'Pencet Bel Jika Ingin Masuk'

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Entah kenapa mengayuh sepeda terasa lebih berat dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu. Tidak ada lagi jalan menanjak--bahkan jalannya kini kebanyakan menurun. Tapi tetap saja, kakiku berat sekali rasanya untuk mendorong pengayuh di sepeda ini

Saat ini aku dihadapkan dengan dua pilihan. Tetap melanjutkan pengantaran susu dan koran ini ke tempat tinggal Nyonya Griffith yang mana resiko bagiku untuk terkena masalah baru sangat besar, atau kembali ke kantor jasa antar Tuan Gulliver sambil membawa sisa koran dan susu yang belum sempat diantarkan, mendapat ocehan dari Tuan Gulliver karena sudah membuat perusahaannya berada dalam masalah yang melibatkan tempat itu dengan Nyonya Griffith, dan tidak mendapat bayaran walau sudah susah payah mengayuh sepeda selama satu jam lebih.

Orang sebodoh apa pun pasti tahu akan mengambil pilihan yang mana.

Haahh ....

Mau tidak mau, aku harus tetap mengantarkan barang-barang ini ke Nyonya Griffith. Tuan Gulliver orang baik-baik dan aku tidak mau melihat usaha jasa antar barangnya rata dengan tanah hanya karena kesalahan tunggalku hari ini. Nyonya Griffith adalah orang berpengaruh di Scallian dan wanita itu bisa mudah saja membuat Tuan Gulliver menjadi gelandangan yang hari-harinya hanya diisi dengan tertidur di dekat balai kota.

Belum sampai setengah perjalanan menuju rumah wanita itu tapi perutku sudah merasa aneh. Mual. Mungkin ini efek gugup tapi entahlah, aku juga tidak yakin lagi dengan tubuhku sendiri.

Angin berembus dengan aneh, padahal tadi sepoi-sepoinya selalu kutunggu-tunggu. Suasana terasa menjadi lebih gelap, padahal hari makin siang dan tidak ada jalur awan yang berlalu lalang menghalangi matahari di langit sana.

Pikiranku saja yang merasa seperti ini, padahal sebenarnya keadaan normal seperti biasanya.

Semakin lama rumah-rumah di daerah sini semakin jarang. Ini sudah berada di bagian belakang kota dan rumah-rumah penduduknya tidak serapat di bagian depan kota. Sela antara rumah yang satu dengan yang lainnya juga lumayan besar--walau masih tidak bisa mengalahkan jarak antara gubukku dengan rumah Bargin Meath, tetanggaku yang terdekat.

Satu hal lainnya yang kusadari adalah bahwa rumah-rumah di daerah sini tidak seberwarna, sebesar, semewah, dan seunik rumah-rumah di bagian depan kota. Terbilang monoton, warnanya dominan abu-coklat-hitam, dan tidak ada yang bangunannya lebih besar daripada Gedung A panti.

Aku sempat berpikir bahwa rumah-rumah di daerah sini adalah kepunyaan penduduk-penduduk tingkat rendah, sedang yang kulewati di bagian depan tadi adalah tempat tinggal untuk tingkatan yang paling tinggi--wajar sekali jika aku berpikir seperti ini. Perbedaannya gamblang antara rumah di bagian depan dengan yang ada di sini. Keadaannya pun lebih menyedihkan dan tidak ada musik parade bernada tinggi yang terputar di tempat ini. Tempat ini bau rumput dan daun kering.

Inginnya aku tetap berpikir seperti itu. Tapi, kehadiran tempat tinggal Nyonya Griffith, salah satu tokoh paling besar lengan di kota ini, yang entah bagaimana caranya bisa dibangun di tempat ini membuat pikiranku sedikit terganjal.

Aku sudah membayangkan bahwa rumah wanita itu akan berbentuk seperti istana kerajaan, atau paling tidak sama besarnya dengan kantor walikota dengan warna emas terpencar di sana sini. Rupanya aku benar.

Di depanku sudah ada bangunan putih bersih yang menjulang tinggi dan kelihatan lebih menonjol dibanding pohon-pohon tinggi besar di sekitarnya. Pintunya berwarna coklat kayu akasia dan di sebelahnya berdiri tegak dua makhluk kekar berseragam hitam dan emas.

Aku merasa tidak tenang ketika melihat papan kayu yang bertuliskan 'Kediaman Griffith Ombrisdem, Orang Berpengaruh Kota Awan--Pencet bel jika mau masuk' di depan pagar tembaganya yang bunyinya membuat ngilu itu. Lagi-lagi kuning keemasan.

Belum lagi dengan adanya tatapan-tatapan seperti ingin membunuh dari dua makhluk yang berjaga tepat di depan pintu masuk rumah wanita ini. Mata mereka tajam, pun pupilnya kelihatan aneh. Mereka bukan manusia--makhluk-makhluk itu bahkan memiliki paruh yang mengkilap bagai baru saja dibersihkan menggunakan abu gosok.

Bagaimana caraku masuk ke dalam sana?

Aku berpikir keras sembari memarkirkan sepedaku di balik rumput-rumput hutan yang tinggi--bersembunyi, tentu saja. Sebisa mungkin aku akan menghindari makhluk-makhluk itu tapi aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya.

Belum selesai satu persoalan tapi sudah muncul lagi masalah yang baru. Setelah kuamati lebih jeli, di halaman depannya ada tiga-ah, empat burung aneh yang sayapnya kebesaran untuk ukuran tubuhnya. Lidah mereka panjang-panjang dan dekut desis-desis terdengar hingga ke sini. Apa ini hewan-hewan peliharaan Nyonya Griffith yang sudah disebutkan oleh Tuan Suara-tanpa-nama di awal-awal? Pantas saja dia memperingatkanku lebih dini kemarin.

Aku berpikir lagi. Pikiranku banyak sekali semenjak datang ke kota ini. Tidak ada hal lain yang lebih sering kulakukan selain berpikir tapi sampai saat ini, aku masih belum tahu bagaimana caranya menaruh susu dan koran ini tanpa diketahui oleh penjaga-penjaga rumah Nyonya Griffith--aku pun sudah terbilang cukup beruntung karena hanya melihat pengawalnya saja, bukan wanita itu secara langsung.

Melempar koran dan susunya kuat-kuat hingga mencapai pintu depan dan mendarat dengan sempurna? Yang ada, botol susunya akan pecah berai dan kertas korannya akan berhamburan ke mana-mana. Bisa saja aku membungkus botol susu itu dengan kertas koran agar dua kemungkinan terburuk tadi bisa dihindari. Tapi maaf saja, akurasiku tidak setepat itu--melemparkan baju kotor ke keranjang cucian saja masih belum bisa, apalagi melakukan hal tersebut. Itu gila namanya.

Pura-pura membuat kegaduhan di luar pagar sehingga peliharaan-peliharaan Nyonya Griffith terbang ketakutan dan para penjaga rumahnya berlari keluar pagar semua? Aku tidak sebodoh itu untuk mau melakukannya. Kalau berhasil pun, ada banyak kemungkinan bahwa aku tidak bisa keluar lagi dari halaman rumah wanita itu.

Menyusup diam-diam? Memang itu yang mau kulakukan. Tapi tetap saja, aku masih belum tahu bagaimana cara melakukannya dengan sempurna.

Ah, waktuku tinggal sedikit lagi.

Hmm ....

Melihat kembali ke dalam keranjang sepeda adalah langkah paling pintar yang sudah kulakukan sejauh ini. Aku benar-benar melupakan saran yang sebelumnya sudah diberikan oleh Tuan Gulliver--memakai kain putih untuk menutupi wajah ketika berada di rumah Nyonya Griffith. Bagaimana aku bisa melupakan saran yang sangat berguna ini?

Lantas, kain penuh tambalan itu kupungut dari dalam keranjang. Memakainya untuk menutupi wajahku secara keseluruhan agaknya bisa menambah kecurigaan makhluk-makhluk yang ada di sana jadi aku memutuskan untuk menutupi bagian hidung sampai leherku saja.

Jangan sampai kain ini merosot atau habis sudah riwayatku.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro