12. Target

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tepat pukul 23:00 Biryu mulai menutup pintu cafe yang memang sudah sepi. Hanya tersisa dua pelanggan saja, itu pun mereka hendak beranjak pergi. Setelah kedua pelanggan itu keluar dari cafe suara ucapan selamat jalan pun terlontar dari mereka kecuali Hani yang memang baru saja turun dari lantai atas.

Melihat sudah tak ada lagi pelanggan, Hani membantu kakaknya dan teman-temannya itu membersihkan meja. Hani melangkah ke halaman belakang yang menjadi targetnya untuk dibersihkan. Sesampainya ia di sana, seperti biasanya Unti sudah duduk manis di salah satu meja yang ada di sudut halaman.

"Hadeh, minggir-minggir mejanya mau dibersihin!" ucap Hani sambil mengelap meja tersebut yang tentu saja membuat Unti menatapnya kesal.

"Apa liat-liat? Bantuin kek malah duduk di situ lagi!" omel Hani

"Aku bantu doa aja ya, Han. Kamu kan strong pasti bisa lah ngerjain kayak ginian doang. Fighthing Hani!" balas Unti meledek.

Baru saja Hani ingin membalas ucapan Unti, Aska sudah lebih dulu memanggilnya, membuatnya meninggalkan Unti yang tertawa dengan penuh kemenangan.

Aska meminta Hani untuk membantu Lenka yang sedang sibuk di bagian dapur, sepertinya piring dan gelas masih menumpuk di sana dan Lenka sudah mulai kepayahan untuk menanganinya sendiri.

"Ckckck ... piring sama gelasnya pada gak KB nih ya sampai beranak pinak gini," ucap Hani membuat Lenka terkekeh.

"Gak ada bidan keliling soalnya jadi gini deh mereka," timpal Lenka yang kini membuat keduanya tertawa.

Di dapur, kedua gadis itu asik mencuci perabot kotor sambil sesekali bernyanyi seakan-akan mereka sedang berada di box karaoke yang ada di mall-mall.
Tak lama kemudian Baryu muncul sambil berkacak pinggang. Kontan kedua gadis cantik itu pun menatapnya heran.

"Suara kalian gak enak didengar, jadi tolong hentikan nyanyian kalian itu please!"

"Enak aja suara kita gak enak didengar , suara kita bahkan kayak sang dewi tau!" Lenka mulai mencak-mencak.

"Dewi Kematian maksudmu?" ledek Baryu sambil tertawa.

"Kurang ajar! Pergi sana!! " seru Lenka sambil menyiram air ke arah Baryu hingga Baryu pun keluar dari sana.

"Tapi bener lho, Han. Suara kalian kacau banget, aku aja sampe mual-mual denger suara nyanyian kalian tadi hihi."

Suara Unti yang kali ini terdengar, entah kapan datangnya makhluk satu ini tiba-tiba saja sudah berada di samping Hani. Dengan geram Hani pun meneriakinya untuk pergi. Sikap Hani itu tentu saja menimbulkan tanya di wajah Lenka.

"Kamu nyuruh aku pergi, Han?" refleks Hani pun mengatakan tidak dan itu makin membuat Lenka heran.

"Trus kamu suruh pergi siapa? Jangan bilang kalau di antara kita ada makhluk lain yaitu penghuni pohon randu depan sana, " ucap Lenka menebak dengan wajah agak tegang.

Hani melirik sesaat ke arah Unti yang masih cekikikan.

"Udah gak usah dibahas! Gak ada siapa pun kok selain kita," ucap Hani menenangkan Lenka.

"Tapi boong, ada aku di sini lho, " sahut Unti membuat Hani geram.

"Gimana kalau aku nampakin wujudku ke Lenka? Biar dia kenal aku gitu, Han. Lagian kamu kan udah pernah cerita tentang aku ke dia, " tawar Unti masih dengan cekikikan.

Seketika wajah Hani tegang, tak bisa! Bisa-bisa Lenka pingsan di tempat. Walau cuek tapi sebenarnya Lenka adalah gadis yang takut dengan hantu, bisa dibilang sangat penakut. Penampilan Lenka yang cuek tak sepenuhnya mewakili dirinya, sungguh!

"Jangan! Awas ya sampai kamu muncul di sini!!" ancam Hani, membuat Lenka lagi-lagi bertanya-tanya dan sekaligus yakin bahwa sejak tadi Hani bicara pada makhluk tak kasat mata.

Tanpa aiueo lagi Lenka pun lari tunggang langgang meninggalkan Hani sendiri di dapur. "Ah Baryu, Biryu, Kak Aska jebal juseyo ( tolong) !! "

"Hihihi ... kok udah kabur duluan sih, gak asik nih Lenka!" ucap Unti seenaknya.

Karena geram Hani pun memukul kepala Unti dengan panci yang sejak tadi dipegangnya. Erangan pun keluar dari mulut Unti sambil mengusap kepalanya itu.

"Hani gak sopan!! Aku kakak iparmu lho, Han! " seru Unti entah pada siapa karena yang diajak bicara bahkan sudah pergi entah ke mana.

🍁🍁🍁

Pagi ini di kantin kampus, entah sudah berapa kali Hani menguap karena kantuk yang masih saja setia melekat pada dirinya. Tak lama sebuah buku mendarat tepat di kepalanya membuat dirinya mengaduh kesakitan sambil menatap siapa gerangan yang melakukan hal tak berperasaan seperti itu padanya.

"Baryu rese!!!" pekik Hani pada laki-laki yang sudah nyengir manis tanpa merasa berdosa itu.

"Nguap mulu sih, kurang tidur apa kamu semalam?" tanya Baryu yang langsung duduk di samping Hani.

"Lenka mana?" sambungnya sambil celingukan mencari partner tengkarnya.

"Belum datang," sahut Hani sambil menenggak kopi kaleng milik Baryu. Si pemilik minuman pun hanya geleng-geleng kepala. Sudah biasa baginya hihi

"Biryu mana?" tanya Hani kali ini mencari kembaran Baryu.

"Masih di parkiran. Udah ada aku ngapain cari Biryu lagi sih. Muka kami kan sama eh tapi lebih ganteng aku sih, " ucapnya penuh percaya diri sambil memainkan matanya ke arah Hani membuat gadis itu memalingkan wajahnya "Aku lebih senang liat Biryu dibanding kamu!"

"Kenapa?" Baryu mulai protes.

"Wajah Biryu lebih menenangkan dibanding kamu! Pantas aja Lenka kalau ketemu kamu bawaannya kesel terus ya. Baru sadar aku! "

"Heh coba liat aku! Kamu kalau liat aku tuh dari hati!, perhatiin aku baik-baiklah pesona ku ini luar biasa terpancar daripada Biryu tau! "

"Itukan menurutmu, menurutku kan gak. Tetap Biryu yang lebih mempesona, " balas Hani meledek Baryu dan tentu membuat laki-laki itu mengerang kesal.

Begitulah Baryu meski wajahnya begitu mirip dengan Biryu, ia tetap tak akan terima jika pesonanya dikalahkan sang adik. Meski mirip mereka memang berbeda, begitu pula dengan pesona mereka yang berbeda satu sama lainnya.

Baryu mempesona selain karena wajah tampannya, itu karena sikap ramah dan murah senyumnya yang membuat siapapun akan benar-benar meleleh dibuatnya. Ia pandai bergaul dan multitalent tak heran jika teman-temannya begitu banyak dari berbagai lapisan jurusan di kampus ini dan tentu saja fansnya pun sama banyaknya.

Berbeda dari Baryu, pesona Biryu datang dari sikap dingin dan cenderung misterius. Ia jarang berbicara dan tersenyum pada orang lain tapi begitu ia tersenyum sudah bisa dipastikan kadar gula darah dalam tubuh mu akan naik drastis! Jadi lebih baik jangan melihat Biryu tersenyum atau tertawa terlalu lama, itu akan menyebabkan dirimu terserang diabetes mendadak dan mungkin kau akan membutuhkan insulin.

Tak lama dari perdebatan tak berfaedah itu Biryu dan Lenka muncul secara bersamaan. Keduanya terlihat heran karena melihat Baryu dan Hani adu mulut. Sesekali Baryu terlihat geram pada Hani sedangkan Hani tertawa dengan santai.

"Pada ngapain sih kalian?" tanya Biryu sambil mengambil duduk di samping Kakaknya itu, sedangkan Lenka duduk di samping Hani.

"Tuh Kakakmu gak terima kalau aku bilang pesonanya kalah dari pesona mu!" adu Hani polos sambil menunjuk Baryu. Biryu melirik sekilas pada laki-laki yang wajahnya begitu mirip dengannya itu.

"Lagi?" tanya Lenka sambil ikut melirik Baryu.

"Apa? Kamu mau bilang kalau pesonaku emang gak sebanding sama anak ini? " sahut Baryu geram sambil menunjuk wajah adiknya.

"Ckckck ... Baryu Baryu, semua orang juga tau kali kalau pesona Biryu levelnya emang di atasmu! Kamu aja yang selama ini kepedean, sok ngerasa paling kasep sejagat kampus euy! "celetuk Lenka membuat Baryu mengeram.

"Hola ladies, aku bukan sok kegantengan tapi emang ganteng, fix ganteng nan mempesona! Apa harus aku ingatkan ke kamu kalau di kampus ini bahkan ada fandom yang menyebut diri mereka Barners yaitu sekumpulan orang yang mengaku sebagai fans berat dari Baryu Putra Naja!" balas Baryu membuat Lenka berdecak kesal.

"Bocah di samping ku ini cuma terkenal karena karya sastra nya yang selalu terpampang di mading kampus, lah aku-----"

"Kamu mau bilang kalau kamu lebih dari itu karena bisa main tiga alat musik sekaligus? Termasuk pintar nyanyi gitu? " potong Biryu gerah dengan kesombongan kakaknya ini.

Jentikan jari Baryu pun terdengar di depan wajah Biryu menandakan bahwa yang barusan ia katakan itu adalah fakta yang benar sekaligus membanggakan.

"Wahai kakakku yang lahir 5 menit sebelumku, cuma mau ingatin kamu, kalau aku pun juga menguasai 3 alat musik sekaligus sama kayak kamu lho dan plusnya aku pun pintar dalam bidang sastra sedangkan kamu------Nothing!" ucap Biryu sambil nyengir polos mempiaskan raut sombong dari wajah Baryu dan tentu saja membuat Hani dan Lenka menertawai cowok jangkung itu.

"Kalian ternyata benar-benar antifans aku! Keterlaluan! " keluh Baryu tak bisa berkata apapun lagi.

Di tempat lain, seorang gadis bersurai pendek baru saja keluar dari sebuah mobil. Gadis bertubuh mungil itu nampak kesal dengan seorang yang mengantarnya tadi.

"Jangan jemput aku siang ini! Aku bisa pulang sendiri!" ucapnya tegas pada seorang laki-laki yang mengantarnya.

"Tapi nan----"

"Gak ada tapi-tapi! Aku bisa pulang sendiri! " ucapnya seraya melangkah meninggalkan laki-laki itu. Dengan wajah kecewa, ia pun tak berkata apapun lagi dan segera masuk kedalam mobilnya lalu melaju keluar dari lingkungan kampus.

Gadis mungil tadi berjalan sambil mengomel sendiri, langkahnya sama cepatnya dengan mulutnya yang terus mengoceh. Hingga tibalah ia di kantin kampus dan melihat sosok yang dikenalnya.

"Biryu!!!" pekiknya penuh semangat sambil berlari ke arah Biryu yang sudah menoleh ke arahnya.

Satu pelukan mendarat ke tubuh Biryu, membuat Hani dan yang lainnya melongo seketika begitu pula dengan Biryu, ia terlihat kaget dengan sosok gadis satu ini.

"Nara?" Biryu tercengang melihat teman sekelasnya yang sudah seminggu lebih tidak masuk kampus tanpa keterangan yang jelas.

"Ihh, aku kangen kamu!!!" serunya sambil terus memeluk Biryu. Sedangkan yang lain masih menatap mereka dengan heran. Entah kenapa kedua manusia ini bagai sepasang kekasih yang telah lama terpisahkan. Hani merasa baru saja melihat sosok Rose dan Jack dari film Titanic dipertemukan lagi sekarang.

Baryu berdecak sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nara yang dengan posesifnya memeluk Biryu tanpa mau tahu bahwa ada tiga pasang mata yang memperhatikannya terus menerus. Berbeda dengan Baryu, Lenka terlihat berbisik pada Hani mengenai kedatangan Nara yang mengejutkan ini.

"Temannya dia cuma Biryu aja kali ya sampai kita bertiga pun gak dianggap ada sama nih anak."

Itulah bisikan Lenka yang berupa keluhan. Hani sendiri hanya nyengir kambing tak mempermasalahkan mengenai sikap Nara yang sepertinya hanya merindukan Biryu.

Hani tahu betul bahwa Nara memang sangat dekat dengan Biryu, selain mereka satu jurusan dan satu kelas, sejak awal semua orang pun tahu bahwa Nara memiliki perasaan khusus pada Biryu.

Ah, jadi teringat saat acara pensi kampus tahun lalu yang di mana Nara dengan percaya dirinya mengungkapkan perasaannya itu pada Biryu di atas panggung dan disaksikan puluhan pasang mata. Meski saat itu Biryu tak pernah memberi jawabannya hingga saat ini Nara tak peduli!

Biryu sendiri tak pernah marah menanggapi sikap manja atau bahkan mengesalkan dari Nara. Padahal selama ini Biryu adalah makhluk yang anti sekali didekati kaum hawa. Bisa dibilang, Biryu memiliki detektor khusus untuk melacak keberadaan seorang wanita di otaknya. Meskipun dalam jarak 500 meter, dia akan mengetahui keberadaan kalian jadi jangan heran bila Biryu akan putar arah mencari jalan lain untuk menghindari para pemujanya.

Setelah ditegur oleh Baryu, Nara pun menghentikan aktivitasnya untuk melepas rindu pada Biryu. Gadis itu tersenyum manis ke arah mereka sambil menyapa dengan ceria dan tentunya sambil memberikan pelukan hangat pada Baryu lalu bergilir ke Lenka lalu Hani. Ia pun tak lupa mengucapkan bela sungkawa pada Hani mengenai kematian Bian.

"Ke mana aja kamu, Ra?" tanya Lenka setelah Nara duduk di antara Biryu dan Baryu.

Gadis itu melepas senyumannya tanpa menjawab apa pun membuat lainnya mengernyit sambil saling tatap.

"Ditanya kok malah senyum doang!" celetuk Baryu.

"Hahaha ... masuk kelas yuk! " ajak Nara sambil menarik lengan Biryu. Ia tak peduli dengan lainnya termasuk pertanyaan Lenka tadi.

Yah, begitulah Nara selalu bersikap sesukanya. Eits tapi sebenarnya Nara begitu bukan karena sungguhan ingin segera masuk kelas, ia begitu karena sejak tadi merasa jengah ditatap oleh Hani.

"Tatapanmu bikin aku jengkel!" seru Nara pada Hani sebelum pergi.

Hani melongo mendengar ucapannya pasalnya Hani merasa tatapannya biasa saja, ia tak berniat untuk melakukan apapun dengan tatapannya.

"Kenapa sama tatapanku coba!" protes Hani sambil menatap teman-temannya.

"Udah ah aku sama Biryu duluan! Hani nyebelin!!" suara Nara terdengar nyaring dengan wajah kesal yang mengemaskan.

"Aigoo ... tuh anak sarapan jangkrik apa? Kenapa tiba-tiba su'uzon ke aku kayak gitu!" keluh Hani yang kemudian diserang tatapan dari kedua temannya yaitu Baryu dan Lenka.

"Kalian kenapa ngeliatin aku kayak gitu sih!" protes Hani.

"Kamu mau cari tau apa dari Nara?, kamu coba ngulik hidupnya ya? " tanya Baryu seakan-akan mengetahui semuanya.

"Sejak kapan kamu suka ngurusin urusan orang Hani? Kamu benar-benar mau cari sesuatu dari diri Nara? " sambung Lenka.

"Heh siapa yang kayak gitu!! Aku gak kayak gitu! Aku ngeliatin dia biasa aja kok! "

"Trus kenapa Nara bilang gitu?" tanya Baryu dengan wajah berfikir.

"Ya mana aku tau! Sejak kapan aku tertarik untuk ngulik urusan orang lain! " sahut Hani sambil bangkit dari duduknya lalu tak lama mengajak Lenka masuk ke kelasnya.

🍁🍁🍁

Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Nara tampak terdiam dan sedikit muram, membuat Biryu heran karena perubahan sikapnya yang drastis. Ia Ingin sekali menanyakan hal itu namun ia tak enak hati, ia hanya bisa sesekali melirik dengan perasaan cemas hingga mereka sampai di kelas mereka.

Di tempat lain yaitu di kelas Hani, entah kenapa tiba-tiba saja terlintas di pikirannya mengenai ucapan Nara tersebut. Semula ia tak sedikit pun curiga, kini ia malah jadi curiga. Apa benar Nara menyembunyikan sesuatu. Tapi ia tak sedikit pun mendengar ucapan hati Nara yang terdengar mencurigakan.

Ah, kepo itu memusingkan dan membuat jengkel! Itulah pikiran Hani.

🍁🍁🍁

Siang harinya, Nara terlihat terburu-buru untuk keluar dari kelasnya. Ia pun terlihat celingukan seperti sedang memastikan sesuatu di sekitarnya. Biryu yang tak sengaja menyadari sikap anehnya itu kini mulai bersuara

"Kamu kenapa, Ra ?"

Nara melonjak kaget lalu mulai menggeleng. "Gpp, aku duluan ya, Yu. Bye!" sahut Nara yang kemudian melangkah pergi dengan terburu-buru.

Bersamaan dengan langkahnya ia terus menatap ponsel yang sejak tadi menunjukkan ada sebuah panggilan masuk. Nara mengerang kesal lalu mulai masuk ke toilet untuk menerima telepon yang tak lain dari Maminya.

Di saat Nara tengah menerima telepon, tak jauh darinya terlihat Myesha tengah memperhatikannya dengan tatapan tajam. Terlihat jelas tatapan itu penuh dengan rasa benci yang begitu besar. Perlahan kakinya pun melangkah mendekat ke arah Nara tapi seseorang lebih dulu menarik lengannya membuat jiwa yang hilang itu menatap kesal pada sosok yang tak lain adalah Elion.

"Jangan bertindak bodoh di sini, kau tak bisa melakukannya di sini."

"Kenapa?" tanya Myesha cepat

"Kau tidak mau memikirkan hal yang menarik untuk membuatnya menderita, Myesha?" suara Evilden yang kali ini terdengar.

Pangeran iblis itu bahkan sudah berdiri tepat di samping Nara yang masih berseteru dengan Maminya di telepon.

" Jika kau hanya ingin melukainya itu tak akan seru, berfikirlah sedikit kreatif agar permainan balas dendammu lebih menarik," ucap Evilden membuat Myesha mengernyit sambil melirik Elion. Elion mengangguk pelan menyetujui ucapan Tuannya itu.

"Jangan terlalu terburu-buru, ini tak akan seru! " Sambung Evilden sambil memperhatikan Nara lebih dekat.

"Kau tidak punya ide ya untuk mengerjai anak ini? Jika tidak lebih baik biarkan dia menyelesaikan urusannya. Kita akan mengunjunginya lain waktu!" Evilden menatap Myesha dengan wajah serius lalu menghilang begitu saja.

Tak lama kemudian Elion pun ikut menghilang membuat Myesha berdecak kesal. Pasalnya baginya ini adalah kesempatan baik untuk mencelakai Amara Naraisa si gadis yang menjadi tunangan kekasihnya.

Hola maaf baru update ya 😁
Maaf juga untuk selanjutnya aku akan lebih lama update karena ada kesibukan.
Semoga kalian mau bersabar ya nunggu update'an cerita ini hehe

Untuk ke depannya cerita akan sedikit berat, aku harap kalian gak jenuh. Gendra pun untuk sementara akan jarang keluar hehe
Jangan rindu Gendra ya nanti kamu dihajar Hani lho wkwkw
Coba mana yang namanya Hani komen di sini, say hay aku dong hehe

So sampai ketemu di part selanjutnya 🙋‍♀️🏃‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro