Bab 14 : Yasmin.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ara mengibaskan selimut kemudian menatanya di atas kasur, dan itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari Ara semenjak ia tinggal bersama Diaz.

Sebisa mungkin, tak ada pembantu maupun petugas kebersihan yang memasuki kamar mereka. Hanya Ara yang boleh membersihkan tempat yang dianggap salah satu privasi.

Sedangkan Diaz baru saja keluar dari kamar mandi, hanya berlilitkan handuk berwarna putih yang bertengger dipinggangnya.

Ara mendengkus melihat pemandangan shirtless Diaz, yang tidak hanya berlaku di pagi hari tapi hampir setiap kali ia mandi.

Diaz tak menyukai memakai baju di dalam kamar mandi, karena sama saja akan membuat bajunya ikutan basah. Jadi ... solusinya adalah pria itu memilih melepas sisa kain yang nelekat di tubuhnya, tepat di luar kamar mandi. Walau kamar mandinya lebih luar dari kamar kostnya dulu.

Ara benci sekaligus suka melihat tetesan air yang berasal dari rambut basah Diaz, namun terlihat begitu seksi kala tetesan yang bagaikan slow motion itu mengalir pelan melalui beberapa bagian tubuhnya yang berakhir di dada Diaz.

"Kamu kebiasaan banget sih, Yaz. Berapa kali aku ngomong sama kamu. Keringin dulu rambutmu sebelum keluar dari kamar mandi," gerutuan Ara terdengar manis di telinga Diaz.

Maka, tanpa diminta pun. Ara merampas handuk kecil kering dari tangan Diaz yang barusan ia ambil dari lemari penyimpanan di kamar mandi. Mendudukkannya di pinggir ranjang, sedangkan Ara menaiki kasur dan berlutut tepat di belakang tubuh Diaz mulai mengeringkan rambut tebal prianya.

"Awas kalo diulangi lagi."

"Hm."

"Diaz... kamu denger gak, sih? Jangan letakin handuk basah di kasur, ntar kasurnya ikutan basah," ujar Ara melihat handuk yang tadi bertengger di pinggang Diaz kini telah berpindah. Masih menggerutu Ara berjalan ke arah walk in closet dan  mengambil setelan kerja dan meletakkan di atas kasur.

Diaz terkekeh. Anehnya ia merasakan suatu kebahagian yang sempat hilang dari hidupnya, mendengar gerutuan Ara yang hampir setiap hari ia dengar.

Sesungguhnya Diaz begitu memahami isi gerutuan Ara, hanya saja ia tak rela jika tak mendengar nada jengkel yang dikeluarkannya hampir disetiap pagi ia bangun tidur.

Diaz menarik tangan Ara yang akan pergi keluar kamar, membuat Ara langsung duduk dipangkuan Diaz.

"Apalagi?" Ara memutar biji matanya. Jengah, akan sikap Diaz yang selalu menariknya tiba-tiba.

Diaz hanya menatap intens Ara, membuat wanita yang masih memakai kemeja Diaz menjadi salah tingkah karena ditatap sedemikian rupa.

Maka dengan lancangnya, Ara merubah posisinya yang kini malah mengangkangi Diaz. Memberikannya beberapa kecupan dibibir, berharap Diaz akan melepaskannya. Tapi sepertinya Ara salah langkah. Bukannya dilepas, Diaz semakin memagut dan melumat lembut bibir Ara.

Jika bukan berkurangnya kadar oksigen di dalam paru-paru, Diaz takkan mau melepas pagutannya.

"Diaz ... bibirku udah bengkak. Udahan, ya?" pinta Ara yang langsung membuat tawa Diaz pecah.

"Kamu seksi kalo bibirnya bengkak begini," ucap Diaz yang mengelus bibir Ara dengan ibu jarinya. "Karena hanya aku yang bisa membuat bengkak begini." Diaz mendaratkan kecupan lembut di bibir Ara.

Suara bel terdengar, membuat Diaz mau tak mau menghentikan aktifitasnya. "Sialan!" umpat Diaz mendapatkan pukulan dari Ara dibahunya.

"Pagi-pagi udah ngumpat."

"Habisnya dia ganggu aja. Aku masih nggak rela lepasin kamu," rajuk Diaz dengan wajah sebalnya.

"Kalo dia nggak datang, aku nggak bisa jamin kamu bakalan berhenti hanya diciuman aja," cibir Ara yang melah mendapat kekehan dari Diaz.

"Habisnya ... kamu terlalu sayang buat dilewatin. Aku nggak bisa nggak ngambil jatah pagiku, Ra."

"Sialan kamu, Diaz!" Kali ini Ara tak bisa membendung umpatannya, namun tak urung mendaratkan kecupan singkat di bibir Diaz sesaat akan beranjak dari duduknya ditahan oleh Diaz, yang kembali mendaratkan kecupan singkat di bibir Ara.

"Aku gak suka kamu pake baju itu."

Ara menoleh cepat, disertai delikkan tak suka, sebelum kembali melangkahkan kakinya keluar kamar. "Siapa yang udah buang baju daster sama baby doll aku? Lagian aku pake boksermu, Yaz." Tukas Ara mengangkat kemeja hijau navy milik Diaz. "Cepetan ganti baju, aku tunggu di dapur."

Ara membuka pintu apartemen, dan mendapati sesosok wanita cantik dengan dress selutut yang nengkring cantik di tubuh semampainya.

Sesaat senyuman wanita itu menghilang, saat menemukan Ara yang membuka pintunya. Justru matanya kini tengah memindai penampilan Ara yang hanya menggunakan kemeja Diaz dan celana boxer. Mungkinkah?

"Mana Diaz?" Kerutan Ara mengurai, begitu wanita anggun di depannya ini mengumamkan kata Diaz.

"Oh, masuk aja, Mbak. Diaz lagi ganti baju." Ara menpersilakan wanita itu masuk ke dalam, sedangkan dia sendiri memasuki dapur. Menyiapkan sarapan seperti biasa.

"Ra, kamu tahu di mana ... Yasmin." pekik Diaz mendapati sosok wanita yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Sedangkan wanita yang bernama Yasmin lansung berdiri dan memeluk Diaz.

"Kangen ..." manja Yasmin yang menghidu aroma after shave Diaz. Percampuran aroma kayu dan rempah yang berasal dari kombinasi sabun dan parfum Diaz, seolah membuat para wanita menggila. Apalagi dengan posisi Diaz yang tak memakai baju hanya menggunakan celan denim.

"Sejak kapan balik?" Diaz mengurai pelukkan Yasmin dan memandangnya intens.

"Seminggu yang lalu."

Diaz membawa Yasmin menduduki sofa, dan ikut duduk di sebelahnya. Terdengar obrolan yang diselingi candaan, membuat sedikit banyak Diaz tertawa.

"Diaz, sarapannya udah jadi," teriak Ara dari dalam dapur.

Mendadak Yasmin menghentikan tertawanya. Mau tak mau ia mengikuti ajakan Diaz untuk sarapan.

Ekspetasi Yasmin adalah bahwa dirinya yang akan memasak sarapan untuk Diaz. Tapi ia malah dikejutkan dengan keberadaan wanita yang memakai kemeja Diaz, tengah menyiapkan sarapan pagi yang simple. Sebuah roti tangkup berisi tuna asap dan telur ceplok mata sapi dengan lelehan keju mozarela, membuat siapa saja yang melihatnya tak bisa menahan air liurnya tak menetes keluar.

Yasmin masih tak bisa mengalihkan tatapan pada Ara, yang begitu cekatannya dalam mengambil beberapa perkakas rumah tangga yang berada di dapur Diaz. Mungkin kah ia pelacur yang Diaz sewa? Semenjak tragedi empat bulan lalu, Diaz beberapa kali menyewa pelacur berpengalaman untuk menghangatkan ranjangnya. Tapi kenapa wanita itu seolah sudah hapal dimana letak peralatan dapur tersebut, seperti menganggap apartemen Diaz rumah sendiri.

"Di makan, Mbak." Ara menyodorkan sepiring sarapan roti tangkup isi di depan Yasmin. Seetelah mengambilkan sarapan Diaz di atas meja, Ara yang akan beranjak justru tangannya ditahan oleh Diaz.

"Kamu gak sarapan?"

"Nanti. Aku mau ganti baju dulu, Yaz."

Diaz menarik Ara sepihak yang berakhir dengan duduk dipangkuan Diaz.

"Diaz!" pekik Ara.

Kalau saja hanya ada mereka Ara mungkin takkan semalu ini. Masalahnya kini di seberang meja, ada seorang wanita dengan level keanggunan yang cukup membuat para wanita minder, tengah menyorot langsung ke arah mereka.

"Makan, Ra." Diaz sudah mengambil sepotong roti tangkup isi yang sudah dia potong, kemudian menyuapkan pada Ara juga dirinya secara bergantian.

Dan interaksi mereka tak luput dari pandangan Yasmin, yang mendadak merasakan nyeri. Diaz yang ia kenal takkan mau berbagi makanan dengan siapapun, termasuk dengan dirinya.

Melihat pemandangan yang tersuguhkan di depan mata, membuat Yasmin mengigit bibir bawahnya. Baru empat bulan berlalu, namun secepat itukah Diaz menemukan pengganti si Naina Salim?

"Aku udahan, masih kenyang, Yaz. Tadi sebelum ke sini aku udah sarapan.

Bohong! Yasmin hanya tak ingin melihat pemandangan yang akan mengaburkan pandangannya karena tertutup airmata.

Dan sialnya. Yasmin tak mampu lagi menahan gejolak sakit hati yang menyerangnya mendadak seperti ini.

Yasmin beranjak pergi dari tempat duduknya, berniat ingin pamit pulang. Malah mendapati adegan yang semakin membuat dadanya sakit.

Diaz tengah berciuman dengan Ara di pantry. Dan sialnya Yasmin melihat semuanya.

"Wanita sialan!" desis Yasmin menutup pintu dengan wajah penuh kekesalan.

●◎●◎●◎●◎

Jogja 08.53
02-09-2018

Revisi
06-10-2019


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro