Penjaga Rumah Nyonya Griffith

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku keluar dari persembunyianku, membawa susu di tangan kanan sedang koran di tangan kirinya, lalu berjalan menuju pagar untuk memencet bel rumah Nyonya Griffith menggunakan batang hidung. Peliharaan-peliharaannya langsung menyalak seperti anjing penggembala tepat sesaat setelah aku menekan kenop belnya.

Para penjaga rumah Nyonya Griffith yang sedari tadi hanya berdiri dan mengawasi tanpa melakukan apa-apa lantas berlari menuju pagar untuk membukanya. Dari dekat, badan mereka jauh lebih tinggi dibanding perkiraan awalku.

"Siapa?" Salah satu penjaga yang paruhnya agak bengkok bertanya cepat. Tampaknya ia terusik dengan kehadiranku.

"Aku ke sini untuk mengantar koran dan susu pesanan Nyonya Griffith."

"Tidak biasanya kalian selambat ini," timpal penjaga yang lainnya.

Ketika dia berkata seperti itu barulah aku sadar kalau aku benar-benar lambat ketika menjadi seorang loper koran. Jadwal normal koran ini diantarkan adalah jam tujuh, sedangkan sekarang sudah hampir mendekati pukul sembilan pagi.

"Di perjalanan ada masalah sedikit. Tapi tak apa, susunya belum masam, kok."

"Ngomong-ngomong, aku baru kali ini melihatmu datang ke sini. Biasanya koran dan susu ini diantar oleh dua orang kurcaci bodoh bertopi merah yang salah satunya sering pilek dan bersin-bersin. Kau juga kelihatan lebih tinggi dari mereka. Kau pekerja Tuan Gulliver yang baru, ya?"

Ancar-ancarku benar. Mereka curiga dengan kehadiranku. Aku terpaksa menjawab seadanya kali ini. "Begitulah. Aku dipekerjakan olehnya," kataku.

Dua makhluk bersayap setengah manusia itu masih tidak percaya dengan ucapanku. Aku bisa memakluminya--penampilanku jua sudah sangat mencurigakan sampai-sampai hidung dan mulutku saja tidak kelihatan. Mereka berpandangan sebentar lalu mulai mengedarkan pandangannya ke tubuhku dari ujung rambut sampai pinggiran sepatu.

"Kami belum bisa memutuskan apakah kau boleh masuk atau tidak tapi baiklah, kami akan menerima barang yang kau antar." Salah satu pengawal itu membuka suara setelah cukup lama menatapku, lalu menyodorkan kedua tangannya untuk menerima koran dan susu yang kubawa.

Tapi kalau begini, apakah artinya aku tidak harus bertemu dengan Nyonya Griffith? Walau takut, aku juga penasaran dengan bentuk badan dan wajah wanita pemilik seruling ajaib itu.

"Aku tidak perlu masuk?"

"Tentu tidak. Mau apa?"

"Ah tidak apa-apa." Aku berusaha menjaga agar makhluk-makhluk di depanku ini tidak menambah kecurigaannya kepadaku. "Nyonya Griffith ada di dalam?"

"Tidak ada."

"Apa yang sedang wanita itu lakukan?"

"Nyonya saat ini sedang memberi makan burung-burung peliharaannya yang ada di sangkar dekat danau yang ada di dalam Hutan Pencecak. Tadi dia sempat bertanya perihal koran dan susunya. Karena kau terlalu lambat, Nyonya memilih untuk pergi memberi burung-burungnya makan dulu," jawab penjaga rumah bermata kuning poppy.

"Oh, begitu. Wajahnya seperti apa?"

"Kenapa kau menanyakan hal itu?"

Sial, sepertinya aku salah bicara. Raut muka mereka langsung berubah kebingungan bercampur curiga.

"Tidak ada penduduk Scallian yang tidak tahu dengan wajah lonjong, pipi gemuk dan bersemu merah muda, bibir kecil, alis gersang, dan bulu mata Nyonya Griffith yang pendek-pendek. Setiap ada perayaan, dia selalu mendapat kolom muka di surat kabar harian Scallian." Salah satu penjaga melanjutkan ucapannya.

"Atau jangan-jangan kau ini--"

"Baiklah, terima kasih karena sudah memakai jasa antar koran dan susu kami! Sampaikan permintaan maaf kami karena sudah membuatnya menunggu lama hanya demi mendapat sarapan. Selamat tinggal!" Aku tidak mau membuat salah satu penjaga itu menyelesaikan kalimatnya jadi aku harus cepat-cepat memotongnya.

Aku tidak perlu menunggu mereka memberikan reaksinya karena saat ini, aku sudah berada di atas sepedaku dan menginjak-injak pedal menaiki jalan menanjak untuk pulang ke kantor Tuan Gulliver. Setelah dirasa sudah cukup jauh, aku berhenti sebentar untuk melepaskan kain penutup wajahku--berdebu, apek, dan membuat mulutku panas. Aku tidak akan bisa kembali dengan nyaman jika harus terus-terusan memakai benda itu sepanjang perjalanan.

Haahh ....

Hampir saja aku tadi ketahuan. Objektif utamaku di kota ini adalah sebisa mungkin meminimalisir penduduk-penduduk yang sudah mengetahui kalau aku adalah si anak dari dunia bawah yang diangkat ke Scallian gara-gara menduduki seruling ajaib milik salah satu orang paling berkuasa di kota ini tanpa sengaja.

Dan lagi, tempatku tadi benar-benar tidak menguntungkan apabila mereka benar menebak bahwa aku adalah si anak lelaki yang diberitakan oleh orang-orang itu. Bisa kacau nantinya.

Tapi untunglah, karena rumah Nyonya Griffith adalah tujuan terakhir dari daftar penerima koran dan susu Scallian hari ini, itu artinya tugasku sudah selesai dan aku bisa kembali lagi ke gubukku--sekaligus menagih janji Tuan Suara-tanpa-nama yang mengatakan bahwa ia akan membuat gubukku bersih seperti baru setelah aku pulang nanti.

Jika dipikir-pikir, bekerja sebagai tukang pengantar susu dan loper koran tidak seburuk yang kubayangkan. Aku malah merasa senang karena bisa mendapat pengalaman baru yang mungkin tidak akan pernah bisa anak-anak panti lain rasakan--yang lainnya juga lantaran aku bisa mendapat hadiah sebanyak ini dari penduduk-penduduk kota yang wajahnya saja belum pernah kulihat.

Kota ini tidak terlalu buruk sepertinya.

••••

Saat ini, aku sedang berada di perjalanan pulang menuju rumahku--yang sebenarnya lebih cocok disebut sebagai gubuk itu. Aku merasa puas sekembalinya dari kantor Tuan Gulliver.

Tuan Gulliver meminjamiku sepedanya untuk hari ini saja. Balas jasa, ucapnya tadi. Tapi, aku yakin pria itu melakukannya karena melihat ada banyak sekali barang bawaan di tiga keranjang sepedaku.

Dan lagi, ternyata, upah lebih yang dijanjikannya sama dengan dua kali dari imbalan normal yang biasa ia berikan ke pekerja-pekerjanya yang lain.

Barang-barang yang kudapat dari rumah-rumah penduduk juga boleh kubawa pulang katanya--walau begitu, saat tadi aku bertanya alasan mengapa para penduduk Scallian mau memberiku barang-barang ini secara cuma-cuma padahal mereka sama sekali tidak pernah mengenal apalagi melihat wajahku, Tuan Gulliver masih tidak menjawab.

Ah, perduliku dengan hal-hal itu. Yang pasti, saat ini aku sudah mendapat banyak barang dan makanan enak yang lebih layak makan daripada makan malam kemarin. Pakaian di lemariku juga akan bertambah malam ini dan aku tidak perlu lagi memakai baju kebesaran yang bagian perutnya mudah sekali untuk dimasuki angin itu.

Sekarang tengah hari dan aku tidak sabar untuk bisa beristirahat di rumah. Perutku juga lapar lagi setelah beberapa jam yang lalu baru saja diisi dengan dua atau tiga batang sosis bakar bawaan Bargin Meath Tua--aku cepat kenyang, tapi juga cepat lapar dan aku tidak suka akan hal tersebut.

"Aku pulang!"

Aku sebenarnya tidak mau marah-marah saat ini tapi ketika melihat keadaan dalam rumah, aku benar-benar ingin merendam kepalaku di dalam tungku yang berisi air mendidih selama satu hari penuh.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro