Bab 12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 Semua orang harus saling menghargai dan membantu sesama. Jika sulit untuk menemukan orang seperti itu, maka jadilah orang itu. Jadilah orang baik di tengah kesulitan hidup ini, jadilah berkat untuk orang lain. Siapa tahu memang dia diberkati untuk memberkati orang lain. Tidak ada yang tahu, kan?

"Sebenarnya, kamu bisa misscall aku. Aku juga nggak masalah kalau kamu marah karena aku lama bales pesan kamu. Jangan dipendam sendiri ya, kamu tahu aku sayang kamu, kan?"

"Of couse i know. I love you to the moon and back, honey."

Mereka berdua saling bertatapan, sore yang indah untuk menghabiskan waktu berdua. Tidak hanya sore ini, tetapi dengan siapa dia berada akan mempengaruhi suatu momen.

"Kamu sendiri gimana? Tadi kamu terlihat lesu," ujar Nehemia heran.

Kali ini wajah Gayatri semakin memucat, baru saja dia berkata jangan ada kesalahpahaman diantara mereka. Lalu, akankah dia mengatakan yang sebenarnya jika dia bertemu Niskala?

Nehemia menyadari perubahan raut wajahnya, membuatnya tersenyum dan menggenggam erat jemari Gayatri.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya pria itu pelan.

Gayatri masih belum sanggup untuk menatap manik matanya. Hingga akhirnya dia menghela napas panjang.

"Iya, ada," jawabnya pelan. Wajahnya masih terlihat muram, tentu saja hal itu membuat Nehemia penasaran, tetapi dia berusaha tidak memaksa Gayatri untuk bercerita.

"Kamu mau cerita ke aku? Atau kamu mau kita bahas ini lain kali?" tanya Nehemia lagi. 

Gayatri terdiam untuk beberapa saat dan menatap lekat ke manik matanya. Dia baru saja mau mengatakan sesuatu, tetapi Nehemia langsung menghentikan Gayatri.

"You know, i am ready when you are ready. No need to be hurry. Don't be stress please. I want you to be healthy, not sick."

Gayatri tahu itu, dia tahu betapa Nehemia memahami dirinya, tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam beberapa saat. Kalau bisa dibilang, orang ini adalah safe zone-nya.

"Aku cuman takut kamu pergi. Aku mohon, jangan tinggalin aku. Kita harus saling terbuka dan jangan langsung beransumsi sendiri, jangan tinggalin aku."

Mendengar hal itu membuatnya mengerenyit heran, tetapi dia tidak bertanya lebih lanjut dan menjawab permintaan Gayatri.

"Iya, aku janji. Kamu bisa percaya sama aku, sayang."

Mendengar itu membuatnya lega, setidaknya dia bisa tenang. Memang sebaiknya dia mengatakan kebenarannya, meskipun dia memang tidak melakukan hal yang aneh-aneh dengan Niskala, tetapi dia tidak ingin Nehemia berpikir yang tidak-tidak.

"Kamu ingat Pendar Niskala?" tanya wanita ini memulai cerita.

"Hmm, ingat. Dia orang yang buat kamu sakit hati, kan? Mantan pacar yang niggalin kamu dan pacaran sama orang lain. Kenapa emangnya?"

Setiap kali mengingat kejadian itu selalu membuatnya menahan napas sejenak, rasa sakit hati itu masih ada di dalam dirinya meskipun dia sudah mencintai Nehemia segenap hatinya, tetapi luka akan selalu ada di sana. Selayaknya lubang bekas tancapan paku, seperti itu pula bekas luka di hati seseorang, tidak akan sama seperti semula. Dia hidup dalam bayang-bayang sakit dan kepahitan, sayangnya orang itu kembali ke hidupnya yang sudah bnerjalan dengan baik dan damai.

"Dia kembali. Dia jadi apoteker pendamping di tempat aku kerja."

Nehemia terdiam, dia tidak menyangka orang brengsek itu datang lagi di hidup wanitanya.

"Hal yang lebih parahnya lagi adalah dia anaknya owner apotek tempat aku kerja."

Namanya bekerja di tempat yang sama berarti akan lebih sering bertemu dengan dia daripada dengan Nehemia sebagai pacarnya. Namun, Nehemia tidak boleh kehilangan akal sehatnya, dia harus bisa paham dan mengerti jika ini juga bukan keinginannya. Dia tidak boleh memaksa Gayatri untuk keluar dari tempat kerjanya. Dia sudah bekerja keras untuk sampai di posisinya sekarang, dia sudah berjuang keras untuk mendapatkan penghasilan. Tidak mungkin semudah itu dia menyuruh Gayatri berhenti bekerja, semua itu diluar kewenangannya. Gayatri berhak atas pilihan di hidupnya sendiri.

Nehemia tersenyum dan memegang erat jemari Gayatri. "Kamu sendiri gimana? Nyaman atau udah bisa biasa aja sama dia?"

"A-aku berusaha biasa aja, tidak mau dekat dengan dia. Secukupnya saja, sewajarnya saja."

"Sewajarnya dan secukupnya itu seperti apa?" 

Gayatri susah payah menelan ludah, matanya menatap sendu ke arah Nehemia. Entah apa yang dipikirkan pria ini, dia tidak tahu lagi.

"Sesuai kebutuhan, jika butuh berdiskusi maka diskusi. Jika tidak aku tidak mau cari perhatian dengan dia. Aku akhirnya punya kamu, penantianku juga. Aku tidak mau kamu pergi karena kesalahpahaman, tolong jangan pergi," pinta Gayatri memohon.

"Aku paham, sayang. Udah, tenang ya. Kamu tahu kemana harus mencariku, tempat aku pergi kalau aku ingin sendiri dan menenangkan diri. Kamu bisa mencariku dan menemukanku. Jika aku sudah merasa lebih baik, aku akan datang dan kita selesaikan permasalahan yang ada."

Jantungnya berdegup semakin kencang, membayangkan dia menjalankan kegiatan sehari-hari tanpa hadirnya saja sudah menyeramkan, hidup yang sunyi dan sepi. Gayatri tidak ingin hidup sendirian lagi, bersama Nehemia saja sudah cukup baginya untuk semangat menjalani hidup. Jika pria itu ikut pergi darinya, entah apa yang akan dilakukannya, sungguh menyesakkan.

"Aku mohon. Jangan pergi, aku butuh kamu. Kita bisa bicarakan semua baik-baik. Aku tidak ada apa-apa dengan Niskala," pinta Gayatri memohon.

Pria ini tersenyum dan menepuk pundak Gayatri pelan. "Aku tahu, just in case you can not see me in here, i believe you already know where to find me. That's all."

"Can i hug you?" tanya Gayatri pelan. Dia dan Nehemia sudah berjanji untuk saling menjaga, mencari tahu alasan sebelum memutuskan, berpikir tenang dengan kepala dingin sehingga keputusan yang diambil bersifat objektif bukan subjektif, termasuk bertanya jika ingin memeluk karena mereka punya hak atas tubuh mereka masing-masing.

Nehemia tidak langsung menjawab, dia masih setia memegang jemari wanita itu dan menatap manik matanya lekat-lekat. Dari pancaran matanya, Gayatri tahu jika ada kekecewaan yang terpancar dari sana, semakin dipikirkan semakin membuatnya takut. Takut akan hal-hal diluar dugaan yang akan terjadi, takut jika dia akan kembali ke kehidupan sunyi dan sepi lagi.

"It is okay if you don't want to hug me, tho it is hurt me."

Sunyi dan senyap, Gayatri bisa melihat pria itu mengepalkan jemarinya, entah marah dengan dirinya atau dengan diri pria itu sendiri. Kepala Gayatri semakin pusing, sakit kepalanya semakin menjadi-jadi. Di posisi ini dia sudah tidak ingin lagi minum obat, sembuh juga buat apa? Jika tidak ada orang yang disayanginya di sisinya, maka tidak ada gunanya lagi, kan?

Hidup yang dipenuhi kesepian, kesunyian tidaklah menyenangkan. Gayatri tidak ingin kembali ke masa itu lagi.

"We need to take a rest, sweat heart. I wanna go home before it is too late. Forgive me, we talk later, okay?"

Gayatri tersenyum, pandangannya kosong. Dia sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Dia paham jika Nehemia butuh waktu lebih untuk berpikir dan menenangkan dirinya, padahal Gayatri tidak masalah jika dia dimarahin sekalipun. Dia tidak lagi perduli dengan dirinya sendiri.

-Bersambung-

1035 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro