38. Selalu Begini

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Selamat Membaca~
[Second Chance]
38. Selalu Begini
____________________________________
Semua di hidup ini selalu saja berjalan tidak sesuai dugaan. Sama sepertimu yang membuatku menjadi tahu rasanya jatuh cinta, dan rasanya sakit hati, tanpa aku duga sebelumnya.

***

FOLLOW INSTAGRAM :
@kdk.pingetania
@sheryl.geana
@arash.bagaskara
@ananta.fredick
@keyla.fleura
@aboutpinge

***

ID LINE :
kdk.pingetania [jgn telp, jgn spam]
keyla.fleura
ananta.rasya
arash.bagaskara
sheryl.geana

***

"NANTA," panggil pria paruh baya saat Nanta turun dari tangga.

Nanta menghentikan langkahnya. Lelaki itu menatap ayahnya. "Kenapa Pa?" tanya Nanta.

"Papa mau membicarakan tentang masalah kemarin."

Wajah Nanta yang tadinya muram tiba-tiba sedikit bercahaya. "Papa setuju?" tanya Nanta.

Pria paruh baya itu mengangguk. "Tapi setelah Papa berdiskusi dengan keluarga Keyla. Kami memutuskan untuk menjalin kerja sama secara tertutup. Dan keluarga Keyla akan tetap menetap di luar negeri. Mungkin sekali dua kali kami akan bertemu," jelas pria itu.

Nanta tahu bahwa hal ini pasti akan terjadi. Tidak mungkin semua hal akan berjalan mulus sesuai harapan. Tapi ini sudah lebih baik, daripada Keyla harus melakukan pertunangan karena paksaan.

"Makasi Pa, Ma," kata Nanta.

Ibu Nanta tersenyum kepada anaknya. "Dan masalah sekolah di luar negeri, sepertinya kamu yang harus memutuskannya sendiri. Mama nggak mau kamu terpaksa," kata wanita itu.

Sepertinya Nanta sudah harus mulai memikirkan tentang masa depannya. Sudah cukup selama ini ia melakukan apa yang ia inginkan, sekarang ia harus melakukan apa yang orang tuanya inginkan. Setidaknya Nanta ingin sedikit membanggakan kedua orang tuanya itu.

"Aku bakalan sekolah di luar negeri," kata Nanta.

"Apakah kamu yakin?"

Nanta mengangguk.

Dan Nanta tak tahu apakah dirinya akan menyesali keputusan ini atau tidak. Yang pasti Nanta sudah melakukan yang menurutnya terbaik. Jika memang takdirnya tidak dengan gadis itu, maka Nanta akan benar-benar mengakhiri semuanya.

***

"UDAH gila lo Nan!" umpat Leo.

"Lo udah kagak pernah mau dateng ke markas ini lagi, sekalinya lo dateng, lo bawa berita buruk. Bangsat tau nggak?" Emosi Rey memuncak. "Lo seenaknya mau ke luar negeri, terus nasib geng abstrax gimana? Lo mau biarin gitu aja jadi geng terbengkalai?" tanya Rey kesal.

"Kita udah mau tamat SMA bahkan minggu depan kita UNBK. Gue udah mutusin buat ngeakhirin geng ini, gue udah mutusin buat ke luar negeri, dan itu udah jadi keputusan gue," kata Nanta lalu bangkit dari duduknya.

Tanpa diduga-duga Marchel yang sedari tadi terdiam bangkit dari duduknya. Lelaki itu dengan cepat menarik bahu Nanta agar lelaki itu berbalik dan memukul wajah Nanta. "Lo tau kan peraturan geng kita? Kalau lo mau keluar dari geng abstrax, sama aja lo nyari mati," kata Marchel.

Nanta mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya. "Lo mau mukulin gue? Silahkan," katanya.

Marchel terkekeh, "mana berani gue ngelakuin itu sama ketua geng ini," kata Marchel. Raut wajah yang tadinya terlihat emosi tiba-tiba tersenyum tulus pada Nanta, "gue seneng lo mau tobat, tapi gue nggak pernah ngijinin lo keluar dari geng ini, ini bukan sekedar geng berandalan doang. Jadi walaupun lo ke luar negeri, lo bakalan tetep jadi ketua kita," kata Marchel.

Rey menatap Nanta kesal, "bahkan setelah lo nggak peduli sama kita, Marchel tetep peduli sama lo," kata Rey.

"Udah deh nyet," kata Leo sambil menatap Rey kesal. "Lo juga nggak berani lawan Nanta, jadi diem aja," kata Leo.

Rey mendengus.

"Gimana hubungan lo sama Keyla?" tanya Radit yang sedari tadi terdiam di sebelah Mike yang juga terlihat tidak tertarik dengan pembahasan tersebut.

"Gue mau ngeakhirin semuanya," kata Nanta. "Gue mau fokus belajar," kata Nanta.

"Sehat lo?" tanya Rey bingung.

Nanta mendengus, "gue cabut."

***

LELAKI itu menatap Keyla yang ada di hadapannya. Setelah mengetahui semuanya membuat Nanta merasa canggung berada di dekat Keyla.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Keyla.

Saat itu mereka sedang berada di rumah Keyla. Keyla mengajak Nanta duduk di halaman depan rumahnya karena Nanta tak ingin masuk.

"Gue ke sini nyari Arash," kata Nanta.

Keyla menatap Nanta takut.

"Nggak gue nggak mau berantem," jelas lelaki itu. "Gue cuma mau ngomongin hal penting sama dia," kata Nanta.

Keyla mengangguk mengerti, "Arash tadi keluar," kata Keyla.

"Gue—" Nanta dan Keyla sama-sama membuka suara.

"Lo duluan aja," kata Nanta.

"Nggak lo aja," ujar Keyla.

"Gue minta maaf karena udah nuduh lo yang nggak-nggak. Gue juga minta maaf karena nggak berusaha nyari tahu tentang semuany," kata Nanta.

"Gue juga minta maaf karena udah nuduh orang tua lo yang macem-macem," kata Keyla.

"Nggak, itu bukan salah lo," kata Nanta. Lelaki itu kemudian menatap Keyla lekat-lekat. Apakah ia bisa benar-benar merelakan Keyla?

"Kenap—" Ucapan Keyla terhenti karena tiba-tiba Nanta mendekat dan mencium gadis itu. Ciuman yang sangat dalam. Tetapi bukannya merasa senang, Keyla malah merasa sedih. Ia malah merasa bahwa ciuman itu adalah tanda perpisahan dari Nanta, sama seperti waktu terakhir kali.

Tanpa terasa air mata Keyla menetes. Nanta pun bisa merasakan air mata Keyla yang ikut mengenai pipinya. Lelaki itu menjauhkan wajahnya dan menatap Keyla.

"Lucu ya Key," kata Nanta.

"Apanya?" tanya Keyla.

"Hubungan kita." Nanta menghapus air mata yang mengalir di pipi Keyla. "Kita udah melangkah sejauh ini tapi takdir nggak pernah ngasi kita buat mendekat," kata Nanta.

"Bukannya apapun yang lo mau bakalan terwujud?" tanya Keyla sambil tersenyum.

Hal itu membuat Nanta terkekeh. Ia merasa bodoh pernah mengucapkan hal itu, "iya, itu pasti."

"Lo masih pede banget di saat kayak gini," kata Keyla.

"Itu fakta Key," kata Nanta.

"Terus kenapa lo nggak pernah bisa dapetin gue?" tanya Keyla.

"Karena lo terlalu sulit."

Dan yang gue mau bukan lo, tapi kebahagiaan lo. Karena setiap lo sama gue, itu ngebuat semuanya terasa rumit, batin Nanta.

"Oh, iya, gue mau ngundang lo buat dateng ke party di rumah gue setelah UNBK," kata Nanta.

"Dalam rangka apa?" tanya Keyla.

"Perpisahan," jawab Nanta.

"Perpisah—" Pertanyaan Keyla terpotong saat gadis itu melihat mobil Arash datang. "Arash dateng."

Nanta membalikkan badannya. "Ya udah gue nemuin Arash dulu, lo masuk ke dalem aja. Udaranya dingin, gue takut lo masuk angin," kata Nanta.

Keyla mengangguk walaupun ia masih sangat penasaran dengan ucapan Nanta. Perpisahan? Apa yang Nanta maksud perpisahan dengan teman sekelas? Tetapi kenapa Keyla merasa perpisahan ini bermaksud lain? Ah, Keyla harus berpikir positif.

Ini cuma perpisahan karena Rasya mau lulus SMA, nggak lebih, batin Keyla.

***

NANTA memilih berbicara di depan pagar bersama Arash. Dia benar-benar tidak mau percakapan ini sampai di dengar oleh Keyla.

"Gue mau ngomong serius sama lo," kata Nanta.

Arash terdiam, lelaki itu nampak ingin mendengarkan penjelasan dari Nanta.

"Gue udah minta tolong sama orang tua gue. Gue udah bilang ke mereka buat bantuin keluarga Keyla, jadi perjodohan lo sama dia bisa dibatalin," kata Nanta.

Arash tidak terkejut. Ia tahu Nanta akan melakukan hal itu.

"Dan lo juga bisa balikan lagi sama Sheryl," kata Nanta.

"Nggak," kata Arash.

"Kenapa?" tanya Nanta.

"Orang tua gue tetep bakalan tunangin gue, walaupun bukan sama Keyla," jelas Arash. "Apa lagi yang mau lo jelasin? Gue rasa lo ke sini nggak cuma buat itu doang," kata Nanta.

"Gue mau sekolah di luar negeri," kata Nanta. "Gue juga mau ngakhirin semuanya sama Keyla."

"Kenapa lo nggak bilang langsung sama Keyla?" tanya Arash.

"Nggak sekarang, gue takut konsentrasinya bakalan pecah karena gue. Gue bakalan bilang di party nanti," kata Nanta. "Gue bakalan pisah sama dia secara baik-baik."

Arash mengangguk. "Gue bakalan nenangin dia nanti kalau dia nangis," kata Arash.

Nanta tersenyum. "Gue cabut dulu kalau gitu."

Gue harap lo bener-bener bisa buat dia berhenti nangis nanti, batin Nanta.

~Terima Kasih Telah Membaca~

***

Masih ada beberapa part lagi. Jadi jangan lupa vomment ya buat next!

18-08-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro