Bab 21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jika sikap apoteker ragu-ragu maka pasien akan meragukan obat yang diberikan.

"Kamu tahu kita punya ten star of pharmacist? Ingat isinya apa aja? Ada care giver, decision maker, communicator, manager, life long learner, leader, researcher, entrepreneur, agent of positive change. Care giver artinya kamu harus bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien atau masyarakat, peduli dan empati besar ke pasienmu. Kamu harus bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat, bukan bengong kayak tadi. Kalau pasien nanya ini obat bisa untuk anak-anak atau enggak, kamu harus cek aman nggak buat anak-anak? Dosis yang tepat untuk anak atau bayi usia segini berapa ya? Pastiin obat ini diberikan dengan dosis yang sesuai terhadap usia atau berat badannya. Kamu harus bisa menjelaskan dan beri pemahaman ke pasien secara singkat, padat dan jelas. Jangan pakai bahasa yang dipahami sesama rekan sejawat, pakai bahasa yang mudah dipahami semua pihak," jelas Niskala lagi. Dia seperti tidak ada capek-capeknya berbicara panjang lebar. Kali ini Gayatri tidak lagi menunduk, dia sesekali melihat ke arah Niskala lalu melihat ke arah lain. Jelas terlihat kecewa dari manik mata indahnya. Namun, Niskala ingin Gayatri percaya dengan dirinya sendiri.

"Terus ada manager, kamu itu apoteker penanggung jawab, harus bisa mengatur apotek dan mengelola juga. Selanjutnya ada life long learner artinya kita terus belajar seumur hidup karena ilmu itu terus berkembang dan terus update, jadi kita juga harus update dong. Selanjutnya ada teacher artinya kita saling menginformasikan kepada sesama apoteker, kepada tenaga kesehatan yang lain juga seperti dokter dan perawat jika ada pertanyaan terkait obat. Poin berikutnya ada leader artinya apoteker harus bisa memimpin dan memiliki arah serta tujuan yang jelas. Jiwa kepemimpinanmu harus diasah, sebagai pemimpin kamu yang membuat keputusan dan menghadapi resikonya karena semua aktivitas yang dilakukan di apotek ini kamu yang bertanggung jawab. Apoteker juga harus mampu meneliti dan melakukan riset, ini poin researcher. Kalau ada orang yang bicara itu ditatap aja, Aya. Kamu nggak capek daritadi natap lantai?" tanya Niskala heran. Gayatri tidak lagi menatap lantai, dia berusaha terus menatap manik mata pria itu. Sejujurnya dia tidak tega menaikkan intonasi nadanya seperti itu, tetapi dia harus belajar untuk tega dengan wanita ini.

"Poin selanjutnya ada enterpreneur yaitu mengembangkan dan mendirikan perusahaan obat, makanan, minuman hingga kosmetik untuk kesejahteraan masyarakat. Poin terakhir yaitu apoteker harus bisa membawa perubahan yang baik bagi masyarakat. Kita harus bekerja dan terarah pada kesepuluh poin tadi. Sampai sini kamu paham, kan?Kita memegang peran penting. Kalau kamu ragu, nggak ada yang mau terima obat yang kamu kasih padahal obat itu sudah sesuai dan tepat untuk pasien, cuman karena sikap kamu yang ragu-ragu, nggak semangat, dan penjelasan yang kurang jelas malah buat orang jadi ragu juga sama kamu. Bisa aja mereka mikir 'Ini orang beneran bisa ngasih obat nggak sih? Dia beneran lulus apoteker atau modal orang dalam aja?' Bisa aja kayak gitu, kan? Be brave, Aya. Be brave and behave. You have to believe in yourself, if you doubt yourself, then who else will believe in you?"

Pertanyaan itu terus terngiang di pikirannya, pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan dia akan meragukan dirinya sendiri? Rasanya lucu, sudah susah payah berjuang biar bisa lulus. Begitu sudah dikabulkan oleh Tuhan, malah seperti ini caranya mengabdi pada pekerjaan, kembali ke tabiat lama meragukan diri sendiri.

"Kamu jangan kebanyakan mikir, aku negur biar kamu lebih percaya sama diri kamu sendiri, Aya. Kalau kebanyakan mikir, kamu jadi stres dan tekanan darahmu bisa tinggi. Ingat apa itu tekanan darah? Gaya atau dorongan yang dihasilkan darah di pembuluh darah." Niskala bertanya sekaligus menjawab pertanyaannya sendiri.

"Kamu inget nggak kalau hipertensi itu ada klasifikasinya? Ada optimal yaitu sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg. Normal jika 120-129 mmHg dan diastolik 80-84 mmHg. Normal tinggi jika sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 84-89 mmHg, hipertensi derajat satu jika sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg, hipertensi derajat satu jika sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg, hipertensi derajat dua jika diastolik 160-179 mmHg dan sistolik 100-109 mmHg, hipertensi derajat tiga jika lebih dari atau sama dengan 180 mmHg dan diastolik lebih dari atau sama dengan 110 mmHg." Niskala sengaja memancing Gayatri untuk berbicara, biasanya wanita ini senang dengan topik hipertensi karena topik ini berkesan baginya.

"Iya, ingat. Ada juga hipertensi emergensi dan urgensi. Bedanya untuk hipertensi emergensi itu peningkatan tekanan darah yang ekstrim disertai kerusakan organ yang akut dan progresif, kalau hipertensi urgensi itu peningkatan tekanan darah yang ekstrim tanpa disertai kerusakan organ yang akut dan progresif. Ingat aku, berkesan soalnya," ucapnya sambil tersenyum. 

Niskala masih ingat kejadian itu, memang kurang mengenakan tapi itu menjadi hal yang selalu dia ingat.

"Bahas hipertensi jadi inget waktu itu dimarahin dosen karena nggak bisa jelasin perbedaan hipertensi emergensi sama urgensi, ya ampun. Udah mau nangis aku waktu itu," gumamnya sambil tertawa pelan.

Akhirnya setelah sekian lamanya, Gayatri akhirnya tersenyum. Senyuman itu yang paling disukai Niskala. Senyuman itu seperti moodbooster terbaik baginya, tentu saja senyuman orang yang disukai adalah hal yang terbaik!

"Nah, kamu udah cek tekanan darahmu, nggak? Kamu kebanyakan pikiran kayaknya, nih. Hati-hati loh. Jangan sampai uangmu kamu habiskan untuk berobat. Ingat sehat itu mahal," ucap Niskala lagi.

"Iya, dasar."

"Ya udah. Ayo bahas lagi obat hipertensi, mumpung nungguin pasien datang."

"Ayo." Gayatri menerima ajakan Niskala. Dia tidak lagi memandang pria ini sebagai orang yang menyakitinya di masa lalu. Hal yang terjadi di masa lalu biarlah tetap di masa lalu, sementara masa kini dan masa depan mempunyai ceritanya sendiri. 

"Tatalaksananya diberikan obat ACEI atau ace inhibitor, nah contoh obatnya itu yang belakangnya ada 'pril' gitu. Contohnya Captopril, Lisinopril." Gayatri memulai, terlihat ada semangat darinya meskipun sedikit.

"Selain ACEi bisa diberikan juga obat golongan antagonis reseptor angiotensin II. Nah, ini yang belakangnya 'tan'. Contohnya Valsartan, Candesartan," sambung Niskala sumringah.

"Bisa nggak satu pasien minum obat ACEI dan ARB secara bersamaan?" Gayatri mengingat pertanyaan ini sering ditanyakan oleh preseptor di tempat praktek profesi apoteker dulu.

"Jawabanya nggak bisa karena  akan menyebabkan efek samping berupa hiperkalemia. Misal ada yang nanya apa perbedaan Amlodipin dan Candesartan, kamu jawab apa?" balas Niskala tidak mau kalah.

"Amlodipin bekerja sebagai penghambat kadar kalsium, sementara candesartan bekerja sebagai penghambat reseptor angiotensin. Udahan ah, capek aku ngomong." Gayatri langsung mengambil minuman yang dibelikan Niskala dan menikmati waktunya. Melihat Gayatri sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya membuatnya ikut lega, dia berharap wanita ini benar-benar baik-baik saja.

-Bersambung-

1022 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro