Tetua Kurcaci dan Kembang Gula Sayap Peri

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kemarin aku tidak senang.

Setelah Nyonya Peruglia mengatakan bahwa dia akan membuat isian kue menggunakan daging kurcaci biru, aku jadi tambah meragukan kenormalannya.

Perutku serasa diaduk-aduk, diputar, lalu semua isinya dikocok menggunakan pengocok telur raksasa yang tidak terlihat. Seperti ada kodok besar di dalam perutku yang siap melompat kapan saja apabila Nyonya Peruglia bertindak lebih jauh dari mengelus-elus wajah kurcaci biru itu.

Siang kemarin sama dinginnya dengan siang-siang sebelumnya jadi Nyonya Peruglia merasa bahwa kesempatan seperti ini tidak boleh disia-siakan. Daging kurcaci biru itu dia diamkan selama beberapa saat sebelum akhirnya ia kembali sambil membawa mangkuk kaca dari ruang penyimpanan.

Tubuh mayat kurcaci itu diperiksa terlebih dahulu olehnya. Wanita itu mau memastikan bahwa ini memang tubuh kurcaci biru, bukan kurcaci biasa yang mati diserang anjing hutan saat sedang memetik cendawan tanah lalu diwarnai dengan cat biru sekujur tubuhnya.

Aku tidak akan percaya dengan apa yang kulihat setelahnya. Pertama, wanita berhidung besar itu merogoh sakunya. Pada awalnya kukira ia akan mengeluarkan sapu tangan untuk membersihkan telapaknya setelah berulang kali menyentuh tubuh makhluk pendek itu, atau untuk menutupi hidungnya yang sudah ternoda oleh bau mayat.

Aku banyak sekali salah menebak di kota ini--keberuntungan dan instingku sudah menumpul total. Alih-alih sapu tangan atau benda lain yang lebih masuk di akal untuk dikeluarkan dari kantung mantel musim gugurnya, ia malah mengeluarkan sebuah pisau daging.

Sebuah pisau daging.

Entah dari mana dia mendapatkannya dan entah bagaimana bisa wanita itu menyimpannya di dalam kantung mantel
dengan santai dan seperti tidak ada masalah apa-apa, tapi aku yakin sekali jika orang yang ada di depanku ini tidak beres lagi otaknya.

Pun setelah itu, ia menyuruhku agar bisa membantunya memotong-motong mayat kurcaci ini. Aku menolak halus-halus, mentah-mentah, dan cepat-cepat. Seaneh-anehnya peliharaan Nyonya Griffith, aku akan lebih kaget lagi jika melihat Nyonya Peruglia mencincang daging mayat ini dengan tenang.

Awalnya dia terus memaksa. Sebagai pengalaman berharga, katanya kemarin.

Tapi tidak, aku tetap tidak mau dan menolaknya keras-keras. Dia memberikan pilihan kepadaku dan aku akan melakukan apa saja asalkan tidak menyentuh mayat ini, apalagi melihat pemotongan daging kurcaci dengan mata telanjang.

Jadilah, ketika Nyonya Peruglia tengah berada di dapur untuk melakukan kegiatan memotong-motongnya, aku lebih memilih berada di ruang depan untuk menyapu debu, membersihkan jendela dengan kain bekas, menyiram bunga kenari di sudut ruangan, serta menyuplai baki-baki roti tawar yang kosong di rak nomor empat.

Nyonya Peruvian juga masih duduk di meja pembayaran. Agaknya wanita itu sudah lama tahu tentang ini namun wajahnya masih tetap was-was tiap kali ia mendengar bagian tajam pisau daging yang dipukul-pukulkan ke tulang.

Nyonya Peruglia selesai setelah berada di dapur kira-kira satu jam setelahnya. Dia memanggilku keras-keras dengan suara bergetarnya yang khas, lalu menyuruhku untuk membantunya mengaduk isian daging.

Aku tidak mau, tapi aku juga tidak bisa tidak mau. Katanya lagi, jika aku tidak segera ke dapurnya, aku akan dipecat sore ini juga.

Ancamannya berhasil membuatku masuk ke dapur sambil menahan napas kuat-kuat. Bau darah kurcaci tidak akan sebaik makanan manis yang biasa mereka santap tiap harinya.

Ketika melihat bagian dalam dapur, aku akhirnya bisa bernapas lega. Tidak ada darah biru, potongan daging, atau sisa kulit yang berceceran di lantai. Lantai dapur bersih, tidak ada bau-bau kecuali dari roti panas yang berada di pemanggangan.

Kata Nyonya Peruglia lagi, ketika aku bertanya padanya tentang dapur yang bersih seperti tidak terjadi apa-apa ini, ia hanya mengatakan bahwa mayat kurcaci tidak mengeluarkan darah dan baunya tidak seburuk yang aku kira. Aku berniat untuk mempercayainya, tapi tetap saja otakku menolak.

Adonan kue dengan serbuk karat besi dan jamur ledak ajaib juga sudah dikeluarkan oleh Nyonya Peruglia dari dalam lemari penyimpanan. Aku juga baru tahu jika jamur ledak ajaib ikut membantu dalam menjaga kondisi adonan kue.

Seharusnya jika sudah dua hari--ah, tiga hari lebih sejak pertama kali dibuat, adonan itu akan berjamur hijau biru sekarang, sama seperti roti yang pertama kali kudapat saat datang ke kota ini setelah kudiamkan di lemari selama dua hari. Tapi saat ini, kondisi adonannya masih baik-baik saja seperti baru dibuat beberapa jam yang lalu.

Aku mendapat tugas untuk mengaduk isian daging di panci. Kukira tidak banyak hal yang harus kulakukan, tapi ternyata selain mengaduk daging, aku juga harus memasukkan berbotol-botol insulin babi dan rusa ke dalam panci yang sama dengan panci tempat dagingnya diaduk. Orang-orang Scallian sepertinya memang tidak mau melihatku mendapat tugas yang mudah dan menyenangkan.

Tanganku pegal-pegal semua setelah selesai mengaduk daging dan insulin hewan--bergumpal dan kental, jadi cukup sulit untuk diaduk. Untunglah Nyonya Peruglia masih ada pengertian. Aku dibuatkannya teh manis dan disuruh untuk duduk-duduk beberapa menit sebelum bekerja lagi untuk membuat kue.

Hari ini pun, setelah kemarin bersusah-susah menerima pesanan-pesanan aneh dari empat makhluk yang berbeda, aku masih harus menerima barang lagi.

Hei, tapi mari lihat sisi baiknya! Akhirnya aku akan bebas sebentar lagi. Kontrak kerjaku dengan toko ini juga sudah habis sore ini. Tapi, Nyonya Peruglia menjelaskan bahwa ia akan memberikan tugas tambahan--lagi--untukku esok hari. Masih dirahasiakan, tapi dia bisa memastikan bahwa ini tidak aneh-aneh.

Setidaknya tidak cukup aneh untuk membuatku hilang akal, katanya.

Kembali, aku menunggu di depan pintu toko sambil bersiul. Hatiku melompat-lompat kesenangan karena ini adalah orang terakhir yang akan mengantarkan pesanan ke toko.

Pun, sepertinya makhluk ini tidak terlalu buruk. Tetua kurcaci yang beraroma teh bunga. Kurcaci adalah makhluk yang sifatnya hampir sama dengan manusia, hanya lebih kerdil dan pendek otak saja. Selebihnya sama jika mengesampingkan makanannya yang bisa membuat sakit kepala itu.

Tidak pernah sebelumnya aku merasa sebahagia ini saat akan menerima pesanan dari pengantar. Dari tadi aku tersenyum-senyum terus dan lagu festival di ujung jalan terdengar lebih ceria dibanding hari-hari sebelumnya--ini perasaanku saja, tapi aku tetap merasa bahwa hari ini adalah hari baikku.

Begitu pikirku sampai akhirnya seorang kurcaci yang tidak terlalu kerdil datang dari ujung jalan sambil melompat-lompat seperti baru saja dirasuki arwah nenek moyang kelinci. Awalnya aku bahagia karena akhirnya orang terakhir datang juga.

Barulah ketika ia sudah sampai di depan undakan batu toko Nyonya Peruglia sambil tersenyum bodoh dan memutar bola mata, pikiranku berubah.

Tangannya memegang sewadah penuh krim kocok dan ketika aku menjulurkan tanganku untuk menerimanya, makhluk itu langsung melempar wadah yang ada di genggamannya ke mukaku sambil tertawa-tawa.

Sial.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro