Bab 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yerim masih berjalan mepet-mepet ke arah Sean membuat lelaki itu susah berjalan menuruni tangga. Mereka baru sampai di lantai dua tinggal satu lantai lagi untuk tiba di parkiran.

Sean tiba-tiba berhenti membuat Yerim hampir menabrak punggung lelaki itu.

"Lo di depan dah," Risi Sean yang sedari tadi ujung seragamnya ditarik.

Yerim diam sebentar ia melirik ke arah belakang yang membuat potongan-potongan film horor yang ia tonton muncul di kepalanya seketika.

Kalau gue jalan di belakang nanti gue ditarik hantu lagi tapi, kalau gue jalan di depan nanti tiba-tiba hantu itu datang dan menerkam gue, hihhh. Batin Yerim bergidik ngeri.

"Heh! Malah melamun,"

Yerim tersentak mengerjap-ngerjapkan matanya.

Sean menghela napas kasar ia melepaskan pegangan Yerim dari ujung kaosnya dan menarik tangan Yerim untuk berjalan di depan.

"Gue ada di belakang lo," ujar Sean memegang kedua bahu Yerim dari belakang seperti anak kecil yang bermain kereta api.

Dengan langkah pelan Yerim mulai menuruni anak tangga satu persatu dan Sean menyamakan langkah Yerim yang lebih lambat, entah kenapa ia menikmati suasana ini.

****

Mereka telah sampai di lantai bawah, Yerim berhenti sejenak memandang matahari yang mulai terbenam ia menikmati swastamita yang indah.

"Ternyata indah juga ya ngeliat matahari terbenam di sekolah," gumam Yerim pada dirinya sendiri.

"Hoy!" panggil Sean yang lagi-lagi mengejutkan Yerim.

"Ck apaan sih!"

"Mau balik gak?"

"Iya, yakali gue nginap disini." Yerim berjalan menuju parkiran, namun baru tiga langkah ia teringat bahwa ia tadi tidak membawa motor dikarenakan ia tadi berangkat bersama Aarav. Ah mengingat pemuda satu itu Yerim langsung merogoh kantong tas nya karena ponselnya ia letakkan di dalam kantong tas bagian depan sebelum melakukan 'hukuman' itu tadi.

Yerim mendesah ketika melihat ponselnya telah mati. Sedangkan, Sean berdecak kesal melihat Yerim yang tak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Cepetan," Sean menyeret Yerim menuju gerbang sekolah, karena mereka tak membawa kendaraan saat berangkat sekolah pagi tadi, Sean membawa kendaraan sih tapi, masih dibawa oleh Bambang entah kemana ia sudah mengabari anak itu untuk menjemputnya.

"Lepasin, gue bisa jalan sendiri!" Yerim menyentakkan tangannya sehingga terlepas dari cengkeraman Sean, ada bekas merah yang terlihat di kulit putihnya itu.

Mereka menunggu di halte yang berada di dekat sekolah, halte yang sepi membuat mereka tak tau melakukan apa, sekali lagi Yerim melihat swastamita itu sinar jingga menyinari jalan yang berlalu lalang membuat Yerim menjadi tenang. Gadis ini menyukai senja dan juga sangat menyukai hujan.

Awalnya Yerim berniat meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Salsa atau pun Lusi untuk menjemputnya tapi, niat itu ia urungkan karena dari kejauhan ia melihat mobil sport berwarna silver mendekat ke halte.

Yerim memicingkan matanya ketika mobil itu berhenti di hadapan Sean yang tengah berdiri di pinggir halte.

"Sory bos," ujar Bambang dengan kaos hitam dan celana denim yang sobek-sobek serta rambut yang sama ketika ia disekolah yaitu acak-acakan.

Yerim memicingkan matanya lagi melihat Bambang yang berada agak jauh darinya yang duduk di halte, sepertinya wajah itu terasa familiar.

"Mana kunci," pinta Sean kepada Bambang yang melirik ke arah Yerim.

"Eh ada Rinai," ujar Bambang memandang Yerim yang sudah berdiri.

"Rinai?" Yerim mengerutkan dahinya bingung.

"Itu loh yang rintik-rintik kecil saat hujan turun masa gak tau," ujar Bambang.

"Iya tau, terus hubungannya apa ya kak?" tanya Yerim bingung.

"Lo Rinai kan? Yang suka main hujan kalau hujan lagi turun."

Sean menggeplak kepala Bambang membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Apa sih bos?"

"Masuk," perintah Sean kepada Yerim. Tak menghiraukan protesan Bambang kepadanya.

"Hah?"

"Lo mau balik gak?"

"Eh iya." Yerim pun memasuki mobil sport itu, ia duduk di jok belakang sedangkan Sean di jok depan dengan Bambang yang mengemudi.

Bambang mulai menjalankan mobil dan suasana di dalam mobil menjadi hening, membuat Yerim dilanda rasa kantuk.
Yerim menyandarkan badannya di jok belakang sehingga ia bisa untuk tidur dan ia menyadarkan kepalanya di jendela mobil yang tertutup, Yerim tidak memikirkan efek dari tidurnya yang seperti itu, kantuk ini tak bisa ditahan lagi.

"Lah tidur," ujar Bambang melirik pada kaca mobil yang ada di depan, membuat Sean melihat kaca itu juga dan membolehkan kepalanya kebelakang.

Lihatlah, wajah itu wajah yang begitu polos dan imut tertidur pulas meski dengan posisi yang kurang mengenakkan.

Sean mendesah pelan ia menyuruh Bambang untuk menghentikan mobilnya, dengan kebingungan Bambang tetap menuruti perintah dari Bos nya ini.

Sean membuka pintu mobil jok depan dan pindah ke jok belakang, dengan perlahan dan hati-hati ia menggeser kepala Yerim untuk bersandar dari pundaknya agar ia tidur dengan nyaman.

Yerim menyipitkan matanya sekilas kemudian lanjut tidur lagi, ia menggesek- gesekkan hidungnya ke bahu Sean sebentar lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Sean dengan nyaman. Napasnya yang teratur menerpa leher Sean.

Lagi-lagi Sean bingung kenapa ia melakukan hal yang seperti ini untuk pertama kalinya, sesuatu yang amat ia benci dari dulu hingga kini. Tapi, ia tetap melakukannya. Kira- kira kenapa ya?

****

Sudah hampir 1 Jam mereka berkeliling di jalan itu-itu saja, hari sudah gelap dan Yerim masih pulas dengan tidurnya.

Sejujurnya Bambang dibuat bingung dengan sikap Sean, baru pertama kalinya ia melihat Sean sepeduli itu dengan yang namanya perempuan selain Bintang, adiknya.

"Gimana bos?" tanya Bambang lagi, mereka sudah 10 kali kembali lagi kejalan ini.

Sean menggelengkan kepalanya tanda Yerim belum juga bangun.
Bambang mendesah kemudian menjalankan mobilnya ke jalan yang sama lagi.

Beberapa menit kemudian, Yerim terbangun ia mengerjap-ngerjapkan matanya, lampu jalan yang menyinari jalan membuat silau.

"Hn..."

Merasakan pergerakan Yerim membuat Sean memandang gadis itu, sesaat mata mereka bertemu.

Secara refleks Yerim menjauhkan tubuhnya dari Sean.

"Alhamdulillah!" Seru Bambang senang melihat Yerim yang sudah bangun dari tidurnya.

"Gue dimana?" tanya Yerim memandang ke arah jendela melihat hari sudah gelap.

Yerim tersentak, ia tak mengabari Mamanya sama sekali bahwa ia akan pulang telat dan sekarang sudah malam, mampus la dia.

"Sekarang jam berapa?" tanya Yerim kepada Sean.

"Jam 7 malam," jawab Sean santai.

"Mati gue," gumam Yerim. Ia merogoh saku seragamnya dimana ponselnya yang masih membisu disana.

"Ini kita mau kemana?" tanya Yerim dengan wajah panik.

"Mau nganterin lu balik tapi, lo tidurnya kayak kebo gak bangun-bangun ya gini muter-muter aja dari tadi," sahut Bambang yang fokus mengemudi.

Secara cepat Yerim menyebutkan alamatnya dan Bambang langsung meluncur ke arah rumah Yerim. Sedangkan, Sean masih memandang wajah Yerim secara seksama di sampingnya.

****

A/N : woho!!

Gimana guys sama part ini

Kali ini banyak scene Yerim sama Seannya wkwkwk

Benih-benih cinta mulai timbul gaes wkwk

Masih penasaran gak sama kelanjutannya?

Stay tune di RAHASIA ya!

Vote and komentarnya teman-teman:)

See you next week:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro