Bab 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wajah Gayatri memucat, rasanya kepalanya ingin meledak saja saking pusingnya. Gadis itu memegang kepalanya. Tenggorokannya terasa sangat kering, sehingga memicunya batuk-batuk. Kalau bisa Gayatri ingin mencopot kepalanya saja saking mengganggu dirinya.

"Kak? Batuknya nggak sembuh-sembuh? Dari kemaren-kemaren loh kamu batuk-batuk, kak," tanya Afdan, asisten apoteker lainnya.

"Iya, nggak tahu deh," jawab Gayatri pelan. Dia sedang tidak ingin menjelaskan panjang lebar saat ini. Dia paham ini kemungkinan karena dia sering minum-minuman dingin dan manis hal itu bisa jadi pemicu dirinya batuk-batuk, selain itu cuaca yang sedang dingin bisa juga menjadi pemicu untuknya batuk. Sayangnya hal ini bisa membuat tatapan curiga kepadanya, sebab virus corona masih ada dan salah satu gejalanya adalah batuk-batuk.

"Afdan, gejala covid-19 itu apa aja?" tanya Gayatri balik. Dia sudah merasa mendingan daripada tadi.

"Demam, batuk, pilek, sakit kepala, lemas, mual, muntah, diare, sesak napas, anosmia dan ageusia."

"Anosmia dan ageusia itu apa? Bisa dijabarkan?"

"Anosmia itu gangguan pada indera penciuman yang cukup mengganggu, ageusia itu mengganmbarkan kondisi hilangnya fungsi indera pengecapan secara total."

"Kalau ada pasien nanya covid-19 itu apa? Kamu akan jawab seperti apa?" tanya Gayatri lagi.

"Covid-19 atau coronavirus itu penyakit yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Coronavirus baru ditemukan sejak kejadian luarbiasa di Wuhan, Cina pada Desember 2019. Kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau disingkat SARS-COV19. COVID-19 ini disebabkan oleh SARS-COV2 yang masuk dalam keluarga besar coronavirus.  Gejala umumnya berupa demam lebihd dari 38 derajat celcius, batuk kering, sesak napas. Jika orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium."

"Oke. Bagaimana seseorang bisa terinfeksi COVID-19?"

"Cara penularannya bisa melalui tetesan kecil atau droplet yang dikeluarkan saat seseorang batuk atau bersin. Banyak orang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti batuk ringan atau tidak mengeluh sakit, yang mungkin terjadi pada tahap awal penyakit."

"Oke, dari sini kita bisa simpulkan kalau sebaiknya menggunakan masker untuk melindungi diri dan orang lain. Jika tidak ingin melindungi diri karena merasa tidak sakit, setidaknya bisa pikirkan orang tua yang memiliki resiko lebih tinggi dan perlu dijaga. Semoga saja bisa diberikan pencerahan dan diketuk hati nuraninya supaya lebih bijak lagi dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat."

Tidak ada jawaban, hanya anggukan sebagai respon.

"Kalau ada yang bertanya bagaimana mencegah penularan COVID-19, terus apa yang kalian jelaskan?"

"Cara pencegahannya bisa dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, rutin berolahraga, mengonsumsi multivitamin, minum air putih yang cukup, istirahat yang cukup dan hindari stress."

Gayatri mengangguk. "Iya benar. Oke, terima kasih Afdan."

Afdan mengacungkan jempol dan kembali ke ruang belakang, tempat dilakukan kegiatan meracik.

Gayatri menghela napas, rasanya dunia berputar di hadapannya. Perasaannya campur aduk, wanita ini kini memijit kepalanya dan menyandarkan badannya. Lelah dengan apa yang sedang dilakukannya, dia ingin pulang dan memeluk Nehemia erat. Dia merindukan pria itu.

"Aya, kamu udah minum obat?" tanya Niskala sembari mendekatinya.

Gayatri meliriknya dari ekor matanya dan memejamkan matanya lagi. "Udah minum obat batuk sama obat radang."

"Obat pusing? Kamu nggak minum paracetamol tablet?"

"Nggak, kenapa?"

"Kamu pusing. Kok malah nanya kenapa, sih?" omel Niskala lagi.

Wanita itu tidak menjawab pertanyaan, atau lebih tepatnya omelan Niskala. "Semakin kamu ngomel, kepalaku makin sakit. Kamu diem aja, boleh kah?"

Gayatri sedang berusaha menahan dirinya sendiri, dia tidak mau lepas kendali dan mengeluarkan emosinya begitu saja. Dia tidak tahu kapan membutuhkan orang lain, sehingga dia harus memastikan relasi dengan orang lain tidak rusak karena ucapan semata. Sesakit apapun yang dirasakan Gayatri dia akan berusaha untuk tidak kelepasan lagi. Hal berbahaya jika dilakukan.

"Apa yang buat kamu pusing gini? Banyak yang kamu pikirin?" Niskala masih setia dengan pertanyaannya, dia penasaran dengan kehidupan Gayatri sekarang.

"Nanti aku kabarin, sekarang nggak dulu ya."

Niskala mengangguk paham dan kembali ke belakang. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, Gayatri pun tidak ingin tahu.

Tidak lama kemudian terdengar nada pesan masuk dari ponselnya. Wanita ini tersenyum dan mengusap layar ponselnya.

Nehemia

Hai sayang, kamu lagi apa? Is everything good? Are you okay, sweetheart?

Seakan-akan Nehemia tahu ada sesuatu yang terjadi padanya, seakan-akan perasaan mereka saling terhubung. Gayatri selalu berharap dan berdoa mereka akan bersama selamanya, hingga maut memisahkan. Dia sudah lama menyukai Nehemia, selama itu pula dia tidak pindah kelain hati. Terlalu sulit untuk move on, dia sudah larut dalam rasa aman dan nyaman bersamanya.

Anda

I am fine, sweet heart. Are you okay? Lagi sibuk ya?

Gayatri tidak jadi mengirimkan kabar jika dia sedang sakit kepala, dia tidak ingin pria kesayangannya jadi tidak fokus dalam bekerja, mereka sama-sama ingin fokus karir sehingga dia ingin Nehemia fokus dengan pekerjaannya baru memikirkan dirinya. Dia tidak mau jadi batu sandungan untuk orang yang disayanginya, dia lebih ingin mereka fokus pada diri mereka sendiri dan hal yang lebih penting barulah fokus ke orang lain. 

Dari kejauhan Niskala memperhatikan gerak-gerik Gayatri, melihatnya tersenyum sembari melihat ke layar ponsel membuatnya sedikit cemburu. Senyuman itu tidak lagi ditujukan untukknya, sudah ada orang lain yang penting dan berarti bagi wanita itu. Sulit untuk diterimanya, tetapi dia juga tidak kuasa untuk membuat Gayatri kembali bersedih. 

"Aya, kamu sudah ada pacar baru, ya?" gumamnya pelan. 

Gayatri tidak mendengarnya sebab jarak mereka cukup jauh. Tidak berapa lama datang seorang pasien ke apotek. Gayatri langsung berdiri dan menyapanya.

"Selamat siang bu, ada yang bisa dibantu?"

"Oh itu, ada penambah darah?" tanya ibu tersebut.

Oh, ada. Ini bu," ucapnya sambil mengambil obat penambah darah ini.

"Sama obat gatal ada mbak?"

"Ada bu, bisa pakai cetirizine tablet. Ini untuk gatal. Bisa diminum satu kali sehari ya, di malam hari aja baiknya."

"Sama vitamin buat anakku," ucapnya lagi.

"Baik bu, bisa pakai ini. Diminum satu kali sehari di pagi hari ya."

"Ini anakku puasa, mbak. Kasihnya kapan ya?"

"Bisa diberikan setelah sahur untuk vitamin dan penambah darahnya ya. Untuk obat gatal bisa diberikan setelah berbuka, ada efek ngantuknya soalnya bu."

"Oke, mbak. Berapa ini?"

"Totalnya dua puluh tujuh ribu rupiah, bu," ucap Gayatri lagi.

Ibu tersebut memberikan beberapa lembar uang dan diberikan ke Gayatri, setelah diterima dan diambil kembalian, ibu tersebut pergi dari sana.

Gayatri kembali duduk dan menunggu pasien berikutnya datang ke apotek, hari ini hujan deras, langit mendung dan gelap, belum lagi angin yang berhembus begitu kencang. Beberapa kali petir menyambar langit cakrawala itu, menambah kesuraman di siang hari ini.

"Kamu nggak dingin?" tanya Niskala lagi. Dia membawa jaket ke Gayatri, dia tahu wanita ini alergi dengan dingin. Apalagi dia sedang sakit, sehingga Niskala berinisiatif memberikannya jaket.

Rasanya semua semakin campur aduk, dia takut Nehemia salah sangka. Gayatri semakin dibuat kebingungan.

-Bersambung-

1020 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro