Bab 21: Happy-happy-Sedih!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Berisik. Kita mesti sering-sering ngobrol. Jangan ada kesalahpahaman diantara kita. Jangan main pergi kalau ada yang kamu nggak sukai. Intinya jangan pergi. Aku butuh kamu. Kita pasti bisa menyelesaikan semua masalah bersama. Kalau ada yang mau kamu bahas, bilang aja. Jangan main ngilang. Aku panik kalau nggak ketemu kamu. Tolong aku ya? "

Yefta tersenyum, dia merasa dicintai dan dibutuhkan. Ternyata cintanya memang tidak bertepuk sebelah tangan kali ini. Bersama pujaan hati, Frey.

Senyum di wajah gadis itu awet hingga dia hendak beranjak tidur. Bahagia bercampur terharu, pujaan hati yang diharapkannya berakhir menjadi calon pasangannya. Bagaikan mimpi yang terkabul! Ya! Ini mimpi yang selama ini dirancangnya sebelum tidur, merancang supaya bermimpi hidup bersama Frey, gebetan impiannya. Selama berapa lama dia mengharapkan cinta dari cowok yang terlalu baik ke semua orang, hingga dia sudah di ujung keputusasaan karena ada cewek dari masa lalu Frey yang kembali menghubunginya. Menyebalkan!

Entahlah. Yefta sendiri tidak yakin dengan masa depan hubungannya dengan Frey. Dia bukan dukun yang bisa meramal perasaan orang lain, dia juga tidak bisa membaca isi pikiran orang lain, dia tidak tahu apakah perasaan Frey padanya itu tulus atau hanya kasihan saja. Menyedihkan jika dugaannya benar, menyakitkan jika pada akhirnya merka akan berakhir dengan perpisahan, pedih jika semua yang terasa indah di masa sekarang hanya akan memberikan kenangan menyakitkan karena adanya orang ketiga. Hubungan itu hanya dua orang saja, jika ketambahan orang ketiga maka akan terasa sesak. Dia tidak pernah mau dimadu, tidak mau memberikan ruang bagi orang lain mengganggu hubungan mereka, dia tidak mau berbagi dengan siapapun kecuali untuk urusan keluarga. Dia bisa memahami jika dia akan dikesampingkan jika keluarganya membutuhkan Frey. Dia tidak akan marah jika dia harus tinggal di rumah sendirian karena Frey harus menjaga keluarganya, dia tidak akan marah. Meskipun dia tidak tahu apakah dia benar-benar setulus itu untuk memahami orang lain, tetapi tidak masalah asal itu untuk keluarga. Dia tidak akan mentolerir jika dia dikesampingkan karena orang luar, menyakitkan. Dia tidak cukup kuat untuk merelakan waktu yang seharusnya dihabiskan dengannya malah dihabiskan dengan  orang luar.dengannya, malah dia habiskan dengan orang luar.

Yefta berharap dengan masa depannya, berdoa semoga hubungan mereka akan bertahan selamanya hingga maut memisahkan mereka, bukan perpisahan karena ikut campur wanita lain. Yah, di tengah maraknya berita perselingkuhan dan perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga, dia hanya berharap dia tidak turut serta menjadi salah satu korban dari kasus tersebut. Baginya pernikahan itu sekali seumur hidup, berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup bersama pasangan dalam suka dan duka, dalam sehat maupun sakit. Tentu tidak mudah untuk menghidupi janji itu, dia sudah terbiasa hidup serba berkecukupan dengan keluarganya. Mamanya begitu memanjakan dia, melimpahkan kasih sayang sehingga dia tidak merasa kesepian, menjadi anak yang ceria dan bahagia. Dia juga jarang dibentak, hidupnya luar biasa diberkati. Tuhan begitu baik pada hamba-hamba-Nya. Namun, dia masih saja menjadi hamba yang suka melakukan dosa. Manusia dan kehidupanya, dikash kebutuhan untuk hidup, malah menuntut dengan keinginan. Meraung karena tidak dikabulkan permintaan, menyalahkan Tuhan karna seakan-akan membiarkan dia dalam kesengsaraan, padahal kesengsaraan itu buah dari keputusan yang dipilihnya sendiri. Keras kepala membawanya kepada keputusan yang dianggap membawanya pada kebahagiaan, ternyata kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, lalu berganti dengan resiko berat yang harus dipikulnya sendiri. Hidup dan pilihan yang harus dipertanggung jawabkan.

Larut dalam pemikiran berat yang membawanya pada beban pikiran, menambah beban di pundak dimana seharusnya dia tidak memikirkan hal itu. Daripada beransumsi yang tidak-tidak, lebih baik menjalani hari ini dengan baik. Masa depan tidak bisa diubah, manusia tidak punya kuasa akan kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa depan, tetapi apa yang dilakukan di masa kini akan sangat berdampak dengan kehidupan di masa depan. Merawat hidup dan menjaga kesehatan akan berdampak pada kehidupan di masa tua.

 Daripada hidup dalam penyesalan kehidupan masa lalu, lebih baik memikirkan untuk menjalani masa sekarang dengan sukacita. Yefta sadar, hidup dan permasalahannya tidak akan beres saat itu juga dengan berdoa, tetapi dia akan dimampukan untuk menjalani hari-hari kedepan, dia akan dikuatkan dan diberi kerendahan hati serta kesabaran untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Bukan lagi melihat masalah, tetapi belajar menghadapi masalah dengan sukacita. 

Sama halnya dengan kekhawatirannya akan hubungannya dengan Frey, dia takut Frey akan kembali kepada Bella Alvans. Dia hanya takut disakiti lagi, dia tidak ingin kembali larut dalam kekecewaan. Namun, dia tidak punya kuasa akan masa depan, dia juga tidak punya kuasa akan hati manusia, tetapi dia punya Tuhan yang tidak terbatas. Dalam kelemahannya, kuasa-Nya menjadi sempurna. Hal inilah yang selalu Yefta berusaha untuk percaya dan hidupi, dia mampu dan dia bisa sebab dia tidak pernah sendirian. Selalu ada jalan jika dia percaya.

Malam yang dingin membuat Yefta menarik selimutnya, beban di pundak yang bertambah membuatnya semakin larut dalam kantuk. Hingga perlahan-lahan, matanya tertutup, dia larut dalam tidurnya. Beberapa saat setelah dia terlelap, ada notifikasi masuk ke ponselnya.

Frey nyebelin

Sleep tight, cantik. Malam-malam gini kamu suka overthinking. Kurang-kurangin, ya. Kalau kamu kurang tidur karena banyak pikiran, kamu bisa sakit. Aku nggak mau kamu sakit, aku nggak suka lihat kamu sakit. Sehat-sehat, ya. Have a nice dream, cantik.

Dalam tidurnya dia tersenyum, padahal pesan itu belum dibacanya. Mungkin dalam mimpinya, Frey juga ikut serta di sana, menjadikan mimpinya menjadi indah, menyingkirkan kelabu penuh kekhawatiran akan kehadiran gadis lain. Yah,s etidaknya dia akan menikmati setiap kesempatan yang ada. Dia akan menghargai orang-orang yang menyayanginya dan meluangkan waktu untuk dia,  Semoga saja Frey termasuk dalam orang yang akan selalu menyayanginya, selamanya.

Beberapa hari terlewati, sejak hari itu hubungan mereka semakin baik. Jika Frey tidak berhalangan, dia akan menjemput Yefta ke kampus, kalau tidak bisa maka Yefta akan berangkat sendiri dengan ojek. Mereka saling mengabari kegiatan masing-masing jika sempat. Tidak juga mengekang untuk selalu mengabari satu sama lain karena mereka sadar kalau urusan pekerjaan harus didahulukan, mereka bukan lagi anak muda yang hidupnya mendahulukan pacaran. Ada masa depan yang harus mereka tata, ada gelar yang harus mereka wujudkan dengan usaha, sebab mereka tidak bisa hidup dengan cinta semata. Mereka butuh uang untuk memfasilitasi kehidupan, membeli sandang pangan papan sembari hidup saling memahami serta mencintai satu sama lain. Hidup seperti itulah yang mereka ingin capai bersama, hidup yang tidak mengekang melainkan memberi kebebasan serta saling mempercayai satu sama lain. Semoga saja mereka bisa menjaga komitmen itu hingga nanti mereka berdiri di depan altar gereja, mengucapkan janji sehidup semati di hadapan pendeta, disaksikan keluarga dan orang-orang terkasih. Yah, tidak ada salahnya berharap, kan?

-Bersambung-

Jumlah kata: 1074 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro