Run From You (END)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bagas! Buka pintunya, aku enggak mau di sini terlalu lama!" Cherry mulai merasakan gerah.

"Bagas! Aku gerah, aku harus keluar dari sini!"

"Buka saja bajumu!"

"Kamu gila! Aku harus pulang, Dirga pasti sudah menungguku!" Kini peluhnya mengalir dari pelipis. Ia tak tahu kenapa ia merasakan gerah seperti ini.

Bahkan, sepertinya dari dalam tubuhnya mengeluarkan hawa panas.

"Bagas__aku___"

"Apa? Aku enggak dengar!" Bagas masih tetap dalam posisinya.

Menggunakan telunjuknya, ia menyuruh Cherry untuk mendekat.

Cherry berjalan tertatih-tatih, ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Biasanya setelah meminum wine, ia hanya akan sedikit mabuk dan tidak akan merasakan sepanas ini.

"Kamu kenapa, Cher?" tanya Bagas setelah Cherry tepat berada di depannya.

"Aku___aku panas___aku enggak tahu!" lirih Cherry seraya tangannya tidak bisa diam. Rasanya ia ingin sekali membuka bajunya saat ini, tetapi di depannya ada Bagas, itu tidak mungkin ia lakukan.

Bagas menarik Cherry hingga akhirnya ia duduk di pangkuan Bagas. Cherry tidak berkutik.

"Panas?" Bagas.

Cherry hanya mengangguk.

"Apa ini membantu?" Bagas meniupkan udara dari mulutnya ke belakang telinga Cherry.

Cherry meremang tapi juga menikmatinya.

Bagas mengusap peluh yang ada di kening Cherry.
Perlahan tapi pasti, tangannya turun ke leher jenjang milik wanita di depannya yang sedang terkena pengaruh obat perangsang yang ia berikan tadi lewat air mineral.

Ya, semuanya adalah ulah Bagas.

Bagas menelusuri tiap lekuk wajah Cherry yang semakin dewasa dan cantik. Namun tetap menggemaskan dengan pipinya yang sedikit chubby.

"Suka?" Bagas.

Cherry mengangguk masih dengan mata terpejam, merasakan gesekan kulit mereka.

Bagas membuka ritsleting dress Cherry dengan gerakan lambat. Sorot matanya yang tajam menatap intens tubuh wanita di pangkuannya itu.

Sudah lama Bagas tak melihat tubuh wanita pertama yang mengambil keperjakaannya.

Cherry belum sadar, dressnya sudah turun hingga payudaranya sudah terekspos oleh mata gelap berselimut gairah didepannya.

"You're amazing, Cherry," puji Bagas.

"Why these are so beautifull?" Bagas menangkup bukit sintalnya lembut, mengusapnya, meremasnya.

Cherry melenguh.

Ia ingin marah pada Bagas atas kelancangannya menyentuh payudaranya, namun entah kenapa ia malah menginginkan Bagas menyentuhnya lebih dalam.

Seperti dulu...

"Gas..."

"Hmm..."

"Aku__"

"Ingin lebih dari ini?" Bagas.

Cherry mengangguk.

Persetan dengan rasa malu!

Cherry ingin Bagas menyentuhnya, lebih dari ini.
Cherry menginginkan Bagas malam ini.

Bagas tersenyum miring. Ia melahap puncak bukit Cherry dengan begitu nafsu.

Cherry melenguh, menjambak rambut lebat Bagas dengan kuat. Menyalurkan rasa nikmat yang tak terkira.

Tangan Bagas turun menarik ke samping kain tipis segitiga milik Cherry dan memasukkan satu jarinya ke intinya yang sudah basah.

"Kamu sudah basah," goda Bagas.

Cherry menggigit bibir bagian dalamnya, membuka matanya, menatap pria di depannya yang sedang menggodanya dengan jarinya.

Bagas mulai mengeluar-masukkan jarinya dari sana, membelai, menggodanya dengan sensual.

Cherry melenguh begitu keras. Sudah lama ia tak merasakan nikmat ini.

Napasnya tersengal setelah ia mendapatkan kepuasannya. Ia menatap Bagas sedikit menunduk, ia masih berada di pangkuannya.
Tangannya mengalungi leher Bagas.

"Kamu cantik!" Bagas mengusap peluh dikening Cherry.

"A__aku harus mandi," Cherry.

"Kenapa?"

"Aku masih gerah, Gas. Panas rasanya..."

Bagas menurunkan ritsleting celana jeansnya dan menurunkan celananya sedikit sampai sesuatu yang begitu keras dan panjang keluar dari sana.

Cherry membelalakkan matanya.

"Ayo!" Bagas mengarahkan kejantanannya ke milik Cherry.

"Gas___ahh__"

Bagas tidak memberi kesempatan untuk Cherry mengatakan sesuatu yang akan membuatnya kesal.

Bagas menghentak dari bawah, ia menatap wajah Cherry di atasnya yang sedang menikmati tiap hentakkannya.

"Gas___"

Bagas tak menjawab.

"Lebih dalam," Cherry.

Bagas tersenyum senang mendengar permintaan Cherry yang menginginkannya.

"As you wish."

•••

Pagi harinya, Cherry mengerjap perlahan. Netranya sedang menyesuaikan dengan cahaya di ruangan ini.

Cherry merasakan berat di bagian perutnya. Penglihatannya menurun, ia melihat sebuah tangan kekar sedang memeluknya begitu erat.

Ia bangkit dan memposisikan dirinya duduk bersandar pada kepala ranjang.
Melihat tubuhnya yang polos, ia segera menaikkan selimut hingga batas dada.

Ia melihat ke sampingnya.

Bagas.

Masih tertidur begitu pulas, ia sama sekali tak terusik oleh gerakan Cherry.
Cherry mencoba memutar kembali ingatan soal semalam.

Dan semalam Cherry begitu mudahnya disentuh oleh Bagas, ia tidak tahu kenapa ia bisa segila itu, sampai meminta Bagas agar memuaskannya.

Dan ia ingat betul, wajah sumringah Bagas menyiratkan sebuah kemenangan saat ia meminta Bagas melakukannya.

Ya ampun!

Ia berdiri dan memungut pakaiannya bekas semalam yang berserak di lantai. Bahkan celana dalamnya ada di bawah ranjang.
Ia bergegas memakai pakaiannya dan mencari jaket atau apapun untuk menutupi tubuh bagian atasnya.

Dengan pakaian bekas semalam, sudah dipastikan orang-orang akan menganggap Cherry adalah wanita malam.

Ia meneliti tiap sudut ruangan dan lemari, akhirnya ia menemukan sebuah jaket denim. Itu pasti milik Bagas.
Parfumnya memasuki indera penciumannya ketika ia memakai jaket tersebut. Ia memakai heelsnya dan mencari keycard untuk membuka pintu.

Ia harus segera pergi sebelum Bagas bangun. Ia tak mau bertemu dengan pria itu. Pria yang selalu saja bisa menaklukkan Cherry.

Cherry mengumpat.

Kenapa ia dengan mudahnya bisa takluk dalam kuasa Bagas?

Setelah berhasil keluar dari kamar itu, ia segera menuju butiknya. Hari ini, butiknya libur, jadi lebih aman ia berada di sana. Dia akan membersihkan dirinya di sana dan menata otak dan hatinya.

Rasanya begitu memalukan jika mengingat kejadian semalam.

Bagas menyentuhnya begitu sensual, menatapnya dengan penuh damba. Bukannya ia merasa terlalu percaya diri, tapi ia bisa merasakan tatapan Bagas padanya.

Kalimat pujian yang keluar dari bibir pria itu saat permainan panas mereka sedang berlangsung, Cherry masih mengingatnya dengan jelas. Senyum merekahnya saat mencium kening Cherry, setiap mereka selesai bergulat.

Ya, mereka bermain hingga tiga kali di malam itu.

Ya ampun!

Cherry menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Semalam Cherry bagai wanita yang haus belaian.

Ponsel Cherry berdering, ia melirik melihat satu nama yang menelponnya. Ia menggeser tombol hijau.

"Ya? --- gue di butik, ---- oke."

Ia langsung menutup panggilan dari Helen.

Cherry menghela napasnya, ia ingin merapikan butiknya sebentar dan mencoba memperbaiki beberapa design yang sudah dipesan oleh pelanggannya. Ia harus mengalihkan pikirannya dari pria semalam.

Sejam kemudian, suara pintu butik depan terdengar ada yang membukanya. Cherry membiarkannya, karena ia tahu, Helen yang datang.

Cherry tetap fokus membuat sketsa di atas kertas, beginilah caranya mengisi waktu luang. Membuat design baru yang siapa tahu ada yang berminat membelinya.

"Kenapa kabur?" tanya sebuah suara berat yang tentu saja Cherry tahu pemiliknya.

Cherry mengangkat kepalanya dan melihat Bagas sedang berdiri dengan kaos berkerah dan celana jeans hitamnya. Pakaian baru, bukan yang semalam. Rambutnya masih terlihat sedikit lembab, sepertinya ia sudah mandi, wajahnya juga nampak segar.

Pandangan Cherry sedikit menurun, Bagas menenteng sebuah kantong plastik putih.

"Kenapa kamu selalu tahu aku ada di mana?" Cherry mendengus.

"Mudah saja. Aku tinggal bertanya kepada Helen," Bagas berjalan masuk ke ruangan Cherry dan meletakkan plastik itu di atas meja kerja Cherry.

"Oh, ternyata aku memiliki pengkhianat," Cherry.

"Helen hanya setia kepadaku, ia akan selalu menuruti bosnya. Jika tidak, tidak akan ada bonus selama dua tahun."

"Menggunakan kekuasaan untuk menekan bawahan!"

"Aku tidak peduli, ayo sarapan dulu!" Bagas membuka plastik tersebut dan mengeluarkan dua wadah bento yang ia beli tadi.

Sebangunnya ia tadi di hotel, ia sangat terkejut dengan hilangnya Cherry. Ia bergegas membersihkan diri dan menelpon Helen untuk memberitahunya di mana Cherry. Sebelum sampai di butik, Bagas mampir dulu untuk membeli sarapan untuk mereka berdua.

Cherry akhirnya bangkit dan mengambil bento yang disodorkan oleh Bagas, mereka berdua sudah duduk di sofa yang biasa Cherry pakai untuk menyambut tamu.

Bagas pun mengeluarkan air mineral yang ia beli.

"Kenapa tidak makan?" Bagas yang ingin memakan sarapannya lalu beralih ke Cherry yang ternyata hanya duduk saja.

"Aku belum lapar, barusan aku minum susu."

"Hmm, boleh juga. Aku mau minum susu," Bagas.

Cherry melongo.

"Yang benar saja! Kamu tidak suka susu!" Cherry.

"Sekarang aku suka, kok," Bagas menjawabnya dengan santai.

Akhirnya Cherry mengalah, ia berjalan ke dapur dan mengambil susu cair dari dalam kulkas, lalu mengambil gelas dari cabinet.

Ia menuangkan susu tadi kedalam gelas.

"Aku suka minum susu, langsung dari sumbernya," Bagas sudah berada di belakangnya, memeluknya dan meraba payudaranya yang masih tertutupi oleh pakaian.

Cherry tentu saja terkejut, Bagas begitu berani melakukan hal ini di tempatnya.
Ia berbalik.

"Gas, semalam hanya sebuah kesalahan. Jadi, seharusnya kamu enggak kurang ajar seperti ini padaku!" Cherry menurunkan tangan Bagas dengan kasar.

"Kesalahan? Aku malah beranggapan, kalau semalam kamu begitu menginginkan aku, Cher," Bagas.

"Aku enggak tahu ada apa denganku semalam, jadi ku mohon dengan sangat, kamu menjauh dariku. Kita hanya melakukan one night stand."

"Aku enggak akan menjauh!" Bagas.

Cherry membelalakkan matanya tak percaya mendengar ucapan Bagas. Ia pergi dari sana, sungguh menjengkelkan berurusan dengan pria brengsek di depannya.

Namun lengannya dicekal. Kembali, Cherry berhadapan dengan Bagas. Bahkan, tubuh mereka saling menempel.

"Tubuh kamu menyukai sentuhanku, Cherry," Bagas mengecup pipinya, melewati bibir itu dan turun ke leher mulus Cherry.

Tempat favorit Bagas, di sana ia bisa menghirup aroma Cherry dalam-dalam. Bagas menyukainya.

Cherry memejamkan matanya, dalam hatinya, ia ingin sekali menolak itu semua. Tapi, benar kata Bagas.

Tubuhnya merespon semua sentuhan Bagas.

Bagas tak menyiakan itu semua, ia membawa Cherry dan di dudukkannya Cherry di sofa tadi, ia langsung menciumnya. Begitu lembut.

Menikmati setiap cecapan. Ia merindukan Cherry, tapi ia tidak bisa berkata dengan lantang. Banyak yang harus ia ucapkan dengan Cherry.

Cherry membalas pagutannya.

Disela-sela pagutannya, Bagas merasa sangat senang dengan respon Cherry.

Ia tahu, Cherry masih mencintainya.

Seperti dulu.

Kini Cherry sudah terbuai. Bagas pun sudah melepaskan kancing kemeja Cherry dan membuka celana bahan yang ia kenakan. Cherry direbahkannya.

Bagas memposisikan dirinya di atas Cherry, menguasai tubuhnya yang sudah pasrah di bawah.

Entah kapan, tapi celana jeans Bagas sudah turun. Ia siap memasukinya.

Lagi.

Selanjutnya, Cherry hanya mendesahkan nama Bagas. Merasakan setiap gerakan yang Bagas lakukan.

"Semalam, aku memberimu obat perangsang di air yang kamu minum," Bagas berkata seraya menggerakkan pinggulnya.

Cherry mendengarnya, ia terkejut.

"Sialan, ahh!" Cherry ingin mengumpati Bagas, namun Bagas sengaja menghentaknya dengan kuat.

Bagas tersenyum.

"Tapi semalam, aku suka sama gerakanmu yang liar," Bagas menghentaknya kembali dengan kuat.

"Cherry, aku mencintai kamu, aku merindukanmu, aku inginnya cuma sama kamu," lanjut Bagas dengan masih menggerakkan pinggulnya namun sedikit lebih lembut.

Cherry tidak bisa berkata apa-apa, otaknya sedang tidak bisa diajak bicara. Ia sedang fokus dengan kenikmatan yang Bagas berikan.

Bagas menciumnya kembali, menyalurkan semua perasaannya di sana.
Dengan tetap menggerakkan pinggulnya.

Terulang kembali kegiatan panas ini, Cherry bagaikan magnet. Bagas akan selalu melangkah ke arah Cherry. Bagas benar-benar menginginkan Cherry.

•••

Cherry mengatur napasnya yang masih tersengal karena sisa-sisa kenikmatan tadi.

Bugh!

Tetiba Cherry memukul kepala Bagas yang masih memejamkan mata merasakan lelah penuh nikmat barusan.

"Aww!" Ringis Bagas seraya mengusap-usap kepalanya.

"Kamu kenapa sih?!" Bagas kesal menerima pukulan dari Cherry.

"Kurang ajar! Licik kamu ya! Kenapa semalam kasih aku obat perangsang?!"

"Aku pengen tidurin kamu," jawaban singkat Bagas sungguh membagongkan.

Cherry membelalakkan matanya tak habis pikir dengan jawaban Bagas.

Saat tangan Cherry akan melayang ke kepala Bagas, lelaki itu langsung berkata.

"Aku cinta kamu, Cherry."

"Kamu brengsek, Bagas!"

"Maafin aku."

"Sialan!"

"Aku tetap cinta kamu."

"Aku benci kamu!"

"Jangan!" Bagas langsung mendekap tubuh Cherry yang masih polos.

"Lepasin aku!"

"Dengar Cherry! Aku cinta kamu dan maafin kesalahan aku yang dulu, karena sudah menipumu. Aku menyesal sejak kamu pergi meninggalkanku," Bagas.

Cherry diam.

"Aku serius, kali ini enggak ada tipu-tipu seperti dulu dan kemarin," Bagas menjelaskan setelah Cherry lama terdiam.

"Kita akan menikah beberapa bulan lagi, aku sudah meminta ijin pada orangtuamu dan mereka menyutujuinya."

Cherry terdiam, matanya berkaca-kaca lalu tangisnya pecah.

"Cher?" Bagas panik melihat respon Cherry.

"Kenapa? Apa aku bikin salah?" Bagas.

Cherry menggeleng masih dengan tangisnya.

"Terus, kenapa nangis?"

"A__aku ... bahagia," Cherry.

Bagas tersenyum dan mendekap erat seraya mengecup lembut puncak kepala Cherry.

❤️❤️❤️

Ini end beneran kok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro