Hanazono's Land || Tae

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng







Cuaca hari ini cerah. Hari yang indah, pikirmu. Semilir angin musim semi menerpa wajahmu di tengah perjalanan menuju studio musik CiRCLE.

Kau memutuskan untuk melakukan sedikit latihan demi meningkatkan permainan gitarmu. Kemampuan bermusik teman-teman bandmu yang lain semakin meningkat dan hal tersebut membuatmu tambah yakin untuk lebih giat lagi dalam berlatih. Kau tipikal orang yang tidak mau kalah dari orang lain sehingga wajar sekali jika pemikiranmu seperti itu.

Setelah lama berjalan sambil menenteng tas berisi gitarmu yang berat, kau akhirnya sampai juga di studio CiRCLE. Marina ternyata pintar sekali dalam menjaga tempat ini. Makin hari, tempat ini makin rapi saja rasanya.

Kau mendorong pintu depan lalu memasuki CiRCLE dengan santai. "Selamat datang," sambut Marina ketika melihatmu memasuki tempat ini. Kau hanya tersenyum sembari menghampirinya yang tengah berdiri di belakang meja depan.

"Ah, (Y/N), mau menyewa satu ruangan untuk hari ini?" tanya Marina.

Wanita itu menatapmu sekilas lalu mulai membalik halaman di buku catatannya. Matanya menelusuri baris demi baris buku tersebut demi mencari ruangan mana yang masih kosong dan belum dipakai oleh orang lain.

Ia berhenti setelah membaca keseluruhan catatan pengunjung hari ini. Dengan wajah sedih, ia kembali menatapmu dan berkata, "Sayang banget, (Y/N). Semua ruangan sedang dipakai saat ini. Ruangan pertama bisa kamu masuki satu jam lagi dan kamu bisa nunggu agak lama kalau memang benar-benar mau memakainya. Sekali lagi, kami minta maaf atas ketidaknyamanan ini!"

Kau kebingungan antara harus menunggu selama kurang lebih satu jam di sini atau pergi. Setelah ini, dirimu masih memiliki janji dengan rekan-rekanmu yang lain demi membahas single terbaru kalian. Lagipula, jika kau masih kekeuh untuk menyewa ruangan itu, waktumu untuk berlatih hanya sedikit dan uangmu akan terbuang banyak.

Masalahnya, tanganmu benar-benar gatal untuk memetik senar gitar saat ini.

Setelah lama terdiam, Kau akhirnya mendapat ide cemerlang. "Marina-san, siapa saja yang menyewa ruangan-ruangan itu?" tanyamu pada akhirnya.

Rencananya, kau berniat untuk menyewa ruangan yang sama dan dalam waktu yang sama dengan salah satu penyewa. Dalam kata lain, kau memiliki ide untuk saling berbagi ruang dan membayar biasa sewa setengah dari harga normal.

Marina tampak kebingungan namun langsung memeriksa buku catatannya. "Ruangan pertama disewa oleh band A. Ruangan kedua sampai kelima disewa oleh Natsuki, Satoka, Chu2, dan Tae," jawabnya cepat.

Kau kembali memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika kau memutuskan untuk berbagi ruangan dengan salah satu dari kelima penyewa tersebut.

Kau sudah pasti tidak akan memilih ruangan pertama. Sudah jelas bahwa dirimu tidak akan diterima oleh band tersebut. Kau mungkin hanya akan dianggap sebagai pengganggu oleh mereka.

Kau bahkan tidak mengenal siapa gerangan penyewa di ruangan kedua dan ketiga itu. Kalau pun dirimu nekat untuk membagi ruangan dengan kedua gadis tersebut, latihanmu akan diselimuti oleh atmosfer canggung luar biasa.

Ruangan ketiga ... ah, tentu saja tidak. Chu2 tidak akan memperbolehkanmu memasuki ruangannya. Lagipula, saat ini dirimu juga sedang tidak mau berdebat dengan gadis pendek dan menyebalkan itu. Ruangan keempat gagal memenuhi kriteriamu.

Sisanya tinggal ruangan kelima. Untungnya, ruangan tersebut disewa oleh salah satu teman sekelasmu. Tae. Yah ..., walau kadang gadis tersebut bisa menjadi gila, kau masih merasa lebih mending untuk menghabiskan waktu berlatih dengannya dibandingkan dengan empat penyewa yang lain.

Kau akhirnya selesai menentukan pilihan. Kau kembali mendekati Marina dan mengutarakan idemu kepadanya.

Untungnya, wanita pemilik studio satu ini setuju. Ia memperbolehkanmu berbagi ruangan bersama Tae. Kau merasa senang dan bergegas menuju ruangan kelima.

Dari luar pintu ruangan nomor lima, Kau sudah bisa mendengar sayup-sayup suara petikan gitar listrik. Saat kau mengintip sekilas lewat kaca tembus pandang yang ada di pintu, kau bisa melihat Tae sedang memangku gitar biru kesayangannya.

Kau menunggu waktu yang tepat untuk mengetuk pintu tersebut. Sudah jelas sekali bahwa kau tidak ingin mengganggu permainan gitarnya kali ini. Rencananya, saat ia sudah berhenti memetik senar gitarnya, maka pada saat itu pula kau akan mulai mengetuk pintu yang ada di depanmu.

Waktunya akhirnya telah tiba. Gadis berambut hitam lurus itu berhenti sejenak untuk beristirahat. Ia menaruh gitarnya, berjalan menuju tasnya, dan mengambil botol air minum dari dalam benda tersebut.

Kau mulai mengetuk pintu dengan pelan. Tae sadar dan melirik ke arah pintu masuk. Ia kembali memasukkan botol minumnya ke dalam tas dan berjalan ke arah pintu ruangan.

Pintu terbuka dan kau bisa melihat Tae tengah berdiri di hadapanmu. Gadis yang saat ini sedang memakai hoodie berwarna biru dan jeans hitamnya itu memiringkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Ooh, (Y/N). Kenapa ke sini?" tanyanya dengan nada datar.

Kau menjawab bahwa dirimu ingin ikut berlatih dengannya. Kau juga mengiming-iminginya keuntungan dengan hanya membayar setengah dari biaya sewa normal.

Tae memasang raut wajah tertarik. Ia tersenyum lebih lebar dan matanya berbinar. "Eh, bisa, bisa. Kamu tuh pinter juga rupanya, ya, (Y/N)," pujinya.

Singkatnya, setelah selesai melakukan negosiasi kecil dan Tae menyetujui usulanmu, kalian berdua mulai berlatih gitar bersama-sama.

Semakin lama dirimu berlatih dengan gadis itu, semakin sadar pula lah dirimu tentang betapa seriusnya gadis itu jika berurusan dengan bermain gitar. Padahal, dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah, ia sama gilanya dengan Kasumi.

"Haaahh ... aku beruntung kamu mau latihan bareng di sini. Aku kurang suka kalau harus disuruh main gitar sendirian."

"Lah, kenapa gak ngajak Arisa atau temanmu yang lain?"

Gadis bermanik hijau itu berhenti memetik senar gitarnya. "Tadi udah aku ajak sih sebenarnya. Tapi, tadi pagi, saat aku memegang rambut kuncir kudanya dengan sengaja sambil berkata bahwa rambutnya mirip sekali dengan telinga kelinci, dia tiba-tiba aja marah ke aku terus boom! Batal. Gak jadi datang ke sini. Hng, padahal aku gak salah apa-apa, loh."

Kau menepuk dahimu pelan. Ternyata, mau bagaimana pun seriusnya gadis itu saat sedang bermain gitar, benih-benih kegilaan masih ada di jiwanya.

"Ah, aku juga sempat berpikir mau mengajak seseorang lagi untuk menemaniku." Ia melanjutkan ucapannya.

"Siapa?"

"Kelinci-kelinci aku di rumah."

"Itu bukan seseorang."

"Ya gitulah. Aku yakin, kalau aku mengajak mereka ke studio ini, pasti mereka akan bertepuk tangan setiap kali aku memainkan lagu untuk mereka. Sayangnya, gak bakalan dibolehin sama Marina-san. Padahal, mereka gak ganggu orang lain, loh. Huufftt."

Pemikiranmu tadi seratus persen benar adanya. Gadis ini memang gila dalam konteks yang berbeda. Eksentrik dan selalu berpikir di luar nalar. Namun, hal itulah yang membuatmu bisa bersahabat dengannya.

Tae kembali memainkan gitarnya. Kau yang sudah jauh-jauh datang ke tempat ini juga tidak akan mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berlatih bermain gitar.

Sesekali gadis berambut panjang itu bertanya kepadamu perihal kunci dan bagian-bagian lagu yang tidak ia mengerti. Begitu pun sebaliknya. Ia menjadi mentor dan murid yang baik dalam waktu bersamaan.

Kau benar-benar merasa bersyukur karena sudah memutuskan untuk datang ke CiRCLE hari ini. Jika tidak, mana mungkin dirimu bisa mendapatkan kesempatan berharga ini lagi.

"Ah, dari dulu, aku juga selalu bermimpi untuk mengajakmu mengunjungi Taman Bermain Hanazono."

"Hah?" Kau menoleh setelah mendengar kata 'Taman Bermain Hanazono'. Ah, dia sedang berkhayal lagi rupanya, pikirmu.

"Di sana, kita bisa masuk ke dalam kebun binatang yang isinya penuh sama kelinci. Kita bisa naik komedi putar kelinci, berjalan sambil makan permen kapas merah muda dengan bentuk kayak kelinci, lalu mengakhiri hari dengan melihat matahari terbenam di Bukit Kelinci."

"Kamu kayaknya benar-benar suka sama kelinci, ya," responmu. Tae mengangguk dengan bersemangat sembari tersenyum.

"Ya, gitu, deh."

"Tapi, emangnya tempat kayak gitu benar-benar ada di dunia nyata?"

"Ada, kok, ada. Kokoro kayaknya tertarik saat aku ngomongin tentang tempat ini sama dia kemarin. Jadi, kamu mau, kan?"

Kau tidak tahu lagi harus berkata apa. Terkadang, imajinasi gadis satu ini benar-benar berbeda dengan imajinasi gadis sekolahan pada umumnya. Pemikirannya berada di atas rata-rata jika menyangkut tentang kelinci.

Kau mengulas senyum kecil lalu berkata, "Tentu saja."

Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro