Bagian dua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maaf baru sempat update.

Selamat membaca.

....

"Bagaimana Dha,  apa Mika sudah setuju untuk di bawa ke New York?" tanya Ina sahabat Ardha yang kini tengah berada di rumah Ardha.

"Dia tidak akan mau merepotkanmu Na," jawab Ardha dengan lesu.

"Biar aku yang temui. Boleh?" Ina menawarkan diri.

"Ah, boleh. Ayo aku antar." Ardha mengantar Ina ke kamar Mika.

Ardha membuka knop pintu kamar Mika. Terlihat sosok Mika yang sedang duduk di kursi roda menghadap ke balkon dan membelakangi arah pintu kamar.

Ardha berjalan mendekat ke Arah Mika. Dia menyentuh pundak Mika dan mendapat respons dari Mika dengan menolehkan keplanya ke samping.

Kemudian Ardha memutarkan rubik yang di tangan Mika sehingga warna rubiknya tidak beraturan.

Mika tidak tahu apa yang dilakukan Ardha pada rubiknya namun saat ia merasa rubiknya sudah berada kembali di genggamannya dia menyadari sesuatu ada yang ingin Ardha sampaikan kepadanya. Untuk prihal apa dia pun tidak tahu, yang di pikirannya mungkin prihal pengobatan lagi.

Kemudian Ardha menjauh lalu Ina mendekat dan memutarkan kursi roda Mika lalu mendorongnya mengarah tempat tidur. Setelah sampai di dekat tempat tidur Ina duduk di tempat tidur menghadap Mika.  

Ina mnaruh rubik yang berada di tangan kanan Mika di atas kasur kemudian membuka telapak tangan Mika dan  melukiskan huruf di atasnya menggunakan jarinya.

Mika tidak mengerti apa yang dilakukan Ardha, ya dia pikir orang di hadapannya masih Ardha.

Mika merasakan ada jari yang terus bergerak di atas telapak tangannya membentuk rangkaian beberapa huruf.

S A Y A
I N A

Mika menghentikan jari yang sedari tadi bergerak di telapaknya, Mika tahu ternyata di hadapannya saat ini bukanlah Tantenya Ardha tetapi perempuan yang bernama Ina.

Siapa Ina? Itu adalah pertanyaan yang ada di pikiran Mika saat ini.

Kemudian Melepaskan jari Ina memberi isyarat agar Ina melanjutkan apa yang akan dikatakannya. 

S A Y A
T E M A N
T A N T E  M U

Pertanyaan Mika akhirnya menemukan jawabannya.

S A Y A
B E R N I A T
M E M B A W A  M U
K E  N E W Y O R K
U N T U K
P E N G O B A T A N  M U

Mika kembali menghentikan pergerakan jari-jari Ina lalu menjauhkan tangan Ina dan Mika berniat memutar kursi rodanya untuk pergi dari hadapan Ina saat ini.

Namun di tahan oleh Ina. Tetap saja Mika tidak ingin di tahan sampai akhirnya Ardha yang dari tadi berada di belakang mereka pun menghampiri Mika dan memeluk Mika dengan erat.

"Tante mohon sayang, tenanglah dulu," ujar Ardha.

Mika merasa tubuhnya dipeluk. Dia yakin yang memeluknya bukanlah orang bernama Ina tadi melainkan tantenya sendiri. Ardha.

Air mata mengaliri pipi Mika, napasnya tersengal-sengal. Ia tidak ingin ke New York karena itu akan merepotkan orang banyak bahkan orang lain seperti Ina pun akan direpotkan juga.

Selang beberapa menit Mika sudah normal kembali, dia tidak menangis lagi dan napasnya pun sudah teratur.

Ina kembali mendekat dan tangannya membuka kembali telapak tangan kanan Mika lalu kembali melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan tadi. Mika menolak, Ardha menggenggam tangan kiri Mika sebagai isyarat untuk menuruti apa yang akan Ina lakukan. Mika menyadari itu dan akhirnya membiarkan Ina melukiskan kata-kata kembali di telapak tangannya.

K A M U
T E N A N G
S A J A

S E M U A
P E N G O B A T A N  M U
T A N T E  Y A N G  T A N G G U N G

A N A K  T A N T E  K E R J A  D I 
S A L A H  S A T U  R U M A H  S A K I T
D I  S A N A

K A M U  M A U ?

Ina mengambil rubik yang ia letakan tadi dan memberikannya kepada Mika.

Mika mengerti apa maksud Ina, Ina ingin jawaban dari Mika melalui rubik ini.

Mika memutar rubik tersebut berulang-ulang sampai setelah 5 menit kemudian Mika behenti mengutak-atik rubik tersebut dan rubik itu telah tersusun dengan setiap bagian yang warnanya sudah sama.

Ina menoleh ke arah Ardha.

"Dia tidak mau, Na," kata Ardha.

Bukan itu jawaban yang Ina inginkan. Dia kembali menggenggam tangan Mika agar Mika memikirkan tawarannya sekali lagi.

Mika yang merasa tangannya di genggam erat pun menyadari bahwa jawabannya bukanlah hal yang di inginkan Ina.

Namun tetap saja Mika tidak ingin ke New York. Di sana dia akan sangat merepotkan keluarga Ina, cukup keluarga Ardha saja yang ia repotkan selama ini.

Ina melihat ekspresi Mika yang tak akan mengubah keputusannya. Dia melepaskan genggamannya dari tangan Mika dan berdiri lesu. Keputusan Mika tetap sama, Tidak.

"Terimakasih Na, sudah mau membantu," ujar Ardha saat Ina berdiri.

Ina tersenyum lalu mengelus rambut Mika dan berniat ke luar dari kamar Mika.

Saat Ina sudah berada di ambang pintu suara Ardha menghentikan langkahnya.

"Na, tunggu."

Ina membalikkan badannya ke arah belakang.

Ardha mendorong kursi roda Mika mendekati Ina.

Ina yang melihat itu pun sedikit bingung apa yang ingin Ardha sampaikan kepadanya. Tapi, saat matanya tertuju ke Mika dia tersenyum lalu duduk untuk menyetarakan wajahnya dan wajah Mika.

Ina memeluk Mika sambil mengelus rambut Mika. Ina sangat ingin memiliki anak perempuan.

"Mika mengubah keputusannya Na," ujar Ardha tersenyum.

"Iya Dha," jawab Ina tersenyum bahagia. Ina yakin Mika akan sembuh di New York dan akan kembali normal seperti sebelumnya.

Rubik yang tadi tersusun sama warna di setiap bagiannya kini sudah teracak kembali. Mika mengubah keputusannya dia bersedia untuk ke New York.

Mika berpikir di New York dia akan sembuh lalu membalas semua kebaikan orang-orang yang sudah banyak ia repotkan selama ini.

"Besok kami akan pulang ke New York," ujar Ina dan mendapat anggukan dari Ardha.

"Biar Mika aku yang jemput besok, siapkan saja barang-barangnya," kata Ina.

"Iya, aku titip Mika ya, Na. Kalau ada apa-apa nanti hubungi aku," jawab Ardha.

"Pasti." Ina tersenyum.

....

Di publish 08 Oktober 2019

Salam
Nunik Fitaloka


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro