Bab 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yerim menaiki kursi membuat Arga dan Niko menjadi takut gadis itu jatuh.

"Eh lo mau ngapain?" tanya Arga panik.

"Lo diam aja," jawab Yerim.

Sedangkan, Niko merasakan sesuatu yang yang buruk akan menimpanya.

Sebelum Yerim memulai aksinya ia melirik dompet Niko yang berada di atas meja sekilas.

Kali ini gue gak akan kasih ampun.

"Perhatian Semuanya!"

Seluruh siswa yang ada di kantin memberhentikan kegiatan mereka yang dari tadi rusuh mengantri pun ikut memperhatikan Yerim yang berdiri di atas kursi. Mereka memandang Yerim dengan raut pemasaran.

"Hari ini ni bocah ulang taon ambil aja sepuasnya dia yang traktir!" Teriak Yerim menunjuk Niko yang berdiri kaku.

Semuanya bersorak ramai, para cowok-cowok langsung menyalami Niko mengucapkan selamat.

"Wah selamat ulang tahun bro!" ujar Arga polos.

"Gak anjir."

Yerim turun dari kursi kemudian menepuk pundak Niko pelan.

"Itu pembalasan gue," bisik Yerim pergi meninggalkan Niko yang masih berdiri kaku.

Ia menatap dompetnya nanar.

Yerim berjalan menuju mejanya dengan Salsa tadi, ia berhigh-five dengan Salsa sebelum duduk di kursinya.

"Sinting," ujar Salsa tertawa.

"Biar tau rasa hahahaha,"

Yerim merasa puas melihat wajah Niko yang nelangsa itu, untungnya Niko adalah anak orang kaya jadi gak rugi-rugi amat la naksir anak-anak.

Tanpa Yerim sadari ada seseorang yang berada di sudut kantin duduk sendirian memperhatikannya, ia tersenyum tipis sambil memainkan sedotan pada minumannya.

Teruslah seperti itu

Batin seseorang itu.

****

Bel pulang berbunyi.

Mata Yerim langsung terbuka lebar ketika mendengar bel pulang, dengan bergegas Yerim membereskan alat tulisnya dan memasukkan kedalam tas.

"Gue duluan ya," pamit Yerim kepada Lusi yang masih memasukkan buku ke dalam tas.

Yerim langsung berlari menuju pintu kelas setelah memberikan salam kepada guru.

"Dasar gak sabaran," cibir Arga.

"Huh akhirnya pulang!" seru Yerim ketika berhasil keluar dari kelas tanpa tau bahwa ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

Dengan senyum yang merekah Yerim mulai melangkah menuju parkiran, namun belum genap empat langkah ia berjalan tas nya ditarik dari belakang membuat ia hampir kejengkang.

"Apaan ss!" perkataan Yerim tak sampai ketika ia menolehkan kepalanya karena yang ada di belakangnya ialah orang yang ia temui tadi pagi membuat Yerim mengingat "hukuman" itu.

"Mau kemana lo?" tanya Sean yang masih memegang tas Yerim membuat gadis tak leluasa menghadap kebelakang.

Sial

"Ck lepasin!" Yerim memberontak sehingga pegangan Sean pada tasnya terlepas.

Seluruh siswa yang berada di koridor tercengang melihat keributan kecil itu.

"Gak lupa kan sama hukuman itu?"

Yerim diam.

"Atau..."

"Atau?"

"Udah ikut gue," perintah Sean menarik paksa Yerim.

"Ck gue bisa jalan sendiri."

Sepanjang koridor mereka menjadi pusat perhatian apalagi dengan keberadaan Yerim yang berjalan di belakang Sean membuat semua orang bertanya-tanya ada urusan apa Yerim dengan Sean yang terkenal berandal itu.

Sesampainya mereka di wilayah kelas 12 Yerim langsung di sodori pel, sapu dan alat pembersih lainnya.

"Nih beresin semuanya tanpa terkecuali,"

"Gila," gumam Yerim meletakkan tasnya di meja yang berada di dekatnya. Yerim menggulung lengan seragamnya agar ia lebih leluasa.

Sejujurnya Yerim akrab dengan alat pembersih ini, hanya saja jika di suruh membersihkan wilayah kelas 12 yang mungkin lima kali lipat dari rumahnya Yerim tak sanggup. Tapi, ia tak punya pilihan lain daripada nanti diaduin ke pak Adi dan orang tuanya di panggil kan gak lucu.

Yerim mulai menyapu memulai dari kelas yang paling ujung yaitu kelas Sean, untungnya kelas itu kursinya sudah di naiki ke atas meja sehingga bahu Yerim akan aman, gak kebayang ya ia harus menaiki kursi sebanyak ini ke atas meja.

Sean menurunkan kursi dari meja yang paling depan lalu ia menduduki kursi itu dengan salah satu kakinya ia naikkan ke atas kaki yang satunya.

"Yang bersih."

"Iya!"

Setelah menyapu Yerim mengambil air ke kamar mandi untuk mengepel ia menyeka keringat di dahinya, Yerim melirik jam ternyata sudah jam 3 siang seharusnya Yerim sudah berada di rumah sekarang dan tidur siang. Yerim menghela napas ia mengangkat ember yang berisi air itu ke kelas 12 dimana Sean berada.

Dengan tergopoh-gopoh Yerim mengangkat ember yang berisi air itu, air nya yang kebanyakan membuat tak sengaja Yerim menjatuhkan sedikit air membuat lantai becek.

Awalnya Sean tak ingin membantu tapi, melihat Yerim yang begitu kesusahan dengan ember besar yang ada ditangannya itu membuat ia berdiri mengambil ember itu.

"Sini,"

"Hah?"

Sean langsung mengambil ember yang ada ditangan Yerim dan membawanya ke kelas yang akan di pel.

Ternyata dia baik juga

Batin Yerim yang berjalan di belakang Sean.

Jam sudah menunjukkan pukul 17. 30 sudah petang namun, Yerim baru membersihkan tiga kelas masih sisa dua kelas lagi.

"Udah cukup," ujar Sean menghampiri Yerim yg tampaknya kelelahan.

Yerim bernapas lega akhirnya ia bisa pulang.

Yerim berbaring di lantai membuat Sean terkejut.

"Haaah." Yerim berbaring dengan kedua tangan dan kakinya yang ia rentangkan membentuk pola bintang.

"Heh jangan tidur!" ujar Sean menyenggol kaki Yerim.

"Bentar," lirih Yerim yang memejamkan matanya sebentar, semua tubuhnya terasa remuk.

Sekitar lima menit Yerim bangun dan mengambil tas nya, ia berjalan dengan santai menuju lantai bawah meninggalkan Sean yang ada di belakang. Namun, ketika berada di ujung tangga ia berbalik arah menuju Sean.

Sean mengerutkan alisnya ketika melihat gadis ini berbalik.

"Hng... barengan aja," ujar Yerim berjalan mepet ke Sean.

"Kenapa sih?" ujar Sean risih melepaskan pegangan Yerim yang memegang ujung kaosnya.

"Lo jangan dempet-dempet,"

"Gak bisa,"

"Lah kenapa?"

"Gelap," tunjuk Yerim pada anak tangga ketika mereka berada di ujung tangga, Yerim tak bisa memasuki lift karena ia bukan siswa kelas 12 dan Sean bisa saja sih naik lift tapi, karena Yerim yang jalannya dempet gini membuat ia susah melarikan diri.

Suasana masih remang-remang suasana yang gelap membuat Yerim semakin ketakutan, seketika hantu-hantu yang ia nonton langsung menghampiri di otaknya.

Sean melihat raut ketakutan itu, ia memiliki ide jahil.

"Lo tau gak sebuah fakta di sekolah ini?"

"Apa?"

"Dulunya di sini ada siswi yang bunuh diri,"

"Gak gak stop!" Pekik Yerim menutup telinganya tak ingin melanjutkan mendengarkan.

"Apalagi di ujung koridor sana," tunjuk Sean kepada ujung koridor yang lebih gelap membuat Yerim mencengkeram erat lengan Sean.

Melihat ekspresi itu tawa Sean pecah, cewek ini sungguh lucu pikirnya, padahal cerita itu cuman akal-akalan nya saja.

***

A/N : yah kebut semalam gaes! Wkwkkw

Sean Mulai jahil hahaha

Gimana sama part ini?

Stay tune di RAHASIA ya!

See you next week:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro