Melihat Bintang || Kasumi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng







Kau sedang bersantai di kantin sambil menyantap bento dengan lauk sosis goreng kesukaanmu. Dengan khidmat, kau mulai menyuapkan bekalmu satu per satu. Waktu istirahat masih lama dan kau masih bisa bersantai-santai setelah ini.

Tak terasa, bekal yang kau punya sudah habis. Kau sudah merasa kenyang dan butuh sentuhan terakhir untuk mengakhiri waktu istirahatmu. Sebuah makanan penutup!

Kau berpikir bahwa roti melon dan susu rasa stroberi adalah hiasan sempurna untuk makan siangmu kali ini. Jadilah, kau beranjak dari tempat dudukmu dan berjalan menuju salah satu stand penjual.

Setelah memilih dengan cermat demi membandingkan roti melon mana yang paling besar dan membayar dengan cepat, kau pun kembali ke tempat dudukmu. Tangan kirimu memegang roti melon manis yang kau makan sembari berjalan, sedangkan tangan kananmu menggenggam sekotak susu stroberi.

Kau akhirnya sampai ke tempat dudukmu tadi. Harusnya, tempat itu masih kosong. Namun, apa yang kau lihat justru berbanding terbalik dengan perkiraanmu.

Di bangkumu, sudah duduk seorang gadis dengan rambut telinga kucingnya. Itu adalah Kasumi, kenalanmu dari kelas 2A.

Kau mendatanginya dengan cepat. "Oi, kenapa kamu duduk di sini?" tanyamu pada akhirnya.

Kasumi menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiranmu. Mata ungunya membulat dan detik selanjutnya, ia cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Hehe, aku gak nemu tempat duduk lain selain di sini," ucapnya tanpa merasa bersalah.

Kau berkacak pinggang dan memasang tampang mengusir. "Enggak lihat ada kotak makan siangku di sini?"

Kasumi mengangguk cepat. "Iya!" jawabnya semangat. Bukannya menyesal, gadis berambut coklat itu malah tetap menduduki bangkumu.

Kau menepuk dahimu frustasi. Gadis di depanmu ini benar-benar ajaib. Sudah jelas sekali kalau dia tahu bahwa bangku yang seharusnya kau duduki sekarang tidak kosong sebelumnya.

"Mana rombonganmu yang lain?" tanyamu pada akhirnya. Kau mengambil tempat duduk di sebelahnya dan mulai meminum susu stroberimu.

Kasumi lemas. Ia meletakkan kepalanya di atas meja. "Mereka semua ada di kelas. Huaa, kalau aja Asuka teriak-teriak lebih pagi, aku pasti gak bakalan lupa bawa bekal ke sekolah. Karenanya, aku pergi ke sini untuk membeli makanan. Tapi, ya gitu."

"Apanya?"

Kasumi kembali melanjutkan. "Aku gak dapet bangku kosong selain punyamu. (Y/N), izinin aku duduk di sini. Ya, ya, ya?"

Gadis itu mendekatimu dan memasang wajah memelasnya. Matanya berkaca-kaca dan pipinya mengembung.

Kau tidak kuasa melihat pemandangan seperti ini. Wajah memelas gadis di depanmu ini benar-benar menghipnotismu.

Kau mengembuskan napasmu panjang. Pada akhirnya, kau mengizinkan gadis itu untuk mengambil tempatmu. Tak apalah, pikirmu. Asalkan bisa tetap duduk, kau tidak masalah walau harus berada di samping Kasumi. Lagipula, dia cukup manis dan menarik.

Kasumi merasa luar biasa senang. Ia hampir saja melompat dan memelukmu sebelum kau menghentikannya.

Kau menasehatinya agar tidak membuat keributan besar di kantin ini. Halaman depan majalah sekolah yang berisi foto kalian berdua saat tengah berpelukan bukanlah topik yang menarik untuk dibaca.

Kasumi kembali cengengesan. Ia mengurungkan niatnya dan duduk dengan rapi setelah diberitahu seperti itu. Kau mengecek jam tanganmu dan mendapati bahwa waktu istirahat tinggal lima menit lagi.

Kau melirik Kasumi yang duduk di sebelahmu. Kau merasa bingung karena ia tidak membawa makanan apa-apa. "Mana makananmu?" Kau bertanya untuk memastikan.

"Gak ada. Aku baru ingat kalau aku juga lupa bawa uang saku, hehe."

Kau terkejut. Jika gadis itu tidak makan siang, sudah pasti ia akan lemas dan tidak bisa mengikuti pelajaran selanjutnya. Unit kesehatan sekolah bukanlah tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu.

Kau teringat kalau dirimu masih menyimpan sepotong onigiri di dalam kotak bekalmu. Kau mengambilnya dan menawarkannya kepada Kasumi.

"Nih, ambil," tawarmu.

Kasumi menolak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata, "Ah, gak usah, gak usah. Aku gak laper, kok. Serius."

Bersamaan dengan mulutnya yang berbunyi, perutnya tak mau kalah untuk mengeluarkan suara. Jelas sekali ia lapar.

Kasumi malu-malu karena kebohongannya terbongkar. Kau kembali menyodorkan onigiri isi tuna mayo itu kepadanya dan dengan ragu, gadis berambut coklat itu menerimanya.

"Terima kasih banyak, (Y/N)!"

Kau tersenyum puas. Setidaknya, gadis itu tidak kelaparan lagi setelah ini. "Halah kamu pura-pura tadi, ya?"

Kasumi menoleh. Bekas nasi masih ada di sudut kiri bibirnya. "Aku emang gak mau, kok!"

"Asuka pernah menonton film pembunuhan tentang seorang pembunuh yang meracuni makanan yang akan ia berikan kepada orang lain. Bisa aja kau juga seperti itu."

"Heh!"

Kasumi tertawa kecil. "Enggak, deng. Canda," timpalnya. Ia kembali melahap onigiri yang Kau berikan kepadanya. "Tapi, terima kasih banyak! Karena kamu, aku jadi gak kelaparan lagi. Dan lagi, sebagai tanda terima kasih, aku mau kasih kamu satu lagu."

"Enggak usah, deh, terima kasih." Kau menolak dengan cepat. Entah sudah berapa kali kau terpaksa mendengar lagu yang ia buat. Suaranya memang ajaib, namun liriknya selalu berakhir seperti sebuah lagu yang ditulis oleh seorang pemabuk.

"Kalau gitu, nanti malam ke taman, yuk! Aku mau melihat bintang!"

Kau mengerutkan dahimu setelah mendengar kata 'bintang'. Lama dirimu berpikir hingga akhirnya dirimu ingat bahwa dia selalu menunggu kesempatan untuk melihat bintang di langit malam.

"Baiklah."

••••

Jarum panjang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Udara di luar lumayan dingin karena bulan depan sudah memasuki musim dingin. Kau mengenakan syal yang kau beli di pusat perbelanjaan bulan lalu.

Kau berjalan keluar, mengunci pintu apartemen dengan telaten, lalu bergegas menuju taman kota. Kau berencana untuk datang lebih awal agar tidak membuat Kasumi menunggu.

Ah, kau juga tidak lupa untuk mampir sebentar ke minimarket yang ada di lingkunganmu. Keripik dan kola merupakan kombinasi maut untuk menghabiskan malam sambil melihat bintang.

Kau akhirnya sampai di taman kota. Dirimu melihat beberapa pasangan sedang berkencan, mengambil swafoto, atau sekedar duduk-duduk saja untuk menikmati suasana musim gugur bulan November.

Kau menuju ke titik temu yang sudah kalian berdua sepakati dan menunggu Kasumi di sana. Tak butuh waktu lama bagimu untuk menunggu karena beberapa saat kemudian, Kasumi datang.

Gadis itu memakai kemeja berbalut jaket merah tebal dan rok panjang bergelombang. Ia juga memakai jepit rambut berbentuk bintang, salah satu aksesoris favoritnya.

Kau melambaikan tangan dan dibalas dengan senyuman olehnya. Gadis itu berlari kecil menujumu dan singkat cerita, kalian berdua duduk dan memandangi langit malam berbintang.

"Kenapa kamu suka banget sama yang namanya bintang, sih?" tanyamu. Sebenarnya, sudah dari dulu kau mau menanyakan pertanyaan ini kepadanya.

Kasumi menoleh. Ia terlihat berpikir sebentar dan ketika sudah menemukan jawaban, ia kembali menoleh ke arahmu.

"Enggak ada alasan yang pasti, sebenarnya. Tapi, aku mau jadi seperti bintang yang bisa bersinar di langit malam. Bintang juga punya satu getaran di intinya dan itu akan bertahan lama selama beberapa generasi sampai akhirnya ia berhenti. Aku juga mau musikku kayak gitu. Menghidupi jiwa orang lain dalam waktu yang lama."

Kau terdiam, berusaha mencerna perkataannya. Kau juga sedikit tidak percaya karena gadis itu bisa tiba-tiba menjadi sebijak ini.

"Tapi," ucap Kasumi tiba-tiba. Ia menoleh untuk yang kesekian kalinya ke arahmu. "Aku juga menemukan satu hal lagi tentang bintang."

"Apaan?"

"Galaksi bisa aja punya jutaan bintang. Tapi, bagiku, satu bintang aja udah cukup. Kamu, hehe."

Bersamaan dengan itu, sebuah bintang jatuh dan pipimu bersemu semerah inti bintang.

Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro