4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Everything will be okay ~ katanya...

.

.

🐱

**

Semua terasa kaku bagi Yoongi, kembali ke kotanya dan sekarang berdiri di depan pintu pagar jeruji bercat hitam yang tinggi. Tumbuhan yang Yoongi tak tahu masing-masing namanya sekarang tumbuh lebat dan rindang, menaungi pelataran rumahnya yang menurutnya cukup untuk berlarian anak kelinci.

Berulang kali ragu ingin memencet bel pintu rumahnya, Yoonji sedang tidak pulang. Sudah dipastikan hanya ada sang ibu yang sedang bersantai, mungkin.

Menghela napas berat, Yoongi memencet bel rumahnya. Layar intercom menampilkan sosok wanita paruh baya yang terlihat bugar, tanpa sadar Yoongi tersenyum.

"Ibu, ini Yoongi." ujar Yoongi lirih.

"Ah... Sebentar, ibu buka gerbangnya." ujar sang ibu, tak lama suara pintu rumah terbuka.

Dengan senyum bahagia, sang ibu menyambut kepulangan anak keduanya. Anak yang jarang memberi kabar, tetapi selalu rajin menitipkan buah tangan melalui Yoonji. Ia masih Yoongi yang dulu.

"Kau sehat nak?"

"Sehat, bagaimana ibu dan ayah? Tidak stres kan karena dua anaknya jarang ada di rumah?"

"Tidak... Ibu dan ayah bahagia, Yoonji juga sering pulang kalau dia sedang mau."

"Anak itu..."

"Hahaha... Ayo masuk, ayah sedang pergi ke tempat paman Choi untuk panen anggur. Ternyata benar firasatnya semalam." ujar sang Ibu sembari menggiring anaknya masuk lalu mengunci pintu gerbang.

.

.

Sudah waktunya makan siang, ayah Yoongi sudah kembali sembari membawa satu boks berisi anggur. Ia masih abai akan suasana rumahnya yang berbeda, tidak biasanya suara televisi menyala tetapi ada orang yang beraktivitas di dapur.

"Oh..." pekiknya pelan saat melihat anak lelaki bungsunya sedang sibuk memasak.

"Ayah akan membersihkan diri dahulu, nanti kita mengobrol." ujar sang ayah berlalu sebelum sempat Yoongi berbicara.

Yoongi menggelengkan kepalanya, melanjutkan acara memasaknya. Tidak banyak menu, tetapi cukup untuk bertiga.

Pulang ke rumah dan menjadi koki itu adalah sebuah kesenangan bagi Yoongi. Ibunya sudah berpesan agar memasak sayuran saja dan tumis daging, menu sayuran harus selalu hadir jika mereka makan bersama.

"Kakak sejak kapan ingat rumah?" tanya Yoonji.

Nah, satu musuh abadi dalam rumahnya sendiri sudah datang.

"Memang kenapa, kan ini rumahku juga." jawab Yoongi santai.

"Ibu, lain kali kalau manusia bernama Min Yoongi kembali kesini. Katakan padanya, kita tidak kenal dia." ujar Yoonji lalu berlalu ke kamarnya.

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya, sudah tidak kaget dengan tingah laku musuh tetapi sayang ala Yoongi dan Yoonji.

.

.

Makan siang hari itu berjalan khidmat, suara adu sendok antara Yoongi dan Yoonji tetap terjadi. Ayah dan ibunya seperti diajak bernostalgia, karena hanya sulung yang tenang. Kedua adiknya adalah sumber keramaian rumah ini.

"Ayah, kata ibu dirimu membawa anggur dari kebun paman Choi." ujar Yoonji.

"Ah iya, sudah ayah simpan di lemari es setelah dibersihkan kakakmu tadi. Nanti makanlah." jawab sang ayah antusias.

Jarang rumahnya ramai, biasanya hanya Yoonji yang ada di rumah. Cucunya juga hanya sekali sebulan ke rumah bersama anak dan menantunya. Setidaknya masih ada dua orang yang suka tiba-tiba pulang.

"Ah, aku akan menelpon kembar. Mereka pasti akan merengek jika melihat paman Yoongi~ berada disini." ujar Yoonji sembari meledek sang kakak.

Oh tentu saja, dua keponakannya tersebut sangat dekat dengan Yoongi padahal dia jarang pulang.

"Bibi Yoonji..." panggil keduanya.

"Halo ganteng dan cantik. Kalian sedang apa?" tanya Yoonji.

"Sedang makan buah, tadi kami makan malam menggunakan sayur wortel." adu Aera.

"Kereeennn... Ah iya, siapa yang rindu paman Yoongi?"

"Aku... Aku..." terdengar suara saling berebut diantara keduanya.

Yoongi menerima ponsel Yoonji, menatap dengan senyum tertahan melihat dua keponakannya berebut ponsel.

"Ahn Jun dan Aera, apa sudah selesai?" tanya Yoongi.

"Paman, aku ke rumah nenek ya malam ini. Aku minta ayah antarkan." rengek Ahn Jun.

"No... Ahn Jun masih bersekolah besok, paman tidak suka kamu bolos." tolak Yoongi.

Raut cemberut tergambar jelas di layar ponsel, sebenarnya Yoongi juga rindu dua keponakannya. Tetapi, ia tidak mau sampai membuat keduanya membolos.

"Bulan depan paman janji pulang lagi."

"Benar ya...?" tanya Aera meragu.

"Iya.. Kalian lanjutkan makannya, besok telpon ke paman saja ya. Salam untuk ayah dan ibu." tutup Yoongi.

Mereka akhirnya saling berpamitan dan menutup telpon, menolak berbicara dengan kakek atau neneknya. Sudah bosan katanya.

.

.

Disinilah Yoongi sekarang, di ruang terbuka lantai dua rumahnya. Angin malam yang berhembus sedikit dingin membuat bergidik. Yoonji menghampiri sembari membawa segelas cokelat hangat.

"Orang tuanya tahu kau disini?" tanya Yoonji on point.

Yoongi mengangguk, menyesap pelan cokelat hangat yang dibawa. Marshmellow manis kesukaan Aera berada di gelasnya.

"Aku harap setelah ini mereka berpikir ulang, Yoora bukannya terbayangi dirimu jika ingin melangkah. Ia tidak merasa bebas padahal kau tidak melarang, karena orang tuanya yang membuat segalanya menjadi rumit."

"Yoonji, setidaknya kau tahu bagaimana cerita sesungguhnya. Aku sudah bersyukur atas itu. Jadi, sekarang apa kau benar sedang dekat dengan temanku?" ganti Yoongi mengintrogasi.

"Oh, hanya dekat. Karena kami satu UKM. Aku juga lumayan dekat dengan Tae. Jadi, tuan produser. Jangan mengambil kesimpulan sesaat, okay." ujar Yoonji sembari menepuk bahu sang kakak lalu beranjak masuk ke kamar.

.

.




**




Annyeong chingu~

Bagaimana kabarnya di hari menuju satu bulan stay@home?
Semoga sehat selalu ya dan tidak terkena stres..

Sekali lagi, maafkan untuk typo dan kekeliruannya. Silahkan di koreksi jika ada yg tidak sesuai. Ok!

Ah ya, aku juga terbuka akan kritik dan saran dari kalian. Itu akan sangat membantuku saat penulisan cerita ini atau another Yoongi di universe saya yang lain.

Penutup, borahae 💜
11420

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro