07 •• Nganterin Pulang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
SCARLDO :
07 •• Nganterin Pulang

Takdir harus benar-benar bertanggung jawab jika nanti ada salah satu diantara mereka yang terbawa perasaan.
***

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@kdk.pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

***

"KAMU apa-apa an sih?" tanya Zee kesal.

"Jadi lo penginnya pakai aku-kamu gitu? Biar spesial ya?" tanya Rey.

Zee memutar bola matanya jengkel.

"Tanpa aku-kamu, lo udah spesial kok di hati gue," gombal Rey.

Gadis itu menghembuskan napas kesal. Kemudian mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Rencananya ia ingin kembali memesan ojek online.

"Ngapain?" tanya Rey.

Zee tidak menjawab. Alhasil Rey mencomot ponselnya dan melihat sendiri apa yang sedang gadis itu lakukan.

"Lo ngapain mesen ojek lagi sih?" tanya Rey dengan nada kesal.

"Siniin hape aku!" pinta Zee sambil berusaha mengambil hapenya yang diangkat Rey setinggi-tingginya.

"Lo pulang bareng gue," kata Rey.

Zee mendelik. "Enak aja! Nggak mau!" tolak gadis itu.

Rey menatap Zee tidak percaya, "lo kayaknya lagi ayan ya sekarang. Masa seorang pangeran menawarkan bantuan untuk mengantarkan tuan putri ke rumah, lo tolak sih?" tanya Rey.

"Kamu yang ayan, bukan aku," kata Zee tak terima.

"Iya deh," ujar Rey.

"Ya udah sekarang balikin hape ku," pinta Zee lagi.

"Ya udah ini," kata Rey sambil menyerahkan ponsel gadis itu. Baru saja Zee hendak mengambilnya, Rey sudah terlebih dahulu berlari.

Hal itu membuat Zee melongo. Kenapa sih ada orang semacam Rey di dunia ini? Dengan kesal Zee mengejar lelaki itu.

Sekarang kelihatan banget siapa yang sering olahraga, dan yang nggak pernah olahraga. Buktinya baru beberapa menit Zee sudah kewalahan mengejar Rey. Mana orang-orang melihat dia lagi.

"Sayang! Sini dong kejar lagi! Masa segitu aja udah capek sih? Gimana nanti kalau kita anuan?" teriak Rey yang berada jauh di depan Zee. Lelaki itu melambai-lambaikan ponsel Zee membuat gadis itu semakin kesal.

Zee pun kembali mengejar Rey, sementara Rey tidak lagi berlari melainkan berjalan mundur. "Ayo sini cepetan, masa lama banget sih nyamperin akunya?" tanya Rey.

Dan akhirnya Zee berhasil menangkap Rey dengan memegang tangan lelaki itu. "Udah, balikin sekarang," kata Zee dengan napas ngos-ngosan.

"Baper nih," kata Rey sambil menatap ke arah tangannya yang dipegang.

Zee pun spontan melepas pegangannya.

"Yah dilepas, pegang lagi dong," kata Rey.

"Balikin dong," kata Zee yang nampak sudah lelah.

"Ini ambil," kata Rey sambil meninggi-ninggikan ponsel Zee.

Zee pun berusaha mengambilnya. Gadis itu semakin mendekati Rey dan terus berjinjit. Hingga akhirnya Zee benar-benar dekat dengan Rey, tetapi gadis itu masih tak menyadarinya.

Rey menatap wajah Zee yang berkeringat. Lelaki itu sengaja membuat Zee berlari supaya gadis itu berkeringat, dia ingin tahu bagaimana wajah Zee ketika berkeringat. Dan ternyata gadis itu tetap cantik, bahkan gadis itu terlihat seksi dengan keringat yang ada di pelipisnya.

Tak mau membuang-buang kesempatan, Rey tiba-tiba memeluk pinggang Zee. Hal itu membuat Zee seketika membeku dan menatap ke arah Rey. Sedangkan lelaki itu juga balik menatap Zee dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan tiba-tiba senyum Rey muncul saat lelaki itu menangkap ada kekaguman di mata Zee saat menatap wajahnya.

Gadis itu pun tersadar dan berusaha melepas pelukan Rey, "lepasin," ujarnya.

"Udah nyaman nih," kata Rey sambil mempererat pelukannya.

Tiba-tiba ponsel Zee berdering membuat gadis itu dengan cepat menarik ponselnya dari tangan Rey dan melepas pelukan Rey. Gadis itu lalu berjalan sedikit menjauh dari Rey.

Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya, kemudian mengangkatnya dengan cepat.

"Hallo Ma," ujar Zee.

"Iya, Zee, kamu dimana? Mama tadi telpon Papa, dan kata Papa kamu belum pulang, padahal waktu pulang udah sejam yang lalu kan?" tanya wanita si seberang sana dengan nada khawatir.

Zee melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat melihat jarum pendek menyentuh angka tiga, Zee menepuk jidatnya.

"Maaf Ma, tadi Zee mampur ke perpustakaan, jadi lupa waktu, sekarang udah lagi nunggui ojek kok," bohong Zee.

"Oh, oke, kamu cepat pulang ya, Papa kamu sekarang lagi nungguin adik kamu. Di rumah sepi, kamu jaga diri ya, Mama hari ini lembur," ujar Brenda.

"Iya Ma, Mama juga jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit," ujar Zee. "Dada Mama." Zee pun mematikan sambungan telponnya.

Maafin Zee karena bohong ya Ma, batin Zee merasa bersalah. Gadis itu kemudian menatap Rey yang sejak tadi menatapnya. Ini semua gara-gara dia, batin Zee kesal.

"Kenapa?" tanya Rey.

Zee mendengus. Gadis itu berjalan menjauh dari Rey.

"Eh, mau kemana?" tanya Rey sambil mengikuti Zee.

"Terserah aku mau kemana, kamu jangan ngikutin," ujar Zee.

"Mau pulang? Mending bareng gue, ngehemat uang sama waktu," kata Rey.

"Nggak," tolak Zee. "Aku bisa pulang sendiri," ujar Zee. Gadis itu kembali mengutat ponselnya. Tetapi beberapa detik kemudian ponsel gadis itu mati. "Yah, baterainya habis," ujar Zee.

Senyum Rey pun mengembang. Tak sia-sia ia melewati waktu tidurnya demi Zee. Hari ini ia bisa mengantarkan gadis itu.

"Dibilangin pulang aja sama gue," kata Rey.

"Nggak," ujar Zee masih menolak, gadis itu celingak-celinguk berharap ada kendaraan umum yang lewat.

"Takdir udah nyuruh kita pulang bareng lho!" ujat Rey lagi.

Zee masih sibuk melihat ke kiri dan ke kanan.

"Ya udah." Rey membalikkan badannya. Saat-saat seperti ini adalah waktunya Rey untuk jual mahal.

Zee pun menyerah. Gadis itu memegang ujung kemeja belakang Rey. Hal itu membuat Rey tersenyum penuh kemenangan. Lelaki itu membalikkan badannya. "Apa sayang?" tanyanya.

Zee menghembuskan napasnya pasrah, "aku ikut kamu," kata Zee. "Tapi kamu jangan macem-macem ya,"'ujar Zee. Nampaknya gadis itu masih takut dengan Rey.

"Gue bukan penjahat kelamin kok," ujar Rey. "Cuma penjahat cinta," lanjut Rey.

Zee mendengus mendengar hal itu. Apakah laki-laki itu tidak bisa berhenti bersikap bar-bar seperti ini?

"Ya udah ayo." Rey baru saja ingin merangkul bahu Zee, tetapi gadis itu dengan cepat menjauh.

"Kamu jangan pegang-pegang," kata Zee.

"Terus gimana dong?" tanya Rey.

"Jalan aja," kata Zee sambil berjalan terlebih dahulu.

Rey mendengus, ia kira Zee sudah membuka diri untuk ia dekati, tapi ternyata belum. Lelaki itu pun menyusul Zee, "arahnya salah sayang," kata Rey sambil memutar bahu Zee.

Sepertinya takdir juga harus bertanggung jawab nantinya jika ada salah satu dari mereka yang baper. Atau malah keduanya?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? Jangan lupa vomment nya ya!

Aku usahain bakalan update lagi sekali sekarang. Jadi tungguin aja ya!

10-09-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro