Mutiara Dalam Lumpur

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hari ini dimulai, kami akan melihat wajah-wajah baru.

Wajah-wajah yang akan selalu kami lihat setiap hari.

Wajah-wajah yang akan selalu menemani hari-hari kami.

Wajah-wajah penuh canda, tawa, ceria dan celoteh manja setiap hari.


Nak, perkenalkan! Kami adalah ayah dan ibumu disini.

Di sekolah ini, selama tiga tahun kau akan hilir mudik pulang dan pergi lagi.

Di sini, adalah rumah keduamu yang akan kau kunjungi selama enam hari seminggu selama kurang lebih 8 jam sehari.

Dan di sini kita akan berjumpa hamper setiap harinya.

Kita tak ada ikatan keluarga, kitapun tak ada hubungan darah, tapi kami sudah menjadikan kalian prioritas ke dua setelah keluarga kami sendiri.


Kalian ini, istimewa!

Kalian adalah mutiara kami.

Setiap harinya, kami meninggalkan keluarga kami hanya untukmu.

Berangkat pagi, pulang tengah hari bahkan menjelang sore hari.

Tak sampai disitu saja, bahkan dirumahpun pikiran kami berkelana memikirkan tingkah polahmu.

Nak, ternyata kau memonopoli pikiran kami, tidak hanya di sekolah saja bahkan sampai dirumah selalu ada saja yang kami pikirkan.

Kau tahu nak? Sebait doa selalu kami haturkan selepas sholat, karena kami inginkan yang terbaik bagi mutiara-mutiara kami.


Maafkan kami yang terkadang memarahimu, itu demi dirimu nak!

Maafkan kami yang terkadang datang terlambat dan mengurangi jatah belajarmu.

Maafkan kami yang terkadang luput dari janji yang sudah disepakati.

Maafkan kami yang terkadang telalu cerewet memberikan masukan dan pengharapan.

Maafkan kami yang terkadang khilaf dan main tangan, sungguh kami menyesalinya.

Maafkan kami yang terkadang membebanimu dengan banyak pekerjaan rumah, sungguh kami hanya ingin kau belajar disiplin dan belajar tentang tanggungjawab.

Maafkan kami yang terkadang acuh, sinis, diam, maaf! Karena sungguh saat itu pikiran kami terbagi dengan keluarga dirumah.

Maafkan kami nak, sungguh bukan maksud kami seperti itu.


Kau  adalah  mutiara kami nak!

Sesuatu yang salah bisa membenamkanmu dalam kubangan lumpur.

Apa yang kami lakukan saat ini hanyalah sedikit mengangkatmu dari kubangan lumpur.

Seharusnya, kami mampu untuk membuatmu kembali bersinar.

Namun, disitulah keterbatasan kami, maka maafkan kami!

Kami hanya mampu menyingkirkan sedikit debu-debu disekitarmu.

Semoga kau mampu membuatmu sinarmu kembali terpancar.


Rasa sakit yang terbesar yang kami rasakan adalah ketika kami harus kehilangan salah satu dari kalian.

Tak dapat lagi melihat senyumnya, canda tawanya dan celotehnya.

Senyum diwajah kalian pun menghilang untuk beberapa saat, kami paham, kalian terluka.

Maka, kami pun harus mengobati luka itu.

Jangan hilangkan senyum kalian, karena bagi kami tawa dan senyum kalian adalah candu yang akan kami rindukan.


Nak, kau tahu? Tak ada seorang ayah maupun ibu yang tidak memaafkan anaknya.

Senakal apapun kalian, akan selalu ada maaf untuk kalian.

Meski kesal, akan selalu hadir maaf tuk kalian.

Dan satu lagi, karena orang tua adalah tempat untuk anak-anaknya kelak.

Kau sudah besar, ada pertemuan ada perpisahan, dan waktunya pun semakin dekat.

Setelah ini purnalah tugas kami sebagai orang tua kalian di sekolah.

Berubahlah menjadi baik, dewasalah, dan berbaktilah pada orang-orang yang sudah banyak berkorban untukmu


1, 2, 3, 4, 5 tahun lagi, kami tunggu kepulanganmu.

Kami tunggu kehadiranmu, dan akan jadi seperti apa dirimu.

Selagi penyesalan dalam dirimu masih mampu menghadirkan kesempatan,

Maka gunakanlah kesempatan yang ada untuk memperbaiki yang salah.

Sebenarnya, tak ada kesempatan yang hadir dua kali, maka segeralah gunakan kesempatan itu sebagai kesempatan terakhirmu.

Namun, jika kau mendapat kesempatan kedua, sungguh itu adalah anugrah bagimu.

Doa kami selalu bersama kalian.

Jadilah mutiara kami yang sholeh dan sholeha.

Jadilah mutiara kami yang senantiasa bersinar dengan sinarnya sendiri.

Hilangkanlah lumpur-lumpur yang tak ada guna itu.

Dan bersinarlah untuk orang tuamu, keluargamu, dan kami.

Karena kalian adalah mutiara kami.

22.00 WIB, 30 Maret 2018

.

.

.

.

.

.

.

Na_NarayaAlina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro