Lantunan 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bukan sekarang, sebab yang mengagumimu bukan hanya aku.

Karena di sana masih banyak yang ingin bersamamu.

Masih banyak yang berusaha mengejar langkah kakimu.

Dan masih banyak yang ingin berjalan berdampingan seraya tertawa bersamamu.

🍂🍂🍂

"Kamu bisa pingsan lagi kalau bola ini mengenai kepalamu."

Refleks Kinan menurunkan tangan yang menghalangi bagian depan wajahnya, ia menatap pemuda yang kini berdiri di depannya, merasa tak asing, gadis itu berusaha mengingat siapa sebenarnya pemuda itu.

Awalnya Kinan berharap seseorang yang menyelamatkannya adalah Rahman, pangeran berpeci putih dengan senyum meneduhkan hati. Namun ternyata di sana malah berdiri seseorang yang tidak ia kenali.

"Hey!"

"Eh? Iya?" tanya Kinan yang baru tersadar dari lamunan.

"Hey tayo! hey tayo!" ucap pemuda itu sedikit usil.

Kinan hanya terdiam, menatap sosok di depannya dengan wajah datar.

Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian tersenyum kikuk. "Gak lucu, ya?"

Kinan mendengus pelan. "Udah tahu nanya."

"Eh serius! Kamu bisa pingsan lagi kalau bola ini mengenai kepalamu," ucap pemuda itu yang kini memasang wajah yang cukup meyakinkan.

"Iya, ngomong-ngomong makasih udah nolongin aku."

Pemuda itu kemudian membalikkan badan, membelakangi Kinan. Gadis itu memperhatikan dengan seksama di tempat duduknya. Dilihatnya pemuda itu melemparkan bola basket yang kini dipegangnya ke arah lapangan, yang langsung ditangkap mulus oleh Kahfi.

Kahfi sekilas memandang Kinan yang terdiam, menangkupkan tangan di depan dada sebagai isyarat permintaan maaf yang kemudian dibalas anggukan kepala oleh Kinan.

Pemuda yang sejak tadi berdiri itu kemudian melangkahkan kakinya, menghampiri Kinan lalu duduk tepat di sampingnya.

Kinan menolehkan kepala, memandang pemuda itu sekilas dengan tatapan yang tak terbaca, seakan menanyakan, "kenapa?"

"Hey! kamu gak tahu siapa saya?" tanya pemuda itu.

Kinan menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Seberapa penting kamu, sampai-sampai aku harus tahu?"

"Ya ampun! Kinan Qanitah kelas XI B 2, saya ini dokter cinta kamu, masa kamu lupa?" tanya pemuda itu dengan ekspresi yang membuat Kinan sedikit geli.

"Hah?"

Kinan mengerutkan kening, mencari sebuah memori yang tersusun rapi di otaknya. Sebelum ia mengingat suatu hal yang cukup membuat ia tertawa pelan.

Kinan menepuk dahinya pelan. "Oh! Kamu Aska ya? Maaf aku lupa," ucap gadis itu dengan senyum tipis menghias pipi.

"Salah."

"Saya ini Aksa, Aksara Dhananjaya kelas XI A 2 anggota palang merah remaja. Dan jangan lupa! saya ini dokter cinta anda wahai pasien pertama."

"Kenalin, saya Aksara Dhananjaya, panggil saja Aksa. Selain anggota palang merah remaja saya juga bisa jadi dokter cinta jika memang kamu membutuhkannya."

Kinan tertawa pelan, "Oke Aksa, terima kasih tawarannya."

Seketika Kinan tertawa mengingat kejadian itu, rasanya sikap dingin yang pada awalnya Kinan tunjukkan di depan pemuda bernama Aksa itu melebur bersama tawa hangat yang jarang terlihat.

Aksa yang sejak tadi duduk di samping Kinan ikut tersenyum mendengar tawa merdu gadis itu. "Emm Kinan mulai sekarang kita berteman ya? Awas aja kalau sampai lupa saya lagi, saya ini dokter cinta kamu."

🍂🍂🍂

Adzra berdiam diri di dalam kelas, gadis itu terlihat begitu fokus membaca sebuah buku yang kini tersimpan di mejanya, seakan terhanyut dalam cerita yang tersajikan di sana. Itu adalah sebuah novel islami yang ia beli beberapa waktu yang lalu. Tepatnya dibelikan oleh sahabatnya, Rafa.

Ya, sahabat.

Gadis itu menghentikan aksinya, matanya menerawang pada seisi kelas yang kini terlihat lenggang. Adzra merasa kisah yang dialami sang tokoh utama dalam novel itu sama seperti kisahnya dengan Rafa, tapi di sini berakhir bahagia.

"Apakah kisahku juga akan berakhir bahagia?"

🍂🍂🍂

Gemericik air tampak membasahi lantai, gadis itu tengah membasuh wajahnya dengan air wudhu, ada kesejukan juga ketenangan yang bersamaan ia rasakan. Ketika mentari tengah berada tepat di atas kepala, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk melaksanakan sholat dzuhur. Dia telah mengatur semuanya dengan sangat baik.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Kinan dan Adzra telah selesai berwudhu, selanjutnya mereka berniat untuk pergi ke mesjid yang berada di seberang tempat wudhu akhwat. Lalu lalang orang membuat Kinan dan Adzra mematung di depan tempat wudhu, hingga.. Kinan menemukan sosok Rahman yang berada di tengah kerumunan, berjalan melaluinya, dan yang membuat gadis itu tidak percaya adalah, Rahman tersenyum simpul ke arahnya, membuat Kinan membeku seketika.

"Ayo Kin!" Adzra menyikut lengan gadis yang masih terdiam di tempatnya itu.

"Eh? Iya Ra."

Kinan dan Adzra kemudian melanjutkan langkah untuk menuju ke mesjid. Hanya saja percakapan dua orang kakak kelas yang berjalan di belakang mereka membuat Kinan menajamkan indera pendengaran, perbincangan keduanya begitu menarik perhatian Kinan.

"Barusan Aman lewat, dia senyum sama kamu Bi, kamu tidak lihat?"

Kinan memperlambat langkah, begitu pun Adzra yang mengetahui bahwa Kinan menyukai Rahman, kakak kelasnya yang cukup populer di sekolah. Seperti yang sudah gadis itu ketahui, Aman adalah panggilan teman-teman sekelas Rahman.

"Menurutmu apakah ada kemungkinan Aman akan kembali?" tanya gadis yang disapa 'Bi' itu.

"Tidak tahu juga sih Bi, soalnya Aman sulit ditebak, tapi menurutku ada kemungkinan, soalnya kamu 'kan mantan pertama dia. Yang pertama itu susah untuk dilupa."

"Mantan?" guman Kinan dalam hati.

"Jadi Kak Rahman pernah pacaran? Apa aku tidak salah dengar?"

Mengetahui kebenaran ini entah mengapa membuat dada Kinan tiba-tiba terasa sesak. Perasaan kecewa yang tidak Kinan ketahui apa itu seakan menyayat hatinya secara perlahan. Kinan tidak mengerti. Apakah ini yang dinamakan patah hati?

🍂🍂🍂

'Ambil hikmahnya jangan dicontoh yang buruknya'

Din🍂

Lanjut jangan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro