Bab 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari yang melelahkan bagi Gayatri, akhirnya jam kerjanya sudah selesai. Setelah berpamitan dengan rekan-rekan sekerjanya dan gantian dengan mereka yang masuk shift siang, Gayatri langsung jalan keluar dari apotek. Beruntung hari ini tidak hujan, sehingga wanita ini tidak perlu basah kuyup untuk pulang ke rumah.

Hari ini dia ingin mampir ke kafe di dekat rumahnya, menikmati minuman varian bublegum  sebelum kembali ke rumah dan beristirahat. Hari ini cukup melelahkan, ditambah lagi stamina tubuhnya yang belum fit betul membuatnya tidak menikmati hari dengan baik. 

Rasa pusingnya semakin menjadi-jadi, apalagi teriknya matahari benar-benar menambah sakit di kepalanya. Jalanan begitu ramai, mobil dan motor semakin ramai saja, apalagi sembilan hari lagi lebaran sudah tiba, pasti banyak warga luar kota yang datang untuk liburan di kota ini. Kota yang tidak hanya macet di hari weekend saja, tetapi hari-hari biasa pun ramai. Rasanya seperti tinggal di kota lain saja saking banyaknya plat kendaraan luar kota.

Tidak sampai setengah jam, dia sudah sampai di kafe dekat rumahnya. Memasuki pekarangan kafe dan memesan bublegum dua. Baik dirinya dan Nehemia sama-sama menyukai minuman ini, dia sudah membayangkan wajah bahagia pria tampan itu. 

Gayatri sampai di depan kasir dan melihat menu minuman yang ada di sana. 

"Selamat siang, kak. Mau pesan apa?" tanya gadis di depannya dengan ramah.

"Siang, pesan bublegum dua ya, less ice."

"Baik. Totalnya dua puluh ribu rupiah, kak."

Gayatri membuka dompet dan mengambil yang dua puluh ribu rupiah. Hari ini dia benar-benar tidak bersemangat. Hidupnya jadi terasa aneh, padahal semuanya tampak baik-baik saja. Dia sudah punya Nehemia bersamanya, apalagi yang dipikirkannya?

Gayatri melihat pesan di ponselnya, pesan dari orang yang disayanginya.

Ibu

Kamu dimana? Kurang ajar. Nggak ingat ngasih uang ke orang tua. Tahu diri dikit jadi orang.

Dia tidak berani membalas pesan ibunya. Rumah tempat dia tinggal sekarang bukanlah miliknya. Dulunya dia tinggal di kos-kosan, tetapi Nehemia membantunya. Ini rumah milik pria itu, rumah lamanya. Tidak lagi dia gunakan, karena dengan gajinya dan perjuangan dia dari dulu hingga kini sudah cukup untuk membelikan rumah baru untuk ibu dan adik-adiknya. Rumah lamanya masih layak untuk ditinggali, hanya saja sebagai anak tentu saja ada keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi orang tuanya.  Hal ini tentu saja menguntungkan baginya, dia bisa menabung lebih banyak. 

Gayatri menaruh ponselnya di dalam tas dan berjalan menuju ke kasir untuk mengambil minuman yang dipesannya. Minumannya dibungkus, lalu dia beranjak dari tempat itu. Hari ini Nehemia akan datang ke tempatnya dulu, sekedar mengobrol sebelum kembali ke rumahnya yang baru.

Begitu Gayatri sudah sampai di depan rumah, dia melihat mobil inova berwarna hitam sudah parkir di depan rumah. Matanya melihat lagi nomor plat dan tersenyum, dia tahu siapa pemilik mobil tersebut.  Betul saja, tidak berapa lama terlihat seorang pria turun dari sana, mengenakan kemeja berwarna biru dongker, dasi berwarna hitam, celana kain berwarna hitam dan sepatu pantofel. 

"Hai sayang!" teriak Nehemia sambil melambaikan tangan ke arahnya. Gayatri tersenyum lebar dan mempercepat langkahnya.

"Hai cintaku!" teriak balik Gayatri. 

Gayatri ingin memeluknya tetapi dia malu, begitu pula dengan Nehemia. Dia masih ingin menjaga dirinya supaya tidak bertindak lebih jauh sebelum waktunya. Dia harus jadi pria yang gentleman , tidak merusak anak gadis orang seenaknya begitu saja. Jika sudah menikah, barulah dia bisa memeluk dan melakukan hal lainnya, tetapi jika masih berstatus pacaran maka bertindak secukup dan sewajarnya saja.

"Kita masuk yuk," ajak Gayatri lalu membuka pintu gerbang yang digembok.

"Iya, ayo masuk."

Mereka langsung masuk dan duduk di teras rumah. Tempat yang menyenangkan untuk menikmati langit sore dan berbincang-bincang. Salah satu cara mereka untuk menikmati waktu berdua dan saling memahami satu sama lain.

"Kamu tadi pagi sibuk ya?" tanya Gayatri memulai percakapan.

"Iya, aku baru masuk dan senior supervisorku ajakin buat bahas bahan-bahan untuk daily meeting dan weekly meeting. Minggu ini giliran dia yang berbicara di sana, berikutnya giliran aku. Jadi, yah, kita saling membantu. Melihat jadwal mingguan, briefing sebelum mulai bekerja dan memantau pekerjaan, tidak lupa mengerjakan tugas dokumen yang harus disiapkan. Kenapa nanya gitu?" Neheima penasaran, dia selalu ingin tahu dasar alasan dari pertanyaan Gayatri, Jelas dia tidak ingin ada sesuatu yang membuat mereka jadi salah paham. Saling percaya dan memahami satu sama lain harus menjadi dasar pondasi kuat untuk bertahannya sebuah hubungan, dia ingin menjalani hubungan yang lama dengan Gayatri.

"Aku hubungin kamu, tapi kamu nggak jawab. Nggak apa-apa, kok. Aku selalu membuat diriku mengerti kalau kita punya kesibukan dan prioritas sendiri. Kita sama-sama mau fokus karir, kita sama-sama punya kesibukan. Aku nggak bisa seenak jidat egois dan minta kamu harus balas pesanku saat itu juga. Aku juga kalau ada kesibukan pasti nggak bisa bales pesan kamu atau angkat telepon kamu. Kita harus saling mengerti dan percaya, saling terbuka dan saling memahami. Iya, kan?" 

Nehemia tersenyum. "You got it, girl."

"Always," balas Gayatri dengan bangga. Tidak mudah baginya untuk mengerti kondisi orang lain. Jika berkaca pada dirinya di masa remaja dulu, dia sangat tidak sabaran dan mudah sekali tersulut emosinya. Jika ada orang yang bertindak kasar padanya maka dia akan bertindak lebih kasar lagi, tidak perduli dengan umur orang tersebut, Tentu saja hal ini tidak baik, Gayatri butuh waktu bertahun-tahun untuk sadar dan merubah dirinya perlahan-lahan. Dia harus sadar jika dia tidak boleh langsung marah ke orang lain, dia harus paham jika orang lain juga punya hak atas dirinya sendiri, punya hak atas apa yang dipilihnya. Dia tidak bisa seenak dan sesuka hati mau orang lain memahami dirinya sedangkan dia tidak memahami orang lain. Semua orang hahrus saling menghargai dan membantu sesama. Jika sulit untuk menemukan orang seperti itu, maka jadilah orang itu. Jadilah orang baik di tengah kesulitan hidup ini, jadilah berkat untuk orang lain. Siapa tahu memang dia diberkati untuk memberkati orang lain. Tidak ada yang tahu, kan?

"Sebenarnya, kamu bisa misscall aku. Aku juga nggak masalah kalau kamu marah karena aku lama bales pesan kamu. Jangan dipendam sendiri ya, kamu tahu aku sayang kamu, kan?"

"Of couse i know. I love you to the moon and back, honey.

Mereka berdua saling bertatapan, sore yang indah untuk menghabiskan waktu berdua. Tidak hanya sore ini, tetapi dengan siapa dia berada akan mempengaruhi suatu momen.  

"Kamu sendiri gimana? Tadi kamu terlihat lesu," ujar Nehemia heran.

Kali ini wajah Gayatri semakin memucat, baru saja dia berkata jangan ada kesalahpahaman diantara mereka. Lalu, akankah dia mengatakan yang sebenarnya jika dia bertemu Niskala?

-Bersambung-

1017 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro