelah ini tanyakan saja caranya bagaimana, tapi aku tidak akan pernah mau menjawab kecuali kau memberikanku emas yang harganya setara seisi kota. Di alun-alun, keadaannya mengerikan. Seperti neraka dengan mayat di berbagai sisi lapangan. Bayangkan saja jelasnya seperti apa, tapi yang kutahu, kau pasti akan muntah-muntah jika melihatnya secara langsung ...."

".... Burung Nyonya Griffith berputar-putar di atas alun-alun, sedang kedua kaki cakarnya mencengkeram erat kue spesial yang harusnya dihabiskan oleh naga. Naganya entah sedang pergi ke mana pada saat itu, tapi yang pasti, tak lama setelah aku datang ke alun-alun, hewan sisik emas itu datang lagi sambil bernapas api. Dua hewan itu berkejar-kejaran sampai ke gerbang depan. Setelah itu tidak tahu lagi. Mungkin saja mereka turun ke Blisshore atau kota-kota di sekitarnya."

Selesai.

Tuan Suara-tanpa-nama selesai bercerita tentang hal-hal yang terjadi seharian ini di alun-alun. Suaranya memelan di bagian akhir.

Blisshore.

Jika mereka turun ke Blisshore ... apa itu artinya ....

"Turun ke Blisshore?"

"Benar."

"Turun ke Blisshore?! Tolong katakan kepadaku mereka tidak akan merusak kota itu atau aku akan menangis kencang-kencang semalaman ini."

"Mereka tidak akan pergi ke pusat kota. Orang-orang di Scallian terlalu bodoh dan pahit hati untuk dagingnya mereka makan, pun bangunannya terlalu jelek untuk dibuat sejajar dengan tanah. Paling-paling kedua hewan tidak tahu diri itu akan bergumul, saling melilit, dan menggigit perut satu sama lain di dekat gunung yang ada di belakang hutan kota. Kalau tidak beruntung, paling jauh mereka hanya akan perang di dekat danau."

Hufftt ....

Aku bersyukur setelah mendengarnya. Gunung belakang hutan dan satu-satunya danau yang ada di Blisshore letaknya berjauhan dengan Panti Asuhan Sunnywood.

Ucapannya membuatku bisa bernapas lega--walau tidak ada jaminan bahwa yang ia bicarakan dari tadi merupakan sebuah kebenaran. Lagipula, aku menolak untuk tidak percaya atau aku akan selalu memikirkan tentang nasib Blisshore sampai berhari-hari ke depan.

Insiden saat ini penting. Tapi, yang lebih harus kupikirkan saat ini adalah tentang kelanjutan nasibku di kota awan yang memiliki banyak masalah ini.

"Katakan, Tuan. Apa yang harus kulakukan setelah ini?"

"Tidak ada. Kau libur dulu untuk sementara."

"Bagaimana dengan makananku?"

"Doakan saja Tuan Bargin Meath tidak mati di perayaan."

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro