"Aku... Ner... aku tidak tahu. Kenapa rasanya sakit sekali?" Tanpa bisa dicegah, air mata turun dari kristal biru itu. Ia mencengkaram kuat baju Neron, mencari kekuatan.

Neron mengerti, ia tidak lagi bertanya dan membiarkan Alvern bersandar paa dirinya. Walaupun Neron itu sangat usil dan cerewer. Jika didepan Alvern, apalagi dengan kondisi seperti ini. Neron akan jadi berbeda.

Alvern itu rapuh dan hanya dirinya yang diizinkan oleh Alvern untuk melihat semua kerapuhannya itu.

"Tenanglah" dengan hati-hati mengusap pungguh yang masih bergetar didalam pelukannya, Neron hanya bisa mendesah letih. Ia bisa menebak jika hal ini pasti berkaitan dengan lelaki yang dia rasa tidak asing pada pertemuan pertama mereka, lelaki tampan yang menarik perhatian sahabat kecilnya.

.

Setelah ia rasa sudah bisa mengendalikan emosinya, Alvern melepas cengkaram di baju Neron. Ia sudah tidak asing dengan pelukan hangat ini, walau tidak sehangat pelukan lelaki itu

"Apa sudah lebih baik?" Neron memastikan keadaan Alvern sebelum mereka kembali ke dalam pesta kecil mereka.

"Aku sudah lebih baik,terima kasih Ner." Menghela nafas sekali lagi, ia mengecup saya pipi Neron, kebiasaan kecil mereka jika sudah dalam keadaan ini. Tidak akan ada yang bisa mengintrupsi.

"Kau tidak bisa berbohong padaku, kau tahu itu dan jangan coba-coba lari. Aku menunggu penjelasan darimu, kau tahu itu kan?" Neron dengan santai menarik tangan Alvern, menuntunnya kembali bergabung dengan yang lain.

"Aku tahu, nanti temui aku seperti biasa. Kali ini tidak akan kusembunyikan."

"Aku mengerti, sebaiknya kau cuci dulu mukamu. Isss kau jelek sekali. Padahal aku sudah capek mendandanimu tadi." Neron menggerutu pada Alvern, dan Alvern tahu Neron hanya berusaha mencairkan suasana agar ia tidak terlalu sedih.

Mereka kembali dengan diiring tatapan merajuk dari Carlotta, ia tahu jika sudah berduaan begitu. Pasti ada sesuatu yang disembuyikan dari mereka. Terkadang Carlotta sedih, ia berharap Alvern mau berbagi juga dengannya.

"Alve.."

--

7127 9:53 AM