22 •• Langkah Awal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
SCARLDO :
22 •• Langkah Awal

Ketika keduanya bertemu dengan ambisi untuk saling menyakiti.
***

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@kdk.pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

***

DENGAN was-was Zee terus mengikuti langkah Rey hingga lelaki itu berhenti disalah satu pintu. Rey membuka pintu coklat tersebut dan seketika membuat Zee terkejut. "Ini dia kamar buat tuan putri," kata Rey bersemangat.

Zee melihat sekeliling kamar tersebut. "Bagus banget," gumam gadis itu. Kamar dengan tema hitam putih itu sangat cocok dengan kepribadian Zee.

"Bagus dong, siapa dulu yang dekor," kata Rey dengan bangga.

Zee mendengus lalu masuk ke dalam kamar tersebut. Di sana sudah ada kopernya yang dibawakan oleh pelayan Rey tadi. Lelaki itu pun ikut masuk ke kamar Zee dan menutup pintu kamar itu.

"Ih, ngapain ditutup? Buka-buka!" kata Zee. Gadis itu hendak kembali membuka pintu tersebut tetapi ganging pintu masih dipegang oleh tangan Rey.

"AC nya hidup beb, nanti rusak kalau pintunya dibuka," kata Rey beralasan. "Udah deh, mending lo liat-liat dulu," kata Rey lalu mendorong bahu Zee pelan.

Zee pun hanya menurut dan kembali melihat-lihat isi kamar, sedangkan Rey merebahkan dirinya di atas Kasur. Gadis itu berjalan ke rak buku yang ada di sana. Ia melihat buku-buku yang ada di sana. Semua novel yang ingin ia beli ada di sana. "Ini punya siapa?" tanya Zee bersemangat.

Rey terkekeh melihat reaksi Zee. Sudah ia tebak gadis itu akan sangat suka dengan hadiah tersebut. "Itu buat lo sebagai hadiah selamat dating dari gue," kata Rey.

Zee tersenyum senang. Baru pertama kali ia merasa suka dengan sesuatu yang diberikan Rey. Setelah puas melihat-lihat buku-buku yang ada di sana, gadis itu kemudian berjalan menuju pintu balkon dan membukanya. Seketika mata gadis itu melongo. Dari atas, rumah Rey terlihat jauh lebih indah. Langit malam pun terlihat sangat indah dengan bintang yang bertaburan di atasnya.

Rey bangkit dari tidurnya saat melihat Zee masuk ke balkon. Lelaki itu pun mengikuti gadis itu. Ia tersenyum saat melihat punggung gadis itu. Rey pun mendekati Zee, kedua tangannya memegang teralis sehingga membuat tubuh Zee terpeluk. "Bagus kan?" bisik Rey tepat di telinga Zee.

Zee yang kaget pun segera mendongak. Wajahnya seketika bertatapan dengan wajah lelaki itu. Sangat dekat, sampai membuat Zee menahan napasnya. Beberapa detik Zee terdiam karena terpesona dengan wajah Rey yang kini tersenyum melihat langit. Rey yang menyadari dirinya ditatap pun balik menatap mata gadis itu.

"Kenapa? Baru sadar muka gue kegantengan?" tanya Rey.

Hal itu pun membuat Zee memalingkan wajahnya, "apaan sih?" tanya Zee salah tingkah. "Udah sana, ngapain lo meluk-meluk?" Gadis itu hendak melepaskan tanga Rey yang memegang teralis, tetapi Zee mengurungkan niatnya karena Rey menunjuk ke balkon yang ada di beberapa meter di depannya.

"Itu kamar gue," kata Rey. "Jadi kita bias saling liat-liatan dari balkon. Romantis kan?" ujar Rey.

Zee mendengus, "romantis? Yang ada gue serasa dimata-matain sama lo," kata Zee kesal. "Udah deh, sana," kata Zee sambil mendorong tubuh Rey menjauh dari dirinya.

"Oke-oke gue ke kamar gue sekarang. Lo tidur yang nyenyak ya, biar besok stamina lo terisi penuh. Jangan lupa buat cek email yang dikirimin sama mama gue," kata Rey.

Zee mengecek ponselnya dan membuka email dari Sarah. Seketika mata gadis itu melotot, "ini semua harus lo lakuin gitu?" tanya Zee sambil menatap jadwal kegiatan Rey.

Rey tersenyum senang melihat reaksi gadis itu. Ia mengangkat bahunya acuh, "itu yang harus lo lakuin, bukan gue, karena gue bakalan males buat lakuin itu semua," kata Rey.

"Tapi kan—"

Rey mengelus kepala Zee pelan, "selamat berjuang cantik, jangan lupa mimpiin gue," kata Rey lalu pergi dari sana. Meninggalkan Zee yang masih membisu.

***

ALARM Zee berbunyi sangat nyaring membuat gadis itu terpaksa bangun dari tidurnya. Zee menatap jam dinding yang berwarna putih tersebut. Sekarang baru pukul lima pagi, seharusnya Zee masih bias tidur karena hari ini hari minggu, tetapi ia sudah harus bersiap-siap untuk mengajak Rey olahraga pagi.

Dengan malas gadis itu bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengambil baju olahraga yang sudah disediakan. Satu tanktop hitam yang sedikit crop dengan celana jogger berwarna hitam.

Zee pun mengikat rambutnya asal sehingga membuat beberapa helai rambutnya keluar. Ia pun segera memasukkan ponselnya ke saku celana dan keluar dari kamarnya. Gadis itu pun melihat satu persatu pintu yang ia lewati di lantai yang sama dengan kamarnya. Kenapa banyak sekali kamar di rumah ini?

Saat satu pelayan lewat, Zee pun memutuskan untuk bertanya kepada pelayan tersebut, "mbak kamar Rey dimana ya?" tanya Zee.

"Kamar Den Rey? Ini yang di depan," kata pelayan tersebut sambil menunjuk pintu yang tepat berada di depan mereka.

"Oh oke, makasi ya mbak," kata Zee lalu mengetuk pintu tersebut.

"Jangan diketuk, langsung masuk aja. Den Rey nggak bakalan bangun kalau pintunya cuma diketuk," kata pelayan tersebut lalu pergi dari sana.

Atas saran dari pelayan itu, Zee pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Rey. Ternyata pintunya tidak dikunci. Zee menatap sekeliling kamar lelaki itu. Sangat bagus dan tertata rapi. Padahal Zee berpikir kamar Rey akan seperti kapal pecah, tapi ternyata tidak. Mungkin itu karena pelayan di rumah ini selalu merapikan kamar lelaki itu.

Zee memberanikan diri melangkahkan kakinya ke dalam kamar lelaki itu. Ia pun melihat Rey tengah tertidur pulas dengan selimut yang sudah tak beraturan. Zee mendekati lelaki itu dan menepuk pipi Rey pelan, "bangun," ujar Zee pelan.

Rey melenguh pelan lalu merubah posisi tidurnya.

"Ih, Rey bangun," ujar Zee. Gadis itu hendak membalikkan badan Rey tetapi tangannya malah ditarik oleh lelaki itu sehingga membuat badan Zee terjatuh ke atas badan REy.

Mata Rey perlahan-lahan terbuka. Senyum lelaki itu pun mengembang, "bangun-bangun udah disapa sama calon tunangan," kata Rey.

Zee menerjapkan matanya berkali-kali, sebelum akhirnya hendak berdiri, namun Rey malah memeluk pinggang gadis itu dengan kedua tangannya, "mending tidur aja beb," kata Rey.

Gadis itu sempat membeku sejenak sebelum akhirnya memukul kepala Rey dengan keras. Hal itu membuat Rey meringis dan otomatis pelukannya terlepas dari pinggang Zee. Kesempatan tersebut pun tidak disia-siakan oleh gadis itu, ia langsung bangkit dari posisinya tadi.

"Lo ya!" teriak Zee kesal. Gadis itu memukul tubuh Rey bertubi-tubi. "Bangun nggak?"

"Iya beb, iya, bangun kok sekarang," kata Rey sambil berusaha menangkis pukulan gadis itu.

"Ya udah kalau gitu bangun cepetan."

"Iya,  iya," kata Rey. Lelaki itu bangun dari tidurnya dan langsung memeluk  Zee dari belakang untuk mengunci tangan gadis itu. "Sakit tau beb," kata  Rey.

Selama beberapa detik Zee membiarkan Rey memeluk dirinya  karena dirinya sendiri masih terkejut dengan hal yang lelaki itu  lakukan. Tetapi setelah tersadar, ia pun langsung mendorong tubuh Rey,  "apaan sih lo!"

"Dinikmatin dulu ya pelukan guenya," ledek Rey.

Zee mendelik, "udah sana cepetan siap-siap," kata Zee.

"Siap-siap anu?" tanya Rey dengan wajah nakalnya.

Zee memukul lengan Rey, "enak aja! Siap-siap olahraga," kata Zee.

"Olahraga di ranjang?" tanya Rey lagi.

Zee berdecak, "lo ngeselin!"

"Ayolah di ranjang aja, sama-sama sehat kok," kata Rey.

"Mau gue jedotin pala lo ke tembok?"

"Iya, iya sayang, jangan marah kek," kata Rey.

"Ya udah cepetan!" kata Zee.

"Lo nggak mau keluar gitu? Lo mau liat gue bugil? Mesum lo!" tuduh Rey.

Zee mendengus kesal, "gue keluar sekarang!"

"Padahal gue belum ngapa-ngapain lo," kata Rey lagi.

"Bangsat," umpat Zee sambil membanting pintu kamar lelaki itu.

"Ciah kasar nih," ledek Rey lalu tertawa ngakak.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? 250 komen ya!

Chapter berikutnya bakalan ada banyak scene Zee sama Rey nih, makanya jangan lupa vomment!

09-10-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro