11. Masa Lalu Si Jiwa Yang hilang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hani melambaikan tangannya pada Gendra saat ia memasuki pintu cafe. Aska, Baryu, Biryu dan Lenka yang sempat melihat Hani diantar oleh seseorang tampak begitu penasaran siapa sosok tersebut yang mampu membuat Hani kini tertawa sendiri dengan wajah sumringah sambil melangkah ke kamarnya di lantai atas. Ia seakan tak melihat bahwa teman-temannya itu sudah menatapnya heran.

Di sisi lain Aska memperhatikan Hani lebih lama dari yang lain bahkan hingga sosok Hani menghilang di sudut tangga. Sesekali ia kembali mengarahkan pandangannya ke luar cafe. Ia pun merasa penasaran siapa sosok yang mampu membuat adiknya itu begitu bahagia.

🍁🍁🍁

Seorang gadis berambut panjang tengah duduk di teras rumah bersama dengan seorang laki-laki. Gadis itu sempat meminta laki-laki tersebut untuk segera meninggalkan rumahnya dengan alasan ia ingin segera beristirahat. Lagi pula sebelum laki-laki yang tak lain adalah kekasihnya itu datang ia memang sudah berniat untuk tidur, itu bisa diketahui dari piyama yang ia pakai. Tapi sekarang rasa kantuknya hilang dalam sekejap setelah kekasihnya itu mengatakan bahwa ia harus mengakhiri hubungan mereka karena perjodohan.

"Maafin aku, Myesha. Ini bukan kemauanku. Kami terjerat kontrak kerja sama perusahaan orang tua kami. Aku mohon kamu bisa mengerti."

"Itu hanya alasan, pada dasarnya kamu juga menyukainya, benar kan Dani?"

Mata Myesha menatap sinis ke arah Dani. Cairan kristal itu tertahan di pelupuk mata. Hatinya terasa nyeri, baginya penjelasan Dani hanyalah sebuah alasan. Ya alasan untuk meninggalkannya.

"Ini gak seperti yang kamu pikirin, Sha. Aku dan Amara gak menginginkan ini semua!"

"Pulanglah, cerita kita sudah berakhir," potong Myesha

Myesha meninggalkan Dani dengan hati yang begitu nyeri. Air matanya perlahan turun membasahi pipinya. Sedangkan Dani ia tertunduk tak berdaya di depan sana. Mengutuki dirinya yang tak mampu memperjuangkan cinta mereka hanya karena sebuah perjanjian kerja sama perusahaan keluarganya dengan keluarga Amara

Seminggu berlalu, Myesha mulai tak  menghubungi Dani. Tapi Dani masih terus menghubungi Myesha untuk mencari tahu keadaan dan keberadaan pujaan hatinya itu. Sepertinya tak mudah bagi Dani untuk melupakan bahkan meninggalkan Myesha begitu saja. Rasa cintanya begitu besar pada gadis itu.

Tak hanya Dani, Myesha pun sama seperti lelaki itu, rasa sayangnya melebihi apapun hingga ia selalu membalas pesan dan juga telepon dari Dani, mereka pun masih saling bertemu meski harus sembunyi-sembunyi dari orang tua Dani. Bagi Myesha laki-laki yang sudah enam tahun dikencaninya itu adalah pusat hidupnya .

Hari terus berlalu fakta yang menyakitkan kembali meremukkan hati Myesha yang penuh lebam. Jika Dani sempat bicara bahwa ia tak menginginkan hubungannya dengan Amara , Myesha bisa menjamin bahwa laki-laki itu sudah berbohong. Buktinya kini Myesha bisa melihat dengan jelas bagaimana Dani menjaga dan begitu dekat dengan gadis bernama Amara Naraisa itu.

Myesha bahkan tahu bahwa Dani selalu mengantar jemput gadis itu di kampus tempat Dani dulu menuntut ilmu.

Siang itu Myesha melangkah meninggalkan kampus tersebut, hatinya kini tak hanya penuh luka tapi penuh dengan dendam. Ia pikir hubungannya akan kembali baik karena mereka masih berkomunikasi dan saling bertemu tapi nyatanya semua berbeda dari yang ia pikirkan.

🍃🍃🍃

Malam itu Myesha menangis sesenggukan di kamar kostnya dengan tangan bergetar menggenggam puluhan obat penenang. Ia benar-benar kehilangan akal sehatnya hingga ia berniat untuk menenggak semua obat itu untuk mengakhiri hidupnya setelah sebelumnya panggilan teleponnya pada Dani berkali-kali tak dijawab.

Andai malam itu Dani mengindahkan panggilan telepon darinya, Myesha mungkin akan mengurungkan niatnya itu. Tapi nyatanya Dani sama sekali tak peduli. Kenyataan melemparnya dengan keras ke jurang kesendirian membuatnya sungguh menenggak puluhan pil itu sekaligus.

🍃🍃🍃

Tatapan sendu terlihat jelas saat jiwanya keluar dari raganya. Seorang Malaikat Maut menatapnya dengan tatapan benci. Bahkan ia sempat berkata bahwa perbuatannya begitu dibenci. Ia bahkan tak mendapatkan tempat yang baik di alam atas sampai waktu pembalasan tiba. Karena ucapan Malaikat itulah Myesha menyesal telah mengakhiri hidupnya terlebih Myesha tahu bahwa ia akan dibawa ke suatu tempat yang bernama Shadow Desert.

Tempat itu adalah tempat terburuk yang pernah ada, tempat dikumpulkannya jiwa manusia yang mati dengan cara bunuh diri. Tempat yang berada diantara neraka dan surga. Tempat yang tak terlihat dan tak diakui keberadaannya.

Shadow Desert berbentuk seperti gurun pasir tapi gurun yang sangat gelap gulita, tak ada sinar sedikit pun yang masuk ke tempat itu, bisa dipastikan kau tak akan bisa melihat apapun di sana. Selain itu Shadow Desert adalah tempat di mana jiwa akan merasa sangat tersiksa, kau akan mendengar gemuruh dan suara teriakan para penghuni neraka meskipun tak ada yang bisa melihat dan tak tahu dari mana suara itu berasal.

Tak hanya itu selama berada di sana kau akan terus dikejar oleh benda yang kau pakai untuk mengakhiri hidupmu dulu dan benda itu akan membunuhmu berkali-kali hingga masa pembalasan tiba. Karena itulah Myesha melarikan diri saat si Malaikat Maut yang menjemputnya lengah.

🍁🍁🍁

Myesha tersentak kaget karena tepukan dari si pangeran iblis yang entah kapan datangnya tapi tiba-tiba sudah berada di sampingnya membuyarkan lamunan masa lalunya. Ia kini bahkan ikut menatap Dani yang baru saja masuk ke dalam rumahnya yang mewah itu.

"Dia kan yang membuatmu seperti ini? Kau masih merindukannya?" goda Evilden membuat Myesha meliriknya tajam.

"Temui saja dia, aku akan menunggu di sini sekalian berjaga-jaga jikalau ada Malaikat Maut datang," ucap Evilden penuh senyum. Myesha menatapnya penuh keraguan.

"Sudah kuberi kesempatan bertemu tapi malah begitu, ya sudah lupakan saja."

Evilden mengibaskan tangannya malas sambil beranjak pergi tapi tiba-tiba tangan Myesha meraih pergelangan iblis tampan itu.

"Tolong biarkan aku menemuinya sebentar saja, " ucap Myesha yang kemudian tertunduk dalam.

Terbentuklah sebuah kurva senyum di bibir Evilden.

"Pergilah, aku akan menunggumu di sini."

Tanpa babibu lagi, Myesha pun masuk ke rumah tersebut hanya untuk sekedar melihat Dani.

🍁🍁🍁

Di kamar berukuran besar dengan interior simple namun berkelas itu, Dani terlihat tengah membaringkan tubuhnya di atas singgasana empuk nan nyaman. Matanya menatap ke langit-langit kamar berwarna kuning gading. Pikirannya melayang entah kemana. Di detik berikutnya, ia bangkit dari tempat tidur lalu mulai menatap ke sekeliling kamarnya. Ada raut sendu di wajahnya. Pandangan matanya kini mulai jatuh pada sebuah foto berbingkai silver yang menampilkan foto mesra dirinya dengan Myesha.

Sudah lebih dari satu bulan dari hari kematian Myesha tapi laki-laki berkaki jenjang dan bertubuh kurus itu tak jua bisa menyingkirkan rasa rindunya pada gadis itu. Gadis yang selama ini selalu dijaganya. Gadis yang selalu ingin ia berikan rasa bahagia untuk menggantikan derita yang selama ini berteman dekat dengan hidupnya. Seketika itu pula ingatan Dani melayang pada masa di mana ia bersama dengan Myesha dahulu. Sedangkan Myesha dengan wajah murung menatap Dani penuh rasa rindu dan juga sesal.

Pertama kali ia bertemu dengan Myesha yaitu saat ia duduk di bangku kelas 2 SMA. Myesha adalah seorang murid pindahan di sekolahnya. Ia dikenal dengan pribadi yang ceria dan murah senyum. Tak akan ada yang menyangka jika Myesha adalah korban kekerasan dari ayah kandungnya sendiri saat di rumah.

Yup, Myesha hanya tinggal dengan Ayahnya yang seorang pemabuk dan suka main perempuan. Ibunya sudah lama meninggal karena suatu penyakit. Sifat tempramen ayahnya hampir setiap hari muncul, apalagi setelah ia mengkonsumsi alkohol. Ah malangnya Myesha yang setiap harinya selalu dipukuli tanpa alasan yang jelas. Salah sedikit saja ia harus siap jadi samsak pelampiasan kekesalan sang Ayah.

Singkat cerita Myesha pun dekat dengan Dani. Dani lah yang selalu memperhatikan luka lebam yang ada di tubuh Myesha. Luka itu terus bertambah setiap harinya, tubuhnya pun makin kurus tak terurus namun Myesha tetap terlihat ceria dan mengatakan bahwa luka lebam itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.

Semakin hari mereka pun semakin dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Selama mereka bersama Dani memperlakukan Myesha dengan sangat baik, ia selalu menjaga dan melindungi Myesha dari siksaan sang Ayah. Bahkan Dani pernah memukul dan akhirnya melaporkan tindak kekerasan Ayah kandung Myesha itu ke polisi alhasil pria berusia 51 tahun itu pun di jebloskan ke penjara.

Waktu terus berjalan, setelah lulus sekolah, Myesha masuk keperguruan tinggi dengan jalur beasiswa. Ia masuk ke kampus yang berbeda dengan Dani. Selama menjalani hubungan, Myesha merasa bahwa Dani lah satu-satunya orang yang bisa ia percaya dan ia andalkan. Myesha sungguh memiliki harapan besar pada Dani. Ia berharap kelak bisa hidup bersama dengan pria itu selamanya, hingga tibalah masa itu, masa di mana Myesha mengetahui bahwa selama ini Dani telah di jodohkan dengan gadis bernama Amara. Gadis yang usianya terpaut 4 tahun lebih muda darinya yang membuat dirinya terhempas kembali ke zona kesepian yang membuatnya hilang akal sehat dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Dani memeluk foto diri Myesha dengan rasa rindu yang menguap begitu saja. Matanya memerah seketika, lalu ucapan lirih pun keluar dari mulutnya.

"Aku merindukanmu Sha, sangat merindukanmu tapi aku harus melupakanmu."

Kalimat akhir yang terlontar keluar dari mulut Dani membuat Myesha tercengang.

Kenapa? Kenapa harus melupakanku? Itulah yang ada di pikiran Myesha. Wajahnya tegang lalu mulai melesu seiring dengan perginya Dani dari kamarnya itu. Pancaran matanya terlihat begitu kecewa amat sangat kecewa.

Maaf ya di part ini membosankan 😑
Mau gimana lagi dong hahaha
Semoga di part selanjutnya gk membosankan ya guys 😁🙏

18 maret 19

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro