identifikation Suspect

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Korban pertama merupakan anak sulung dari sebuah keluarga penggiat sosial dan pemilik toko emas terbesar di ASEAN. Lahir di Denpasar dan pernah diculik saat berumur empat tahun. Terbebas sehari kemudian, karena pertolongan seorang pejalan kaki yang namanya tidak diketahui. Penculik merupakan seorang wanita muda bernama Patty. Penyebabnya adalah pelaku menginginkan seorang adik.

Korban kedua merupakan anak kedua yang lahir di Portugis dan merupakan keturunan Eropa asli. Diculik saat berumur lima tahun, terbebas seminggu kemudian oleh gonggongan anjing kepolisian. Letak penyekapan tidak jauh dari lingkungan rumahnya. Wanita yang menculiknya bernama Tanya dan tidak diketahui apa motif penculikkan tersebut. Saat sidang berlangsung, tersangka dinyatakan bebas akibat gangguan jiwa yang diidapnya.

Korban ketiga, anak ketiga dari keluarga pemilik restoran Jepang yang berpusat di Jakarta. Lahir di New Orlando dan menyatakan diri berkebangsaan Indonesia beberapa bulan yang lalu tepat saat usianya menginjak tujuh belas tahun. Pernah diculik saat berkunjung ke Indonesia pada usia enam tahun. Terbebas oleh alat pelacak yang dipasang orangtuanya di jam tangannya. Tersangka mengaku bernama Katya berkewarganegaraan Brazil.

Korban terakhir dan merupakan anak bungsu, juga korban selamat dari peristiwa kamar mandi berdarah itu merupakan adik dari seorang anak laki-laki terkenal di kalangan para pengusahawan muda. Merupakan keturunan Kazakhstan Pernah diculik saat berumur tujuh tahun ketika sang kakak membawanya bermain di sekitar rumah. Lena adalah nama pelaku yang terdaftar sebagai PO atas kejahatan sebelumnya, pembunuhan.

"Keempat korban merupakan anak atau adik seorang pengusaha, sama-sama pernah diculik saat masih kecil dan lahir di tahun yang sama dan kalo diurut lagi, usia mereka diculik itu berurutan." Simpul Gabriel.

"Gua udah searching nama-nama korban di internet dan semuanya dimuat dalam sebuah koran yang sama, RW's Magazine. Gua juga udah nyari wajah para pelaku dan lo tau apa yang gua temuin?" Obiet menghentikan pembicaraannya untuk menarik perhatian teman-temannya. "Wajah pelaku itu mirip-mirip."

"Lo simpan foto-foto dan video para pelaku saat di persidangan, itu pun kalo ada. Kita bakal nganalisis kemiripan tersebut. Kalo kemiripan mereka mendekati angka seratus atau sembilan puluh persen, kemungkinan mereka adalah orang yang sama." Pinta Ray. Tangannya sibuk menggeser kursor laptop miliknya sendiri untuk mencari tahu hubungan penyiksaan Nyopon dengan peristiwa yang dialami keempat adik kelasnya. Hasilnya nihil, Nyopon sama sekali tidak memiliki hubungan apa-apa. Dia tidak pernah diculik, bukan berasal dari keluarga pengusaha dan dia merupakan warga asli Indonesia, tidak seperti keempat korban lainnya yang memiliki darah keturunan benua Eropa atau Asia.

"Gua rasa Nyopon cuma pembuka atas semua kejadian mengerikan itu." Rio memberikan pendapat yang masuk akal.

Ayi dan Deva memulai kerja sama mereka dibidang penganalisisan video, satu demi satu video yang ditemukan Obiet mereka telaah dan teliti, sesekali mereka memberhentikan video tersebut dan mengganti ukuran resolusinya menjadi lebih besar agar bisa memperjelas lingkungan sekitarnya dan melingkari beberapa objek yang menurut mereka sama atau memiliki hubungan tertentu.

Memotong bagian-bagian video yang mereka anggap penting dan memasukannya pada file yang sama, membubuhi keterangan penting di dalam video itu dan menghaluskan gambar video yang pecah akibat terlalu besarnya ukuran resolusi yang digunakan.

Obiet dan Gabriel yang memiliki tingkat ketajaman pendengaran mencoba mendengarkan dengan khidmat kesamaan suara dan gaya bahasa yang digunakan para pelaku tersebut dalam membacakan pembelaan tuntutan. Mata mereka terpejamkan guna memfokuskan indera pendengaran mereka.

"Aksen yang digunakan pelaku gak jauh beda, aksen British atau Amerika. Artinya keempat pelaku itu keturunan atau emang orang Amerika." Ayi memberikan suaranya, padahal matanya sangat terpaku pada video yang sedang diamatinya.

"Kok lo bisa tau, Ay? Kita aja mungkin butuh beberapa kali dengerin video ini." Ayi tidak merespon pertanyaan Gabriel.

Ray memilih menganalisis kesamaan foto satu dengan yang lainnya, melingkari hal-hal yang sama dan memberikan warna berbeda pada setiap foto yang dia temukan. Keganjilan yang mulai dia temukan membuat keningnya berkerut, sesekali gelengan kepala atas keraguan atau ketidakpercayaan muncul sebagai respon temuannya. "Gua rasa pelaku benar-benar satu orang dengan banyak nama dan gua rasa dia ulung dalam mengubah penampilan." Deva, Obiet, Ayi dan Gabriel membenarkan hal itu.

"Ada kesamaan yang mencolok dalam video ini, keempatnya sama-sama menggunakan cara jalan yang sama sebagai seorang terpidana. Anggun dan tenang, mirip psikopat yang berasal dari Swedia. Postur jalannya menggambarkan dia adalah seorang model atau profesi yang berhubungan dengan keanggunan lainnya, cara mereka menatap juga gak jauh berbeda." Fakta demi fakta terkuak dengan mudah oleh Ayi, memberikan kesan mengagumkan pada kelima laki-laki yang baru mengenalnya. Senyuman pun terukir diantara mereka.

Rio yang dari tadi diam mencari informasi tentang majalah tersebut, pada akhirnya membuka mulut atas sesuatu fakta yang mencengangkan. "Pemilik perusahaan itu berkebangsaan Amerika, dia tinggal di Indonesia atas permintaan anaknya yang trauma akibat—" Rio menatap mata teman-temannya. "Penculikan."

"Suatu kebetulan yang tidak terduga." Komentar Deva.

"Sayangnya, disini gak tercantum foto anak pemilik perusahaan itu." Lanjutnya.

"Oke, gua sama Ayi udah nemuin semua keganjilan. Kalian gimana? Udah waktunya pengungkapan."

Ray menyerahkan hasilnya ke e-mail adiknya, begitupun Obiet dan Gabriel, juga Rio. Semuanya Ayi rangkum dalam beberapa bagian slide dan menampilkannya ke sebuah kain putih sebagai monitornya. Sebelum menjelaskan, gadis itu terlebih dahulu membaca hasil temuan para seniornya dalam waktu relatif singkat.

"Hasil kerja gua sama Deva menunjukkan kalau tempat-tempat yang dipilih sang pelaku untuk menculik atau menyekap korban itu selalu berhubungan dengan taman, satu bunga yang menjadi dominan dari taman itu adalah bunga kertas berbagai warna yang gua rasa dicangkok dan warna paling dominan juga ungu dan merah-muda." Ayi menunjukkan bagian-bagian tersebut menggunakan leser merah, sementara dia berdiri di belakang para seniornya, matanya bergerak dari satu tubuh ke tubuh lainnya, persis seperti seorang guru sedang memberikan materi.

"Perhatikan suara ini." Ayi menyalakan suara dari video tersebut, artinya dia sedang membacakan hasil temuan Obiet dan Gabriel. Kira-kira dua atau tiga kali Ayi mengulang video tersebut agar lebih jelas saat dia menerangkan temuan kedua teman kakaknya. "Sepintar apapun dia menyembunyikan gaya bicaranya, yang muncul tetap aja logat orang British atau Amerika, tapi yang menonjol adalah British. Jadi, kemungkinan dia berasal dari Britania Raya."

Ayi diam sejenak membuat para pendengarnya menoleh ke belakang. "Temuan lo masih lemah, kak. Gak cuma pakaiannya aja yang menunjukkan sisi ke feminimannya, tapi saat tangannya di borgol, keempatnya menunjukkan ekspresi yang sama. Tenang dan terus senyum, gak menyiratkan rasa menyesal atau bersalah dan dalam setiap foto, para pelaku selalu mencium kening korban sebelum dimasukkan ke mobil patroli. Sikap keibuan yang kental."

Matanya kemudian melirik ke Cakka. "Lo ngapain aja, kak?" Yang disebut hanya cengengesan. "Gua sih santai aja, abis kakak lo gak mau kerjasama sama gua dan gua gak tau kalo Rio nyari informasi tentang perusahaan itu."

"Jadi lo gak nemuin apa-apa?"

"Enggak, selain benda yang selalu ada di dekat kakinya." Ayi segera mengganti setiap slide dan memperhatikan bagian kaki yang menjadi pusat perhatian Cakka. Benar saja, selalu ada potongan kertas yang apabila di perbesar menampilkan gambar dua orang bocah laki-laki, Steven Stayner dan Timmy White, korban penculikkan Kenneth Pernell yang sudah pernah mereka bahas. "Kok gua nemuin kecocokan gak terduga antara pelaku sama Renard, ya?" Batin Ayi.

"Informasi ini masih belum cukup, soalnya kita masih belum nemuin motif penculikan dan pembunuhan, dan soal Nyopon—" Ucapan Ray terpotong oleh Ayi. "Dia cuma korban pembukaan yang mengisyaratkan bencana lain akan segera mendatangi sekolah kita. Yang harus kita cari sekarang adalah korban selanjutnya biar gak ada pertumpahan darah lagi."

"Kalo diliat dari korban sebelumnya, kita harus nyari anak atau adik seorang pengusaha dan pernah menjadi korban penculikkan." Tutur Gabriel. "Dan itu akan jadi pekerjaan yang sulit buat kita."

"Gak akan sulit karena gua udah nemuin kesamaan antara korban dengan Stayner. Mereka sama-sama punya wajah yang kalem-kalem cool dan suka balapan." Ungkap Ray.

"Kka, lo 'kan suka balapan, otomatis lo tau dong anak-anak di sekolah kita yang hobi balapan?" Tanya Deva.

"Yang gua tau cuma ada empat dan keempat-empatnya udah jadi korban."

"Berarti kita menuju sifatnya Timmy dan sialnya, riwayat Timmy gak terlalu banyak dimuat diinternet." Rio mendengus putus asa.

"Buntu sial." Gerutu Gabriel.

Semua terdiam merenungkan sesuatu, berkali-kali mereka membaca ulang hasil pemikiran yang dikemukakan, tapi masih belum mendapatkan perubahan hasil, masih sama dan terus sama sampai mereka frustasi memikirkannya. Berbeda dengan Ayi dan Ray, kening keduanya berkerut memandangi layar yang berganti-ganti itu, mereka seperti melihat potongan kisah lain saat layar itu tak henti-hentinya bergerak akibat perintah otomatis yang digunakan Ayi.

Mereka melemparkan pandangan saling mengerti atas puzzle peristiwa itu, kemudian berlari menuju laptop, mematikan layar proyektornya sesaat dan mulai mengutak-atik gambar-gambar dan video yang menjadikan mereka penasaran. Mengedit, memotong dan menggabungkan. Butuh waktu cukup lama untuk mengetahui hal tersembunyi di balik potongan-potongan kisah berbeda itu.

"Get it." Seru keduanya menarik perhatian teman-temannya.

"Look. Gambar dan video ini kalo disatuin jadi sebuah puzzle yang bisa nuntun kita ke jati diri pelaku." Sebuah gambar Hello Kitty dengan bagian perut yang terbuka dan beberapa jahitan di sekitar wajah tersembunyi diantara banyaknya motif bunga yang berada di pakaian pelaku.

"Hello Kitty belakangan ini disangkut-pautkan sama pembunuhan dan emang Hello Kitty punya sejarah kelam tentang itu dulunya." Jelas Deva.

"Di tubuh korban juga ada tanda itu di bagian-bagian tertentu." Ayi memperbesar bagian tubuh korban yang terdapat cap tersebut.

"Tapi kok gua gak nemuin itu ya saat mereka ditemuin gak bernyawa di kamar mandi?" Cakka mencoba mengingat-ingat setiap klise di pikirannya mengenai peristiwa di tengah jam pelajaran itu.

"Keisha." Seru Ayi menyebutkan nama korban selamat atas peristiwa di kamar mandi itu. "Gua liat tanda itu samar-samar di leher belakang Keisha, tapi gambar itu udah gak terlalu jelas kalo diliat dari jauh dan kalo diliat sekilas."

"Disini tertulis kalo pelaku masih hidup dan udah menikah, dia netap di Indonesia." Obiet menyimpulkan sebuah wacana yang dia dapatkan di internet.

"Tunggu deh, kayaknya gua udah nemuin motif pembunuhan berantai yang terjadi di sekolah kita. Mereka mantan korban penculikan, dilakukan oleh empat orang wanita yang mirip, keempat korban bukan warga Indonesia asli dan mereka juga lolos dalam waktu relatif singkat." Mata Ray bergerak seperti sedang menarikan tarian Kecak. "Gua rasa ini serangan pembunuhan yang sempat tertunda bertahun-tahun yang lalu. Pertanyaannya, dia ngelakuin itu sendirian atau punya kaki-tangan? Dan kalo punya kaki-tangan, anak sekolahan kita atau bukan?" Pertanyaan yang menambah daftar panjang permasalahan mereka.

"Gua udah nyari daftar nama model terkenal di Britania yang punya riwayat pernah diculik, hanya ada tiga orang dan kalo dikurangi dengan tindak pelecehan atau penyiksaan, jadi satu orang dan satu orang ini juga, orangtuanya punya bisnis di bidang percetakkan. Dan ini fotonya." Ayi memutar laptopnya dan menunjukkan foto seorang anak usia belasan tahun berwajah sedih. "Disini juga disebutkan si model menyukai boneka Hello Kitty dan saat ditemukan dia sedang menyembunyikan wajahnya ke dalam boneka tersebut yang perutnya udah di belah dan kapasnya dikeluarin sebagian."

"Wajahnya mirip sama keempat pelaku."

"Berarti benar, penculik itu ada disini dan mengincar nyawa korban lamanya. Tapi, dia tinggal dimana?" Tanya Rio yang dijawab singkat oleh Ayi. "Depok."

"Apa mungkin kaki-tangan si pelaku ada di sekolah kita dan apa benar dia monsternya? Karena kalo dipikir-pikir, kasusnya cukup mudah untuk diselesaiin." Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Obiet, semua masih berupa bayangan.

*****

Vote and Comment, please

Kritik dan Saran membangun diperlukan

Terimakasih ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro