Rossa Wilson 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sam menengadahkan wajah, giginya terkatup rapat, tangannya mencengkeram erat tepian sofa putih, sesekali geraman lolos dari tenggorokannya. Matanya terpejam menikmati gelenyar-gelenyar nikmat yang datang dari batang kemaluannya yang kini berada di dalam mulut gadis cantik berambut coklat.

"Aaah... hah... hah..."

Dia mengeluarkan desahan pertamanya sambil terengah-engah. Tangannya bergerak meraba rambut coklat gadis itu, mengelusnya seolah berterima kasih dengan apapun yang telah dilakukannya.

Gadis itu hanya tersenyum, melirik Sam. Mulutnya masih sibuk menyedot daging keras itu, memainkan ujungnya yang berbentuk lolipop dengan lidah dan sesekali giginya ikut menggigit-gigit kecil di bagian sana hingga Sam mengeluarkan erangan lebih keras. Gadis itu sangat puas dengan setiap penemuan barunya pada tubuh dokter yang selama delapan tahun mengobatinya itu.

"Rossa... hah... hah... stop!" ucap Sam terengah-engah sambil menarik pelan kepala gadis itu.

Gadis itu mendongak, menampakkan wajah cantiknya. Dia, Rossa Wilson tersenyum manis. Dia mengangkat roknya, menurunkan celana dalam merah lalu membuangnya. Dia menaiki sofa, membuka pahanya, menempatkan dirinya duduk berhadapan dengan Sam. Dia menarik kepala Sam, menempelkan bibirnya yang basah sambil perlahan menurunkan tubuhnya hingga batang keras itu memasuki liang kenikmatannya yang juga basah.

"Hmmm.... mmmhh."

Mereka mulai bergerak seirama. Menusuk dan menjepit. Menyesap dan menggigit. Meraba dan meremas. Bernapas bersahutan, terengah.

Siapa bilang kehidupan seorang dokter selalu putih bersih seperti jas yang dipakainya? Mungkin itu berlaku bagi dokter-dokter lain, tapi tidak untuk Sam yang terjebak dalam labirin menyesatkan Rossa Wilson, pasien sekligus adik Anthony, teman baiknya yang ditemuinya sejak 8 tahun yang lalu dengan kasus GID (Gangguan Identitas Disosiatif) mendekati Psycopath. Saat itu Rossa yang masih berusia 12 tahun mencoba merancang kecelakaan maut pada mobil ayahnya sendiri.

Dengan otak cerdasnya, Rossa mampu membohongi semua orang di sekitarnya dengan bersikap seolah dia telah sembuh, tapi kenyataannya dia masih sama mengerikan dengan dirinya delapan tahun yang lalu.

Sam mengangkat tubuh Rossa, membaringkannya ke atas kasur pasien, lalu dia naik ke atasnya dan kembali memasukkan kemaluannya yang sempat terlepas dan mulai memompanya.

"Ouh... Ah.. ah.." Lenguhan-lenguhan nikmat memenuhi ruangan praktek kedap suara itu. Sam terus mengeluar masukkan kejantanannya hingga dia meraih badai kenikmatannya.

Tubuh Sam ambruk di samping tubuh Rossa, pakaian mereka kusut dengan rambut acak-acakan. Tangan Sam meraih pinggang Rossa, lalu mendekapnya erat. Inilah pasiennya, pasien yang membuatnya tersesat dalam kenikmatan tiada tara.

Demi tuhan, Sam sangat mencintai istri yang dinikahinya dua tahun yang lalu. Rossa tidak menerima pernikahan itu. Awalnya Sam berpikir, Rossa hanya salah satu dari sekian banyak pasiennya. Dia tidak boleh terlalu mendengarkan keluhannya atas kehidupan pribadi dan pilihannya. Tapi dia salah besar, kecemburuan Rossa membawanya ke dalam situasinya saat ini. Pernikahannya kini berada di ujung tanduk. Bagaimana tidak? Sam selalu kehilangan minat pada istrinya yang hanya bisa tidur terlentang di atas kasur menerima tusukan-tusukannya, tanpa ada timbal balik. Membuatnya tak pernah meraih kepuasan maksimal. Sedangkan apa yang dilakukan Rossa padanya? Dia dan otak pintarnya selalu membawa hal-hal menyenangkan baru yang membuatnya tak sabar menantikan kehadirannya pada tiap sesi terapi.

Mungkin dirinya juga butuh terapi, bukan hanya pasien-pasiennya.

Bersambung...

Sedikit tentang Rossa Wilson.

Jangan lupa voment 😄
Kiss

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro