Gadis Ajaib 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Yang mana?" tanya Arka. Dia berjinjit sambil menjulurkan lehernya berusaha melampaui kerumunan anak-anak berseragam putih abu untuk menemukan anak berkuncir satu. Dan sialnya, dia menemukan sekitar lima anak dengan rambut dikuncir satu. Bahkan dia menemukan satu anak laki-laki diantaranya.

"Yang dikuncir satu!" jawab Nalendra.

"Ada deskripsi lain? Gue nemu lima anak yang berkuncir satu di sana!"ucapnya setengah kesal sambil menunjuk ke arah kerumunan.

"Nah, yang itu tuh. Yang pegang bunga matahari!" Telunjuk Nalendra menunjuk ke seorang gadis remaja berambut gelombang dikuncir ke belakang, dia memegang bunga matahari sambil tersenyum lebar menerima tanda tangan dari remaja-remaja lain di seragam putihnya.

"Itu? Amabel? Yang dulu tembem? Yang selalu ngikutin gue kesana-kemari dan tertawa?" tanya Arka tak percaya. Matanya terus mengawasi gerak-gerik gadis itu tanpa berkedip. Seolah dunianya kini berpusat pada gadis itu.

"Iya. Lo sih betah banget di Singapur, jadi lupa deh sama kita-kita," cibir Nalendra. "Amabel!!!" Serunya. "Liat nih, gue bawa siapa!!!" teriak Nalendra sambil melambai-lambaikan tangannya ke atas mencuri fokus kerumunan remaja itu.

"Andra!!!" Amabel berteriak girang sambil melompat-lompat, lalu berlari kencang menerobos kerumunan hingga menabrak beberapa orang tanpa meminta maaf. "Loh? Ini siapa?" tanyanya bingung setelah mengerem langkahnya. Gadis itu menatap Arka dari atas ke bawah.

"Gue kira lo bakalan inget. Dia pangeran lo waktu kita TK dulu," jawab Nalendra asal.

Mata Amabel membulat, "AR-KA???" tanyanya tak percaya.

Arka hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Aaaak!!! Pangeran gue balik ke Indo!!! Arka tambah ganteng!!! Abel makin cintaaaaa!!!" Amabel memeluk Arka erat tanpa rasa malu sedikitpun.

Nalendra hanya melongo melihat tingkah Amabel yang tanpa basa-basi, dan lebih cenderung ke tak tahu malu. Dia tahu Amabel saat kecil hanya ingin berada di dekat Arka, dan selalu bilang pada tiap orang bahwa dia menyukai Arka. Tapi Nalendra pikir, itu hanya cinta monyet, cinta anak kecil yang tak paham apapun. Ternyata setelah beberapa tahun berlalupun Amabel tetap seperti itu pada Arka. Mungkin ini juga alasan mengapa Amabel selalu menolak tiap anak laki-laki yang menembaknya, termasuk dirinya.

"Eh, bentar-bentar! Gue lupa!" Tiba-tiba Amabel melepaskan pelukan sepihaknya, lalu lari kembali ke kerumunan meninggalkan mereka berdua.

"Ajaib!" ucap Arka tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis itu.

Nalendra hanya menggeleng-geleng sambil tertawa.

Mereka memperhatikan Amabel mendekati seorang remaja laki-laki tinggi, tampan, berkacamata.

"Juan!!! Ini gue balikin bunganya. Kita putus ya! Dadah!" Amabel menjejalkan bunga matahari yang tadi dibawanya ke telapak tangan remaja laki-laki itu. Lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Remaja laki-laki bernama Juan itu terdiam. Saat dia kembali sadar, dia lari mengejar Amabel, menarik lengannya dengan agak kasar.

"Maksud lo apa Bel? Kita baru jadian beberapa menit lalu! Salah gue apa? Kok tiba-tiba mau putus aja," ucapnya sambil mencengkeram lengan Amabel.

"Eh? Gue kan bilang nggak suka sama lo tadi pas lo nembak gue," jawab Amabel sambil tersenyum.

"Iya, tapikan gue minta lo belajar buat suka sama gue!" teriak Juan.

"Tapi gue suka sama cowok lain..."

"Hah? Siapa? Siapa yang lebih cakep dari gue di sekolah ini? Siapa yang lebih pinter dari gue? Siapa yang lebih kaya dari gue? Siapa yang lo sukai Bel?" tanyanya penuh emosi.

"Juan, tangan gue sakit, lepasin dulu..." pinta Amabel. Lengannya mulai memerah.

"Gue nggak ak-"

BUKK!!!

Juan meringis, tangannya langsung melepas lengan Amabel untuk memegangi pipinya yang terasa berdenyut-denyut nyeri.

"Arka!!! Juan kenalin! Ini Arka, orang yang gue sukai dari jaman dulu, sekarang, hingga masa yang akan datang!" Amabel malah mengenalkannya dengan mode riang. Apa dia tak tahu situasi?

Dia menarik lengan kanan Arka dan Juan, lalu menyatukan tangan mereka.

"Jadi ini orang yang lo sukai? Jelek! Gantengan gue!" ucap Juan sebelum menarik tangannya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa tadi Arka mukul Juan? Pasti tangan Arka jadi sakit," tanya Amabel. Dia mengambil tangan Arka, lalu memeriksa buku jarinya yang memerah.

"Gue nggak papa. Lengan lo?" Arka balik menanyakannya sambil melirik sekilas lengannya.

"Nggak papa!" jawab Amabel riang. "Langsung ilang sakitnya pas liat Arka mukul Juan!"

"Hm?"

"Iya. Abel seneng Arka perhatian sama Abel!"

Nalendra hanya tertawa di tempatnya. Hari ini dia puas mendapat tontonan drama yang bagus.

"Yuk pulang, udah lama Bunda nggak ketemu kalian, pasti bunda seneng lihat kita main bareng lagi. Kamu beneran jadi kuliah di sini kan Ar?" tanya Nalendra sambil berjalan menuju mobilnya.

Arka mengangguk.

"Hah? Arka mau kuliah di Indo? Di universitas apa? Jurusan apa?" tanya Amabel semangat, kedua tangannya memegang lengan kanan Arka sambil sesekali menjulurkan kepalanya ke depan untuk mencoba melihat muka Arka.

"Hahaha... dia ambil jurusan sama kayak kamu Bel, di univ sama juga," jawab Nalendra sambil membuka pintu mobil, lalu memasuki bagian kemudinya.

"Hah? Iya??? Aaaaak!!!! Abel jadi seneng!!!" teriaknya sambil berjingkrak-jingkrak.

Arka hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum melihat Amabel yang menurutnya tak pernah berubah dari saat TK dulu. Sikapnya masih blak-blakan dan tak tahu malu. Tapi juga menyenangkan. Nalendra hanya terus tertawa.

"Belok ke kanan dulu," ucap Arka saat mereka hampir mencapai perempatan jalan.

"Ke mana?" tanya Nalendra bingung. Arah rumahnya lurus, hanya sekitar satu blok lagi.

"Jemput Renata. Dia lagi di butik deket sini," jawab Arka acuh.

"Siapa Renata?" tanya Amabel dengan nada penuh selidik. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga kepalanya kini sejajar dengan Arka dan Nalendra yang duduk di kursi mobil paling depan.

"Pacar," jawab Arka, singkat tanpa menoleh padanya.

"What??? Pacar??? Nggak!!! Nggak mungkin!!!" Amabel menatap Arka dengan tatapan benci, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kembali ke tempat duduknya semula, memutar-putar tutup botol air mineral 1,5 liter yang tadi dibelinya sebelum perayaan kelulusan yang kini isinya tinggal setengah.

"Emang kenapa?" tanya Arka sambil menaikkan satu alisnya. Dia mengamati perubahan ekspresi muka Amabel dari cermin mobil di atasnya.

"Arka tau kan, Abel suka sama Arka," ucapnya pelan. Amabel menunduk menatap botol itu. Tangannya makin cepat memutar tutup botol itu.

"Iya gue tahu," jawab Arka sambil tersenyum simpul.

"Arka jangan pacaran sama orang lain," lanjut Amabel kini suaranya seperti menahan tangis.

"Bel, sebener-"

"Butik itu bukan?" tanya Nalendra memotong kalimat Arka, dia fokus menyetir tak menggubris mereka berdua.

Arka mengangguk. "Nah, itu mereka keluar. Nebeng bentar nggak papa kan?" tanya Arka sambil menunjuk dua orang berdiri di depan sebuah butik mewah menenteng beberapa bungkusan.

"Itu Dirga, kakak lo bukan?" tanya Nalendra saat meminggirkan mobilnya.

"Iya. Nah, cewek yang samping dia, Renata, pacarnya," jawab Arka acuh.

Amabel mendongakkan mukanya yang memerah karena menahan tangis. "Pa-car? Kak Dir-ga?" tanyanya terbata-bata.

Arka hanya tertawa melihat reaksi lucu Amabel yang kini menutup mukanya yang makin memerah.

"Oi, Ndra, udah gede aja lo! Perasaan dulu lo masih setinggi lutut gue!" sapa Dirga saat memasuki mobil Nalendra. Renata hanya ikut tertawa ramah.

"Haha, iya kak! Tiap hari makan micin, jadi pertumbuhan gue nggak terkendali!" jawab Nalendra disertai gelak tawa yang lain, kecuali Amabel.

"Ini siapa? Oooh! Gue tau!" ucap Dirga sambil menunjuk Amabel, lalu beralih melirik Arka adiknya. "Calon istri Arka! Yang sering ngikutin Arka ke manapun, sampe ke toiletpun ikutan! Iya nggak? Huahahaha!!!" Komentar Dirga tentang Amabel membuat mukanya makin memerah.

Apa gue dulu gitu? Tanyanya dalam hati. Dia makin menyembunyikan mukanya ke dalam dua telapak tangan. Dia terlalu malu untuk melihat orang lain.

"Namanya siapa sih? Gue lupa!" lanjut Dirga masih sambil tertawa.

"Amabel," jawab Arka sambil tertawa.

"Ah! Abel kan?" tanya Dirga sambil menyenggol pundaknya. Tapi Amabel tak mau mempedulikan mereka. Dia masih menyembunyikan wajahnya yang semakin merah padam.
_____________________________________

Bersambung...

Jangan lupa vote dan comment :)

Kiss

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro