Bab 22: Hei kamu!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa hari terlewati, sejak hari itu hubungan mereka semakin baik. Jika Frey tidak berhalangan, dia akan menjemput Yefta ke kampus, kalau tidak bisa maka Yefta akan berangkat sendiri dengan ojek. Mereka saling mengabari kegiatan masing-masing jika sempat. Tidak juga mengekang untuk selalu mengabari satu sama lain karena mereka sadar kalau urusan pekerjaan harus didahulukan, mereka bukan lagi anak muda yang hidupnya mendahulukan pacaran. Ada masa depan yang harus mereka tata, ada gelar yang harus mereka wujudkan dengan usaha, sebab mereka tidak bisa hidup dengan cinta semata. Mereka butuh uang untuk memfasilitasi kehidupan, membeli sandang pangan papan sembari hidup saling memahami serta mencintai satu sama lain. Hidup seperti itulah yang mereka ingin capai bersama, hidup yang tidak mengekang melainkan memberi kebebasan serta saling mempercayai satu sama lain. Semoga saja mereka bisa menjaga komitmen itu hingga nanti mereka berdiri di depan altar gereja, mengucapkan janji sehidup semati di hadapan pendeta, disaksikan keluarga dan orang-orang terkasih. Yah, tidak ada salahnya berharap, kan?

Yefta tengah duduk di kafe kesukaannya, menikmati secangkir teh tarik hangat. Dia tengah menikmati waktu-waktu sendiri, seraya menata pikirannya yang semrawut.

"Hoi, nggak baik melamun. Kan mamamu udah sering bilang gitu, masih aja bandel," tegur seseorang sambil duduk di depan Yefta.

"Apaan sih?" ujar Yefta kaget. Gadis itu mendelik ke arah Frey. Tanpa melihat ke arahnya pun dia sudah tahu siapa yang berbicara, the one and only Frey.

"Lah, malah ngambek. Daripada kamu ngelamunin yang nggak benar, mending kita belajar standar akreditasi rumah sakit. Rumah sakit itu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Nah, pelayanan rumah sakit itu harus memperhatikan mutu pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat waktu, efisien, efektif, berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi."

Yefta memutar bola mata malas. Dia tidak berminat untuk belajar sekarang. Namun, dia suka mendengar Frey banyak berbicara. Sungguh serba salah memang.

"Nah, akreditasi itu pengakuan terhadap pelayanan rumah sakit setelah dilakukan penilaian kalau rumah sakit udah memenuhi standar akreditasi ayng disetujui sama pemerintah. Nah, ada standar akreditasi rumah sakit yang dikelompokkan menjadi TKRS alias Tata Kelola Rumah Sakit, KPS alias Kualifikasi dan Pendidikan Staf, PMKP alias Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, MFK atau Manajemen Fasilitas dan Keselamatan, PPI atau Pencegahan dan pengendalian infeksi sama PPK atau Pendidikan dalam Pelayanan Kesehatan."

"Banyak juga ya."

"Iya. Kelompok pelayanan berfokus apda pasien itu terdiri atas Akses dan Kontinuitas Pelayanan (AKP). Hak Pasien dan Keluarga (HPK), Pengkajian Pasien (PP), Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP), Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB), Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO), dan Komunikasi dan Edukasi (KE)."

"Frey, coba kamu bahas satu-satu yang TKRS dan teman-temannya tadi," ujar Yefta lagi.

"Dengan senang hati." Frey senang ternyata Yefta tidak bosan dengan ocehannya tadi.

"Kamu tahu bedanya handrub dan handwash?" tanya Frey tiba-tiba.

"Hah? Bukannya tadi lagi bahas akreditasi? Kok jadi handrub handwash gitu?" protes Yefta heran.

"Udah, jawab aja. Kamu tahu nggak bedanya apaan?"

"Handwash itu cuci tangan dengan air. Kalau handrub cuci tangan dengan alkohol kali."

"Oke benar. Jawab yang pede, udah benar kok."

Yefta mencibir pelan, dia sering tidak pede ketika menjawab pertanyaan. Takut jika jawabannya salah, dia bisa malu.

"Tim PPI dibentuk untuk melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan PPI di rumah sakit serta menediakan sumber daya untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi. Kejadian HAIs dapat dicegah kalau fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan PPI. Tahu HAIs itu apaan?"

"HAIs itu kepanjangannya Healthcare Associated Infections. HAIinfeksi pada pasien di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain yang belum tampak atau tidak sedang masa inkubasi saat pasien pertama kali masuk rumah sakit lebih dari 48 jam. Jenis HAIs yang paling sering itu bloodstream infection (BSI), urinary tract infection (UTI), surgical site infection (SSI), pnemonia atau ventilator associated pnemonia (VAP), dan gastrointestinal (GI), nosocomial infection."

"Nah, bener. Kenapa HAIs bisa terjadi? Faktor resikonya apa aja?"

"Faktor resikonya bisa karena penggunaan peralatan invasif yang terlalu lama dan tidak benar, prosedur yang berisiko tinggi, keadaan imun yang menurun dan keparahan penyakit yang mendasari pada pasien, penerapan dari standar dan teknik isolasi ayng tidak benar."

"Oke. Kita bisa pakai antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri. Mekanisme kerja antimikroba ada beberapa macam, ada inhibisi sintesis dinding sel seperti Penisilin, vankomisin. Ada juga inhibisi fungsi membran sel seperti Amfoterisin, triazol. Ada yang bekerja dengan inhibisi sintesis proten seperti eritromisin, tetrasiklin, aminoglikosida. Ada juga yang cara kerjanya inhibisi sintesi asam nukleat seperti sulfonamid. Tapi, kita harus perhatikan jangan sembarangan mengonsumsi antibiotik karena bisa terjadi resistensi."

"Bener, sih. Kalau udah resisten mah mau pakai antibiotik "A" juga nggak akan mempan lagi."

"Betul. Antibiotik juga harus ditebus dengan menggunakan resep dokter, sebagai salah satu wujud mengendalikan resistensi ini. Kalau udah diresepin antibiotik sepuluh tablet, ya udah habisin aja sepuluh tablet itu dan diminum sesuai aturan pakainya. Kalau tertulis diminum tiga kali sehari berarti diminum setiap delapan jam. Misalnya diminum jam lima pagi, berarti minum jam satu siang, terus minum lagi jam sembilan malam. Dengan minum rutin dan tepat waktu hingga habis, lalu menjaga pola makan serta istirahat yang baik pasti akan sembuh. Tubuh juga butuh istirahat, jangan dipaksa. Segala sesuatu yang dipaksa itu nggak baik."

"Bener. Terus yang PKPO itu gimana?"

"Nah, rumah sakit menetapkan dan menerapkan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang meliputi perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat; pemilihan; perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan BMHP; penyimpanan; pendistribusian; peresepan/permintaan obat' penyiapan; pemberian; pemantauan terapi obat."

"Terus, obat bisa ditarik dari peredaran juga, kan? Kayak berita yang lagi hangat-hangat ini."

Frey tersenyum, dia kira Yefta tidak mengetahui kabar itu.

"Iya bisa. Obat yang ditarik dari peredaran (recall) dapat disebabkan karena mutu produk substandar atau obat berpotensi menimbulkan efek yang membahayakan pasien. Inisiatif recall dapat dilakukan oleh produsen secara sukarela atau melalui Badan POM. Rumah sakit harus memiliki sistem penarikan kembali yang meliputi identifikasi keberadaan obat yang di-recall di semua lokasi penyimpanan dan pengembalian ke distributor. Jadi, sudah ada prosedur untuk penarikan kembali. Sebenarnya mah tidak perlu polisi turut sidak ke apotek. Biarkan semua melakukan tugasnya, kerjakan sesuai tupoksi masing-masing."

Yefta tersenyum lebar. Dia selalu suka mendengar ucapan Frey. Opini yang disampaikannya kerap kali membuka wawasannya, menambah hal baru untuk dipikirkannya. Dia jarang memikirkan persoalan ini terlampau dalam. Paling sebatas sekedar tahu saja, tidak sampai mendalami dan berdebat dengan orang lain. Frey membawanya pada level yang berbeda.

-Bersambung-

Jumlah kata 1053 



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro