Bab 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Matanya sudah berkaca-kaca, dengan sekuat tenaga dia berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Dia ingin menangis sendirian kali ini, seperti sedia kala.

"It is okay if you don't want to hug me, tho it is hurt me."

Sunyi dan senyap, Gayatri bisa melihat pria itu mengepalkan jemarinya, entah marah dengan dirinya atau dengan diri pria itu sendiri. Kepala Gayatri semakin pusing, sakit kepalanya semakin menjadi-jadi. Di posisi ini dia sudah tidak ingin lagi minum obat, sembuh juga buat apa? Jika tidak ada orang yang disayanginya di sisinya, maka tidak ada gunanya lagi, kan?

Nafasnya semakin cepat, tenggorokannya mulai terasa lebih kering dan gatal, rasa sesak pun lambat laun mulai terasa hebat. Gayatri mengepalkan tangannya, berusaha menahan dirinya untuk tidak terbatuk-batuk.

Dia bernafas satu-satu saking susahnya untuk bernafas. Dia selalu seperti ini jika emosinya bermain begitu hebat. Jika dia marah ataupun banyak pikiran, sering minum es, minum minuman manis dan makan makanan berminyak pasti dia akan berakhir seperti ini.

Perasaannya sudah tidak karuan, dia benar-benar lelah. Hidup yang dipenuhi kesepian, kesunyian tidaklah menyenangkan. Gayatri tidak ingin kembali ke masa itu lagi.

Nehemia menyadari kondisi Gayatri sedang tidak baik-baik saja, jika diteruskan pun dia curiga ini tidak akan menuju akhir yang baik. Bisa saja mereka akan beradu debat atau timbul kalimat diluar dugaan yang membahayakan hubungan mereka. Lebih baik mereka menenangkan diri masing-masing sebelum lanjut berbicara lagi.

Sedaritadi dia ingin sekali memeluk wanitanya dengan erat, tetapi dia takut dinding pertahanannya runtuh. Dia takut tidak tahan untuk pergi dari rumah ini, dia takut dia malah lebih lama di sini dan mengajaknya berbicara lebih lama lagi, padahal dia sadar Gayatri sedang tidak dalam kondisi yang baik. Mereka butuh ruang dan waktu.

"We need to take a rest, sweat heart. I wanna go home before it is too late. Forgive me, we talk later, okay?" ucap Nehemia pelan. Berusaha berbicara sebiasa mungkin.

Gayatri tersenyum, pandangannya kosong. Dia sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Dia paham jika Nehemia butuh waktu lebih untuk berpikir dan menenangkan dirinya, padahal Gayatri tidak masalah jika dia dimarahin sekalipun. Dia tidak lagi perduli dengan dirinya sendiri.

"Okay." Singkat,padat dan jelas. Namun, penuh dengan siratan kesedihan mendalam.

Gayatri menatapnya dengan air mata yang sudah tertahan di ujung mata, bersiap untuk terjatuh. Terlihat jelas pancaran sakit hati darisana, perasaannya campur aduk.

Tidak butuh waktu lama, dia berdiri dan mengusap kepala wanitanya pelan dan pergi. Tidak seperti biasanya. Biasanya pria itu akan membalikkan badan dan menatapnya sekali lagi seraya melambaikan tangan, sementara kini dia terus berjalan lurus dan masuk ke mobil setelah menutup kembali gerbang rumah Gayatri.

Gayatri masih menatap ke depan, ke arah Nehemia tadi pergi. Air matanya langsung menetes, dinding pertahanannya sudah tidak kuat lagi.

Gayatri melirik ke kursi tempat Nehemia duduk tadi, dia menyadari adanya barang yang ditinggalkan pria itu.

Gayatri kenal logo di plastiknya, itu adalah logo tempat sushi kesukaannya. Nehemia sering mengajaknya makan di sana ketika akhir pekan, sekedar quality time berdua. Dia tersenyum, ketika orangnya sudah pergi dari sini, lantas kenangan bersamanya terus bermunculan.

Nehemia meninggalkan sekotak sushi kesukaan Gayatri, ada secarik surat di sana. Gayatri masih menatap kotak itu lama sebelum akhirnya mengeluarkan kotak itu dari kantong plastik. Dia mengambil secarik surat dan membacanya.

Hai sayang. Maafin aku ya, aku butuh waktu untuk berpikir tenang. Aku takut perkataanku akan buat kamu sakit hati lagi, kayak dulu. Ini aku beliin makanan, aku tahu kamu pasti belum makan. Jangan lupa dimakan ya, aku nggak mau kamu sakit. See you when i see you!

-Your beloved human in world.

Gayatri tersenyum, dugaannya benar. Mereka memang butuh waktu untuk sama-sama berpikir sebelum kembali dan berdiskusi. Meskipun diamnya Nehemia juga membuatnya sakit, dia tidak ingin ditinggal sendirian seperti ini tanpa ada kejelasan. Ketakutan itu menghantuinya, membuatnya semakin tidak bisa berpikir jernih hingga akhirnya menangis hingga tertidur adalah jalan yang akan dilakukannya.

Gayatri membuka kotak plastik itu dan mengambil sumpit dari sana. Dia mulai memakan sushi itu sambil menangis. Melihat kursi kosong disampingnya membuatnya semakin menangis saja, dia merindukan partner-nya.

Namun, Nehemia sudah pergi. Dia harus bisa memahami jika tidak semua berjalan sesuai keinginannya, termasuk hal ini. Dia harus belajar untuk tidak egois, karena dia hanya memiliki hak atas dirinya sendiri, bukan orang lain.

Hari ini sungguh melelahkan, Gayatri langsung beranjak dari teras dan masuk ke dalam rumah. Dia bahkan lupa untuk menggembok rumahnya. Setelah mengunci pintu rumah, lalu dia bergegas ke tempat tidur dan menghabiskan waktu untuk menangis sepuasnya.

Malam berlalu begitu cepat, alarm Gayatri sudah berdendang daritadi, tetapi wanita ini masih saja tertidur. Sudah menjadi kebiasaan buruknya untuk susah tidur dan susah bangun.

Tidak berapa lama ada telepon masuk. Gayatri kaget bangun karena adanya telepon itu, dia tidak lagi melihat siapa yang menelpon dan langsung mengangkat. Dalam pikirannya orang yang akan menelponnya sepagi ini biasanya Nehemia.

"Halo?" sapa Gayatri dengan suara seraknya.

Terdengar suara tawa dari seberang telepon.

"Kamu baru bangun?" tanya pria itu lagi.

Detik itu juga Gayatri langsung duduk dan melihat nama penelponnya.

Tangannya menutup mulutnya. Ekspresi kaget terlihat jelas disana.

"Niskala? Kamu ngapain telepon aku?"

"Yah, aku tahu kabu kebo banget jadi manusia. Jadi, lebih baik aku teleponin buat ngebangunin."

"Ih, lain kali nggak usah. Aku ini bisa bangun dengan alarm. Lagipula, aku dan kamu udah nggak ada hubungan pacaran."

Gayatri tidak ingin permasalahnnya dengan Nehemia semakin runyam, apalagi jika pria itu tahu dia sedang telepon dengan Niskala, bisa makin gusar dia.

"Iya, tapi aku dan kamu rekan kerja. Kita harus saling care satu sama lain. Kamu ngerti, kan?" Terlihat jelas Niskala masih belum berubah dengan sifat keras kepalanya. Dia masih tidak mau melepaskan apa yang diinginkannya.

Gayatri menghela napas panjang. Tidak ada gunanya menjawab pertanyaan, pernyataan Niskala. Pria itu tidak ingin dibantah.

"Ya sudah. Bye."

"Eh, bentar! Kamu masih di rumah,kan?" tanya Niskala lagi.

Sebelah alis Gayatri terangkat, dia tidak tahu apa niat Niskala kali ini.

"Iya, kenapa?"

"Oke. Kebetulan aku lagi lewat di komplek rumahmu. Aku anterin ya."

"Nggak usah. Kamu rekan kerja bukan supir aku," tolak Gayatri. Dia tidak ingin menimbulkan fitnah yang tidak-tidak. Sayangnya, Niskala tetaplah Niskala yang keras kepala. Penolakan tidak ada dalam kamusnya.

-Bersambung-

1013 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro