Poseidon ; 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di palung laut terdapat banyak bangkai kapal karam. Tempat yang cukup gelap dan menakutkan. Heran juga kalau ada seseorang mau tinggal di tempat seperti ini, tapi berani bertaruh pasti ada keistimewaannya. Ya, harta karun banyak tersimpan di tempat ini.

Poseidon sampai di dasar laut bewarna biru gelap bersama kedua hippokampos. Dia tidak melihat tanda keberadaan seseorang di sana. Tiba-tiba gemerencing rantai terdengar sayup. Poseidon menghentikan kendaraannya dan memutuskan untuk berjalan sendiri. Dia hanya berjalan, tidak berenang. Kekuatan dewa memang luar biasa.

Poseidon menilik dari balik batu karang. Seorang perempuan sedang asik mengepang ganggang laut sambil bersenandung riang. Poseidon yakin perempuan itu bukan Amfitrit karena setahunya nereid mengenakan pakaian dan hiasan kepala sementara gadis ini tidak. Dia hanya nimfa biasa yang tidak sengaja mengundang hasrat Dewa Penguasa Lautan.

Tawa gadis itu terdengar renyah ketika berhasil dengan kerajinan tangan yang dibuatnya. Tanpa sadar, seulas senyum merekah di bibir Poseidon. Biar dia melupakan sejenak tentang Amfitrit dan mengejar yang ada di depan matanya.
Ingin berlama-lama mengamati mangsa, Poseidon sengaja tetap diam tak beranjak dari tempatnya bersembunyi. Namun, nimfa itu mengetahui keberadaan sang dewa dan hendak lari secepatnya. Gadis berambut perak itu mengambil beberapa ganggang, lalu menggerakkan kakinya bak seekor duyung, tetapi Poseidon bergegas mengikutinya dan berhasil mendahului.

"Kau mau ke mana? Buru-buru sekali," ucap Poseidon dengan tatapan tajam dan bibir menyeringai.

Nimfa berambut pirang itu hanya bisa berdoa dalam hati, Semoga dewa laut di depannya tidak dalam kondisi mabuk karena terlalu banyak meneguk nektar.

"Aku ingin kembali," ucap nimfa itu gugup.
Bukan merasa iba, Poseidon justru tertantang melihat wajah pucat pasi gadis di depannya. Lagi pula saat ini dia kecewa karena tidak berhasil menemukan Amfritit. Jadi, anggap saja ini sebagai ganti, begitu pikirnya.

"Mengapa kembali? Bukankah kau senang bermain-main di sini?" Poseidon mendekat dan menghimpit tubuh nimfa itu ke sebuah batu karang.

Poseidon mengusap lembut bibir gadisnya yang sudah diam dan pasrah. Dewa laut begitu senang karena mendapat mainan yang menggemaskan. "Mari bermain sebentar ...."

*****

Setelah menghabiskan sedikit waktu dengan nimfa yang tidak sengaja dia temui di palung laut, Poseidon segera kembali ke istana bersama dengan hippokampos. Hari berlalu begitu saja. Pesta telah usai bersama kemeriahannya yang menyisakan kesunyian. Pria itu merasa bosan duduk berdiam diri di singgasananya sementara semua urusan kerajaan sudah ditangani oleh Nereus.

"Lebih baik aku pergi dan mencari udara segar." Sadar atau tidak, bahkan Poseidon mengucapkan udara segar sementara dirinya sedang berada di dalam lautan.

Poseidon berjalan-jalan bersama hippokampos menelusuri lautan. Saat sedang bersantai di bawah kilauan terik matahari yang menembus air dan memberikan kehangatan, pria itu mendengar sayup-sayup namanya diucapkan.

"Kau tahu, Dolphino? Aku benar-benar tak menyukai dewa kita yang baru. Siapa itu namanya ..., ah, Poseidon!"

Poseidon mengernyit. Ubun-ubunnya terasa panas. Berani sekali mahkluk laut itu mencoba mecerca di belakangnya? Pria itu mendekat menuju sumber suara bersama trisula yang sudah siap mengenai siapa pun yang berada di sana.

"Putri, jangan berkata seperti itu. Dia adalah sang dewa lautan, penguasa." Dolphino berusaha menyadarkan kembali gadis di depannya bahwa perbuatannya itu salah dan akan berakibat buruk.

"Aku tidak peduli yang aku tahu dia hanya pria hidung belang." Amfritit mengepang rambut panjangnya yang bewarna hijau, lalu mengikat ujungnya dengan ganggang merah.

Dolphino mendengus. Lumba-lumba itu sudah mencoba mengingatkan berulang kali, tapi Amfitrit tidak pernah mendengarkan ucapannya. "Berhati-hati saja, Putri, mungkin suatu saat ucapanmu akan berakibat pada dirimu sendiri."
Amfitrit memutar kedua bola matanya.

Gadis itu mulai muak dengan lumba-lumba peliharaan keluarganya.

Sebenarnya dia kerabat atau bukan? Gadis itu mulai ragu dengan keberpihakan Dolphino. Amfitrit berenang agak menjauhi si lumba-lumba agar tidak mendengar keluh kesah binatang itu lagi setiap dia mencela Poseidon, sang Dewa Penguasa Lautan yang baru.

Poseidon sedang berusaha mendekati sumber suara mangsanya sampai tiba-tiba langkahnya terhenti. Mata pria itu terbelalak. Namun, seulas senyum mekar di antara kedua ujung bibirnya. Poseidon melihat gadis cantik yang dulu pernah dia jumpai tepat di hari pertama dirinya berada di Aegea. Benar, gadis yang sama, bermata mutiara, rambut panjang yang indah, bibir tipis, tubuh sempurna, dan sungguh Poseidon berani bertaruh dia perempuan tercantik di lautan ini.

Poseidon merasa sangat senang. Dia hampir berjingkrak jika tidak ingat bahwa ini lautan. Rasa gugup dan gelisah tiba-tiba muncul. Sesak di dada dan sedikit hawa panas menelisik dari ujung rambut hingga kakinya yang bergetar hebat. Baru kali ini pria itu merasakannya.

Dengan setengah keberanian Poseidon mendekat. Dia membuat lawan jenisnya itu sedikit terkejut dan memasang kerutan pada dahi mulusnya.

"Siapa kau?" Mata Amfitrit mengamati Poseidon dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Aku ...."

" Tunggu! Biar aku tebak kau pasti dari istana?" Amfitrit memotong.

Sekarang ganti dahi Poseidon yang berkerut dalam. "Benar karena aku ...."

"Ah, benar, bukan?!" Amfitrit menjentikkan jari sehingga membuat Poseidon menunda kalimatnya. "Ini terlihat jelas dari pakaianmu. Apa kau semacam prajurit yang dibawa oleh si Dewa Mesum itu?"

Poseidon sekarang semakin bingung.

"Oh, maaf, Tuan. Aku tak bermaksud untuk menghina rajamu. Namun, ya, itulah dia di mataku." Amfitrit tidak bisa menahan satu saja makian untuk Poseidon, bahkan di depan dewa itu langsung.

"Boleh aku tahu, mengapa kau sangat membenci dirinya?" Poseidon mungkin hanya akan melakukan hal ini sekali saja, karena jika bertemu orang yang sama seperti ini lagi, dia bersumpah akan segera melempar orang itu dari lautan.

"Kau tak tahu betapa buruk reputasinya?" Amfitrit membuka mulutnya tak percaya. Seolah berkata, ayolah, rajamu itu sangat buruk. Apa kau buta?

Poseidon mengangkat kedua bahunya. Dia mencoba menjadi pendengar yang baik meski kata-kata buruk itu terlontar untuk dirinya sendiri.

"Semalam seorang nimfa bercerita padaku bahwa Poseidon dengan paksa telah melakukan hal yang buruk padanya. Kau tahu semacam hal itu. Hal yang seperti itu." Amfitrit menekan nada pada kalimat terakhirnya seolah memberi kode yang sulit dijelaskan.

Poseidon mencoba menahan rona merah pada kedua pipinya. Dia tidak menyangkal yang dikatakan gadis itu. "Bagaimana kau tahu bahwa nimfa itu tidak berbohong?"

Amfitrit sekali lagi membuka mulutnya lebar. "Apa yang barusan kau katakan? Tentu saja, aku lebih percaya pada nimfa itu. Kau tahu bahwa Poseidon ingin berhubungan dengan kakaknya sendiri, Demeter. Bukan tidak mungkin dia akan melakukan hal yang sama pada siapa pun."

Poseidon sempat tercengang. Bahkan napasnya sedikit tersengal-sengal. Dia membutuhkan oksigen lebih. "Dari mana kau tahu rumor itu?"

"Rumor? Oh, ayolah, itu sudah bukan rahasia lagi." Amfitrit memutar kedua bola mata dengan seulas senyum tawar.

Poseidon merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya. Tidak salah lagi semua ini pasti ulah Hera.

"Kau belum pernah bertemu Poseidon?" Pria itu mulai mencari topik baru selain kisah cintanya yang buruk.

"Oh, Boy! Aku suka gayamu menyebut namanya. Namun, aku katakan padamu, jangankan bertemu, melihat punggung tubuhnya saja aku tidak mau." Amfitrit mengangguk-angguk yakin.

Tersungging senyuman di bibir Poseidon.

"Putri, sebaiknya Anda segera kembali ke ...." Dolphino datang tiba-tiba dan langsung menutup mulut melihat Poseidon berdiri di depan Amfitrit.

Amfitrit menoleh. Dia kebingungan melihat ekspresi Dolphino yang gugup. Seekor lumba-lumba dengan mata hitam membulat lebar dan ekor yang sedikit mengibas-ngibas menandakan kegelisahan.

"Dolphino, ada apa?"

"Putri, kau sudah bertemu dengannya," jawab Dolphino gugup.

Amfitrit mengangkat kedua bahunya. "Bertemu siapa?"

"Poseidon." Dolphino kemudian diam dan memberi penghormatan.

"Poseidon? " Amfitrit mengernyit.

"Poseidon?" Tiba-tiba matanya terbelalak. Dia menoleh ke arah pria yang sedari tadi di depannya dengan hati-hati.

"Poseidon!" tanpa sadar Amfitrit berteriak.

Poseidon tersenyum mencondongkan tubuhnya pada Amfritit hingga kedua netra mereka bertemu. "Aku Poseidon, si Dewa Mesum."




Jangan lupa klik bintang 🌟
See you next chapter
Author
Sandra milenia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro